Mother earth memang mempunyai ruh sebagaimana ummat manusia yang menghuninya. 
Bumi (batuan, fluida, air) - pun berDZIKIR kepada -NYA. Dari sekian banyak 
sifat DZIKIR-nya Bumi (yang berupa Zat Material /Padatan-fluida, dan Mekanika 
Proses Geodinamikanya), sebagian kita pelajari dan sebagian kita amalkan dalam 
bentuk profesi geosain ini. Hukum termodinamis dalam unsur kebumian ini yang 
"sungguh-sungguh hidup" itu, jika terusik dan terganggu karena paradigma 
eksploitasi lebih dominan daripada sustainability-nya, maka Zat dan Mekanikanya 
terganggu. Suasana "mengganngu" tersebut dalam atmosfer jagad raya akan 
berimplikasi dalam beberapa suasana jiwa manusia. Sehingga jiwa manusia yang 
terganggu akan cenderung lari dari hukum-hukum moral. 

Tuhan mempunyai 2 kitab utama : 1 kitab yang di CIPTAKAN (dalam jagad raya) 
yang iniliah sebagai the first Karya Utama.; yang ke-2 adalah kitab yang di 
TERTULIS (dalam kitba suci), sebagai pelengkap. Nah, kalau kita semua bisa 
memaksimalkan sumberdaya hasil karya Tuhan (yang berupa Bumi) dengan benar 
sesuai dengan karakter Zat dan Mekanikanya dan didukung dengan pemahaman dalam 
kitab suci, maka Mother earth akan terjaga dengan baik dan memberikan kemudahan 
kita. Pembawa dari karakter manusia adalah DNA. Dan unsur atom dalam DNA 
diluruhkan dari saripati apa yang sehari-hari kita makan. Apa yang kita makan 
semua berasal dari Zat dan Mekanika dalam Bumi (geomaterial dan geoproses). 
Kalau unsur "ruh" dari geomaterial dan geoproses terganggu maka saripati yang 
kita makan mengandung unsur-unsur yang akan mengganggu model ikatan atom dalam 
DNA, darah beredar ke seluruh tubuh dan lalu berimplikasi pada sifat dan 
karakter profesional dan karakter individu seseorang. 
Jadi kita tidak bisa dipisahkan pada "denyut nadi dari geomaterial dan 
geoproses dalam kesehatan fisik dan jiwa kita". Subhanallah......
sungguh jika seorang geologist dan geosaintis di seluruh dunia beriman dan bisa 
jadi pemimpin, maka kemakmuran itu akan datang kepada semua orang. Memang 
kemiskinan itu ada kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Untuk 
kemiskinan struktural bisa kita akselerasi dengan profesi geosain untuk 
membenahi, yang kemiskinan kultural kuncinya hanya pada masalah edukasi...

salam
agus hendratno 

Supardan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bagaimana dengan bangsa kita tercinta ini? 
Bumi Indonesia dengan hutan tropisnya, konon sangat penting perannya sebagai 
penyangga kelangsungan kehidupan di muka bumi ini, di samping hutan tropis 
Brasil. Mungkin sebagian besar manusia Indonesia sama sekali tidak tahu tentang 
perlunya kelestarian lingkungan hidup mereka, yang penting bagi mereka adalah 
tetap bisa makan. Hanya sebagian kecil dari bangsa ini yang tahu akan 
pentingnya kelestarian lingkungannya, namun dari yang sedikit itu hanya 
sebagian kecil saja yang sadar dan peduli lingkungan, sebagian lainnya dengan 
serakahnya mengeksploitasi habis-habisan sumberdaya alam yang ada di negeri 
ini. Sumberdaya hutan, sumberdaya mineral, sumberdaya laut dsb, semua 
disikatnya tanpa ampun. Oleh karena itu, lima tahun terakhir kita telah menuai/ 
panen bencana, karena daya dukung bumi Indonesia yang sudah sangat menurun 
karena setiap hari dihajar habis-habisan, mudah-mudahan tidak sampai mati
 seperti praja IPDN. Yang pintar dan yang kaya yang mestinya sadar lingkungan 
serta mereka yang miskin dan buta lingkungan yang sekedar mencari makan, secara 
bersama-sama menyakiti bumi pertiwi setiap hari. Belum lagi relokasi industri 
sarat polusi dari negara-negara kaya ke negara-negara dunia ketiga, termasuk 
Indonesia.   
  
