Kalau kita punya anak tamatan S1, katakan subjectnya Geologi, anak kita
pinter tapi sayangnya menganggur. Sekarang, kenapa anak kita menganggur
padahal dia pinter??? Siapa yang salah??

Kalau kebetulan dia dapat kerja di Negeri Jiran? Karena dia pinter, karyanya
diganti namanya jadi nama Orang Jiran? Apakah kita akan menyarankan pulang
saja-biar menganggur di Negeri kita, padahan mungkin ekonomi kita untuk
menyepot anak pun repot???

Kalau anak kita orang pinter, dan di Negeri Jirang sebagai Boss di
Teamnya-umpamanya??? Apakah nama dia akan dilecehkeh, dengan diganti hasil
karyanya dengan nama Jiran?? 

Rasanya banyak juga yah, anak-anak kita sekalipun belum S2 ATAU S3 yang
pinter-pinter kerja di Luar. kenapa??? Bukan semata-maya uang saja kan??

Salam,
US



-----Original Message-----
From: IAGI Pusat [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 10:34 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai "kaki-tangan".  Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.  Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin

----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, June 23, 2003 8:33 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


> rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
> (tidak di beri pupuk)
> salam,
> didik
>
> -----Original Message-----
> From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
> Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
>
>
> Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN,
mahasiswa
> kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan
profesornya
> atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
> Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong
pertimbangkan
> lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
> universitasnya.
> Salam,
>
> ----- Original Message -----
> From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
>
>
> > kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
> > disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah
> ...
> > eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
> > tentunya tidak terasa "merugikan" bangsa dan negara yg telah
> mensubsidinya.
> > tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
> > karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
> > namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah
kita
> > kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
> > keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah
disepakati
> > bersama juga.... kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
> berat
> > saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan
dan
> > diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
> barangkali
> > bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...
> >
> > Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
> materi
> > (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
> > tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
> > melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor
> ini
> > akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih "mendunia" ketimbang
> tetep
> > berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi
fasilitas
> > penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana,
seperti
> > Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB
> pun
> > tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
> > Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je ....
> > diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.
> >
> > Mungkin memang tidak selalu karena materi .... walopun kalo dibaca ulang
> > alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
> walopun
> > aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
> > kecemburuan antar status kepegawaian .... semoga bukan karena tidak
> > menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
> > ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
> sukses
> > ...
> > yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha .... :(
> > yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
> > si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
> > yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
> > karena dibanding dengan si'bule' ....
> > yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja di
> > swasta ...
> > walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
> > 'magrong-magrong' ..... (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
> > memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
> > ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan kerja
> di
> > LN ...
> >
> > hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :( .... bagaimana dengan
> > penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan lebih
> > 'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis
> dalam
> > 'slip gaji' bulanannya.
> >
> > semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih 'mengharumkan'
> nama
> > Indonesia
> > semoga
> >
> > Salam
> > RDP
> >
> > "Mungkin subsidi sudah pantas dicabut ...walopun terasa perih !... ..
> bangsa
> > ini apa ya  masih harus terus prihatin ?"
> >
>


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to