Bukan hal baru yang saya tulis ini, tetapi mencoba memahaminya dengan memasukkan plume 
tectonics dan melakukan alternatif rekonstruksi paleo-tektonik, rasanya memberi nafas 
baru bagi sebuah problema lama. Maaf, agak panjang tulisannya, tetapi semoga ada 
gunanya.

Menarik mengkaji ulang peristiwa katastrofik di ujung Kapur dan awal Tersier (65 Ma) 
atau K-T (K=Kreide/Cretaceous & T=Tersier) Boundary. Fakta paleontologi menunjukkan 75 
% spesies fauna‚“tiba-tiba“ punah. Teori-teori dikemukakan. Perdebatan pasti terjadi. 
Tulisan ini menghimpun semua perdebatan yang ada, memberi interpretasi baru-mencoba 
mengulas kaitan keberadaan antipode, plume tectonics, dan kepunahan massa. Plume 
tectonics mungkin tidak main-main. Kait-mengkaitnya unik dengan awal dan akhir 
kehidupan.

Tidak banyak buku geologi, astronomi, natural history membahas masalah antipode secara 
detail. Padahal, di solar system  antipode, yang memenuhi hukum aksi-reaksi Newton, 
benar2  terjadi di beberapa planet dan satelit. Misalnya, largest impact basin planet 
Mars Hellas Plenitia menyebabkan antipode Alba Patera-gunungapi Mars yang sekaligus 
merupakan gunungapi terbesar di Tata Surya. Atau, Caloris Basin, impact crater 
terbesar di sebuah sisi planet Merkurius menyebabkan antipode crater di sisi planet 
yang lain. Keberadaan antipode memang masih pro dan kontra.

Antipode adalah sebuah istilah umum/geografi/astronomi dari bahasa Latin dan Yunani 
untuk menunjukkan posisi sebuah tempat di sisi sebaliknya (180 deg.) dari sebuah bola 
planet relatif terhadap posisi acuan. Misalnya, sisi antipodal dari wilayah Indonesia 
adalah Columbia. Artinya, Columbia tepat di bawah Indonesia di sisi planet yang lain 
dan sebaliknya. Untuk mencari antipode di sebuah globe, tariklah garis bujur dari 
tempat itu ke arah kutub, melaluinya dan teruskan sampai sejauh 180 deg, itulah 
antipodenya.

Kepunahan fauna secara masal (75 %) di Bumi di perbatasan Kapur-Tersier telah menjadi 
topik menarik sejak puluhan tahun. Banyak teori dikemukakan. Kalau dikumpul2kan, bisa 
digolongkan jadi tiga : (1) katastrofik karena benturan komet/meteor, (2) katastrofik 
karena volkanisme, dan (3) gradualis karena perubahan iklim akibat massa lautan yang 
menyurut. Mana yang benar ? Saya pikir, semuanya benar, tetapi ada yang paling dominan 
dan bisa jadi semuanya berkaitan.

Berkat penelitian oil companies di sekitar GOM (Gulf of Mexico) tahun 1980an, maka 
ditemukanlah sebuah kawah sangat besar dengan diameter 180 km di utara Tanjung Yucatan 
Mexico terkubur dalam sedimen setebal 2000 meter. Disebutlah kawah itu Chicxulub. Data 
image gravity dan magnetik dari Luhr et al. (2003) - The Earth  sangat spektakular 
menunjukkan keberadaan kawah itu. Di sekelilingnya sampai ke Kuba, Haiti, San Luis, 
dan Dallas sekarang ditemukan impact wave deposits berupa boulder2 dan data 
petrografik menunjukkan ciri khas shocked quartz (coesite Shoemaker) pada deposit itu, 
suatu indikasi meteorite impact. Bahkan di Haiti ditemukan lapisan tektit – deposit 
hasil meteorite impact setebal ˝ meter. Semua dating absolut menunjukkan umur 65 Ma 
untuk deposit2 ini. Dan, di banyak tempat di dunia ditemukanlah lapisan tipis kaya 
mineral iridium menyisip di antara lapisan2 K-T Boundary, juga lapisan hitam yang 
mengindikasi sisa jelaga kebakaran skala global. Tidak banyak sumber p
 latina
 iridium di Bumi, sumbernya hanya banyak di extraterrestrial dan meteorit. Bagaimana 
mengartikan semua ini ? Sebuah meteorit yang diyakini berdiameter 10 km telah 
menghantam Bumi pada 65 Ma di sekitar Teluk Meksiko sekarang, mengangakan kawah 
selebar 180 km, menyebabkan kebakaran global, dan akhirnya memunahkan 75 % spesies 
fauna saat itu yang sedang didominasi kaum dinosaurus. Penganut teori kepunahan K-T 
Boundary akibat meteorite-impact yang dipelopori ayah-anak Luis Alvarez & Walter 
Alvarez (Luis adalah ahli fisika dan Walter adalah geologist) mendapatkan buktinya dan 
inilah teori yang paling banyak dianut saat ini.

