Ulasan rekan Arif menarik sekali. Bukan saja "diculik" Malaysia, tapi juga "disandra" negara2 Eropa barat dan Amerika. Di IATMI Houston saja minimal ada 6 anggota/ pengurus bergelar doktor yang "sedang" menggali pengalaman disini. Saya pikir driver nya bukan hanya karena uang, tapi kesempatan dan penghargaan yang diberikan. Equal opportunity ! Kalau memang memiliki ketrampilan dan kemampuan, para doktor tersebut (dan juga para profesional lainnya), pasti mendapatkan penghargaan yang setimpal. Hal ini juga yang mungkin menyebabkan banyak rekan yang ikut program tugas belajar semasa Habibie menristek "membelot" dan tidak mau pulang ke tanah air (termaksud beberapa yang saya kenal).
Selama ini yang kita lihat di Indonesia ada jurang pemisah,... kalau expat harus dapat penghargaan yang jauh lebih tinggi, kalau orang Indonesia,.. meskipun berpendidikan lebih tinggi dan berkemampuan/ pengalaman lebih banyak,.. belum tentu dapat penghargaan yang sama. Argumentasinya adalah "sesuai dengan harga pasar" tapi, apa iyaa jumlah doktor dan profesional sudah jenuh ? atau supply memang lebih banyak daripada demand ? Siapa yang buat aturan ini ? salah siapakah ini ? .... mungkin kita sendiri. wass. Bambang Istadi ConocoPhillips Inc. New Ventures Exploration +1-281-293-3763 -----Original Message----- From: Arif Wibowo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 20, 2003 2:21 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia Bukan Malaysia menculik dan bukan dosen-dosen itu tidak nasionalis. Para dosen itu juga profesional yang perlu sertifikasi. Harga tertinggi yang dibayar oleh pasar itulah sertifikasi sejati. Saya sebagai orang Indonesia sangat bangga jika dosen-dosen dengan kebangsaan /warga negara Indonesia ada yang di bayar termahal di dunia entah itu bekerja di luar atau di dalam Indonesia. Harga 9 bahan pokok boleh diatur oleh pemerintah, tetapi harga profesional tidak bisa diatur oleh pemerintah. Kreatifitas dan inovasi tentu sudah selayaknya mendapatkan harga pasar yang bebas. Mudah2 an para profesional Indonesia di sono dibayar sesuai value added yang diterima oleh pemberi kerja dan bukannya dibayar dengan harga rata sekedar lebih banyak daripada bekerja di Indonesia. Wassalam, AW --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------