 Kalau begini, siapa yang harus bertanggungjawab? Sudahkah kita-kita ini peduli 
terhadap nasib bumi pertiwi? Relakah jika generasi penerus kita nanti ternyata 
hanya generasi idiot dan kurang gizi?
  
 Wassalam.   

 
 On 4/24/07, Toto Santosa <[EMAIL PROTECTED] > wrote:    Allah Maha Besar.
 Siapakah yang menciptakan "Mother Earth" beserta isinya termasuk kita? Apakah 
jadi dengan sendirinya? Siapa yang mengatur peredaran bumi mengitari matahari, 
matahari beserta planit planit termasuk bumi berputar juga mengitari sistem 
tata surya nya? Dan tata surya ini mengitari yang lebih besar lagi (ada 7 
tingkatan menurut kitab suci Al Qur'an)? Apakah itu juga terjadi dengan 
sendirinya?  
 Manusia, kalau kita berbuat baik kepada keluarga, masyarakat, lingkungan dan 
diri kita sendiri - fine tidak ada celaan dari pandangan orang.
 Kalau kita berbuat jahat, korupsi, membunuh, mencuri atau membuat orang lain 
resah tetapi selamat tidak terjerat hukum di dunia ini karena satu dan lain hal 
- dimana keadilan then.  
 Semuanya itu kita yakini, setidaknya saya pribadi, bahwa nanti ada pengadilan 
akhir setelah kita mati dan dihidupkan lagi oleh Sang Pencipta kita. Disanalah 
pengadilan sejati dan keadilan hakiki akan terwujud. Pertimbangan kebaikan dan 
keburukan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.  
 Dan semuanya itu Sang Maha Pencipta mempunyai aturanNya yang wajib kita imani 
dan jalani. Kita patut bersyukur bahwa kita sudah ditakdirkanNya seperti kita 
sekarang  ini yang normal, sehat, bisa berkomunikasi via email seperti ini. 
Bagaimana kita bersyukur kepadaNya, jalankan semua perintahNya (diantaranya 
berbuat baik kepada sesama termasuk menjaga kelestarian lingkungan jangan 
menjadi perusak di muka bumi dan jauhkan segala larangannya (diantaranya jangan 
dekati zina, apalagi berbuat meskipun pakai kondom).  
 14 abad yang lalu Rasulullah sudah menjelaskan dalam kitabNya bahwa bumi itu 
tidak diam, gunung gunung bergerak dan bumi berputar sambil mengitari matahari 
(sebelumnya orang orang meyakini bahwa bumi sebagai pusat alam raya - sehingga 
orang yang berpandangan berbeda bisa dihukum malah dibunuh.). Dan Allah SWT lah 
yang mencipta dan mengatur jagat raya ini termasuk isinya termasuk kita sebagai 
mahluk yang sempurna dilengkapi dengan akal (yang membedakan kita dengan 
binatang).    
 Wawloohualam, ma'af ikutan nimbrung.   
  
 -----Original Message-----
From: Awang Harun Satyana [mailto:  [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, April 24, 2007 4:28 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] Earth Day : The Revenge of Gaia (Lovelock, 2006)



   Setuju  dengan yang dituliskan Abah, dan tunggu sajalah bagaimana Sang Bumi 
Pertiwi (Gaia) akan  membalas dendam (kepada manusia).
  
 James Lovelock, pada usianya yang ke-86, masih produktif  dengan menuliskan 
buku seri Gaia-nya yang kelima : The Revenge of Gaia (Penguin Books, 2006). 
Selama  25 tahun lebih, Lovelock konsisten dengan hipotesis (sekarang sudah 
jadi teori) bahwa  Bumi adalah ibarat makhluk hidup, maka disebutnya ia adalah 
Mother Earth atau Gaia (  dewi Bumi) atau Bumi Ibu Pertiwi.
  
 Tahun  1979 bukunya terbit untuk pertama kalinya : "Gaia - a New Look at Life 
on Earth" (  Oxford  Univ. 1979), lalu "The Ages of Gaia" (Norton, 1988),  lalu 
"The Practical Science of Planetary Medicine" (Gaia Books, 1991), lalu "Homage 
to Gaia" (Oxford Univ, 2000), dan "The Revenge of Gaia" (Oxford  Univ, 2006). 
Buku pertamanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul  
"Bumi yang Hidup" (Yayasan Obor Indonesia, 1988). Empat lainnya saya gak yakin  
sudah diterjemahkan. Saya punya tiga bukunya. Bukunya "The Ages of Gaia"  
sangat sarat geologi sejarah, asyik mengikutinya.
  