Di sisi planet yang lain, di anak benua India sekarang, terdapatlah sebuah plato yang 
seluruhnya disusun basalt seluas 500.000 km2 (kira-kira hampir seluas Kalimantan di 
luar Sarawak-Sabah). Inilah Deccan Traps atau Deccan Plateau. Radiometric dating 
memberikan umur persis 65 Ma. Geologist berpikir, untuk menghasilkan flood basalt 
sebanyak itu (lebih dari 2 juta km3) tentu butuh waktu volkanisme yang lama. 
Sayangnya, radiometric dating menunjukkan bahwa volume sebanyak itu hanya dihasilkan 
dalam waktu satu juta tahun saja, sangat singkat dalam skala waktu geologi. Dalam 
hitungan volkanologi normal, tak mungkin sesingkat itu menghasilkan flood basalt 
seluas dan sebanyak itu. Maka para penganut teori kepunahan massa akibat katastrofik 
volkanisme mendapatkan kartu as-nya. Letusan volkanik di Deccan telah menyebabkan 
perubahan lingkungan global, hujan asam, volcanic winter akibat sun blocking (seperti 
3 hari gelap saat erupsi Krakatau Agustus 1883), dan efek2 domino lainnya yang 
 akhirnya
 menyebabkan kepunahan massa.

Mana yang benar, meteorite impact 65 Ma atau Deccan flood basalt voluminous eruption 
65 Ma yang menyebabkan global mass extinction ? Dua-duanya bisa benar dan bahkan 
saling berhubungan sebab-akibat. Maka, sebuah teori elegan tetapi sangat kontroversial 
diajukan : meteorite/comet collision di Chicxulub-Teluk Meksiko telah menyebabkan 
erupsi volkanik skala besar di Deccan-India dalam mekanisme antipodal effect. Dan 
kedua efek katastrofik ini telah mengubah lingkungan global yang menyebabkan kepunahan 
masal di K-T boundary.

Sebuah problem timbul. India bukan pada posisi antipodal Teluk Meksiko. Posisi 
antipodal Teluk Meksiko sekarang ada di tengah Lautan Hindia di BD Indonesia di 
sekitar Pulau Cocos. Atau, Deccan eruption akan memerlukan impact crater yang lain 
yang bukan dari Teluk Meksiko, tetapi di Lautan Pasifik pada tepi timur Lempeng Nazca 
di offshore barat Bolivia. Tidak ada tanda-tanda impact-crater di offshore Bolivia 
ini. Teori antipode punya problem…, begitu kata publikasi yang ada. 

Benarkah punya problem ? Saya rasa tidak. Kembalikan saja ke posisi tektonik massa 
benua dan lautan pada sekitar 65 Ma. Antipodal position 65 Ma mestinya tidak diplot 
pada globe 0 Ma, tetapi pada globe 65 Ma. Maka akan terlihat bahwa saat itu India 
belum di tempatnya sekarang dan belum membentur Eurasia dan membentuk suture 
Cimmerian. India micro-plate saat itu ada di tengah Lautan Hindia di selatan di antara 
Afrika dan Indonesia. Dan Teluk Meksiko pun belum pada bentuknya sekarang, North 
America masih terbelah dari Canada ke Teluk Meksiko oleh Cretaceous giant seaway. 
Antilles Arc belum ada dan South America belum menyambung ke North America melalui 
tanah genting Panama.

Komet/meteorit jatuh di proto-Teluk Meksiko dan menggoncangkan Bumi dengan gelombang 
kejut ke seluruh globe (shock-wave). Gelombang kejut ini telah mengganggu 
kesetimbangan fluida di mantel bahkan outer core Bumi. Maka mantle plume bergerak 
berupa pasangan head dan tail plume menjurus ke posisi antipodal impact crater 
Chicxulub saat itu yaitu ke wilayah Lautan Hindia di antara Afrika dan Indonesia. Head 
plume menyebabkan volkanisme flood basalt dengan akar panjang ke dalam mantel di ujung 
tailnya. Erupsi basalt besar-besaran membanjiri kawasan seluas 500.000 km2 yang 
sekarang berupa Deccan Plateau di India, saat itu India microplate tengah terapung di 
atas kerak samudra Lautan Hindia bergerak ke utara. Massa flood basalt sebanyak itu 
dalam waktu sesingkat itu hanya bisa diterangkan dengan plume tectonics, bukan oleh 
normal volcanology. Meteorit impact dan volkanisme skala global pada 65 Ma itu telah 
cukup mengubah lingkungan yang hostile untuk semua makhluk hidup. Sebuah impl
 ikasi
 akan muncul dari interpretasi ini. Kalau benar antipodal Chicxulub ada di sekitar 
Cocos Island, artinya India saat 65 Ma ada di sekitar Cocos island sekarang, maka 
India sebelum retak harus bersatu dengan bagian barat Australia, bukan dengan bagian 
timur Afrika seperti kebanyakan rekonstruksi sekarang. Saya jadi ingat rekonstruksi 
Carey (1956), salah satu dari sedikit publikasi yang menaruh posisi paleotektonik 
India ke Australia dan bukan ke Afrika.

Lepas dari implikasi itu, Deccan Traps memang antipodal Chicxulub Crater. Problem yang 
ada timbul karena plotting antipodal position tak dilakukan pada globe 65 Ma. K-T 
Boundary Mass Extinction adalah kerja sama berdua antara extra-terrestrial astroblem 
di Chicxulub dan terrestrial volcanism di Deccan Traps.

Salam,

awang




                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
vote.yahoo.com - Register online to vote today!

Kirim email ke