rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
(tidak di beri pupuk)
salam,
didik

-----Original Message-----
From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN, mahasiswa
kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan profesornya
atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong pertimbangkan
lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
universitasnya.
Salam,

----- Original Message -----
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


> kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
> disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah
...
> eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
> tentunya tidak terasa "merugikan" bangsa dan negara yg telah
mensubsidinya.
> tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
> karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
> namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah kita
> kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
> keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah disepakati
> bersama juga.... kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
berat
> saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan dan
> diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
barangkali
> bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...
>
> Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
materi
> (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
> tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
> melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor
ini
> akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih "mendunia" ketimbang
tetep
> berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi fasilitas
> penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana, seperti
> Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB
pun
> tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
> Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je ....
> diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.
>
> Mungkin memang tidak selalu karena materi .... walopun kalo dibaca ulang
> alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
walopun
> aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
> kecemburuan antar status kepegawaian .... semoga bukan karena tidak
> menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
> ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
sukses
> ...
> yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha .... :(
> yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
> si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
> yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
> karena dibanding dengan si'bule' ....
> yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja di
> swasta ...
> walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
> 'magrong-magrong' ..... (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
> memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
> ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan kerja
di
> LN ...
>
> hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :( .... bagaimana dengan
> penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan lebih
> 'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis
dalam
> 'slip gaji' bulanannya.
>
> semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih 'mengharumkan'
nama
> Indonesia
> semoga
>
> Salam
> RDP
>
> "Mungkin subsidi sudah pantas dicabut ...walopun terasa perih !... ..
bangsa
> ini apa ya  masih harus terus prihatin ?"
>

Kirim email ke