 Kalau  rekan2 mengikuti pandangan2 Lovelock sejak dari awal hipotesis Gaia 
sampai jadi teorinya,  maka akan kelihatan perkembangan pemikiran pembela 
lingkungan ini. Saat-saat  awal, Lovelock berkata bahwa Bumi bisa menyembuhkan 
dirinya sendiri dengan semua organ (  tanah, lautan, atmosfer) yang 
dimilikinya. Tetapi di bukunya yang terakhir ditulisnya  bahwa Bumi pun bisa 
mengaduh sakit, bisa ngambek, bisa demam, meriang, dan  akhirnya bisa membalas 
dendam kepada yang menyakitinya.
  
 Mother Earth sekarang telah tua, 4.65 milyar tahun  , ia tak sekuat seperti 
dua milyar tahun yang lalu. Ia sedang  berjuang agar dirinya tetap cukup dingin 
sehingga berbagai bentuk kehidupan yang bergantung  kepadanya tetap bisa 
nyaman. Dia harus mengelola sedemikian rupa panas Matahari yang makin 
meningkat. Tetapi, kesulitannya bertambah karena ada satu bentuk kehidupan yang 
bergantung kepadanya, yaitu manusia, telah berbuat sedemikian rupa hanya untuk 
kepentingan dirinya sendiri.  
  
 Gaia sedang berubah dan mungkin ia tak sekokoh dulu. Ciri global ecosystem 
sekarang adalah : populasi manusia meningkat, penurunan kualitas tanah, 
penumpukan sampah, semua jenis pencemaran, perubahan iklim, penyalahgunaan 
teknologi, punahnya biodiversitas. Dan ini adalah problem global sebab dunia 
yang sekarang adalah dunia yang terlipat – problem di satu tempat akan segera 
dirasakan di tempat lain.  
  
 Mars dan Venus adalah "dead sibling" - sauadara-saudara Gaia yang telah lebih 
dulu mati.. Bumi adalah seperti makhluk hidup yang bisa mati. Kalau ia terlalu 
dipanasi dan diracuni, ia pun bisa sakit. Waktu masih muda, Bumi bisa 
menyembuhkan dirinya sendiri, sekarang ? Less resilient !  
  
 Deklarasi Amsterdam 2001 memandang serius teori Gaia James Lovelock. Marilah 
di Hari Bumi ini kita sejenak memikirkan Bumi tempat kita tinggal. Kenali 
dengan baik dan sayangi dengan sungguh-sungguh.  
  
 "Hanya Satu Bumi" (Barbara Ward, 1975), tak ada yang lain,  marilah kita 
sayangi...dengan apa yang mampu kita lakukan.  
  
 Salam,
 awang
  
  
 -----Original Message-----
From:  [EMAIL PROTECTED]  [mailto:yrsnki  @rad.net.id  ] 
Sent: Tuesday, April 24, 2007  2:23  C++
To: iagi-net@iagi.or.id  
Cc: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] Earth Day : Kepunahan Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa 
Depan
  
 > 
   Awang yang berpengetahuan 

Terima kasih atas pencerahan  dari tulisan dibawah ini.
Saya mungkin berpendapat agak lain mengenai the past is the lesson for the 
present and the future  !  
Mengapa ? Karena manusia selain berakal juga mempunyai "ketamakan" yang luar 
biasa dalam memanfaatkan alam-nya , dan dengan pengetahuan ini lah manusia 
merasa bahwa alam diciptakan hanya untuk manusia.

 Sebagai mahluk yang paling sempurna manusia -pun sebenarnya merupakan mahluk 
yang paling rentan dengan adanya perubahan, dan tidak akan sekuat spicies 
spicies yang pernah hidup.

Saya berpendapat bahwa satu juta tahun bukan merupakan saat yang tepat bagi 
kepunahan manusia , mungkin sekali akan lebih cepat  

Waallahualam.

Si-Abah
T

   

    Kepunahan masal adalah fakta dalam sejarah Bumi. Sebab "the present is
> the key to the past" atau sebaliknya "the past is a lesson for the  
> present and the future" maka bahwa kepunahan pun sedang terjadi, dan
> akan terjadi. Dalam rangka merenungi Earth Day, saya tulis beberapa hal
> di bawah ini dengan berdasar kepada "rapid reading" beberapa buku yang  
> berhubungan.
> 
> Sebagian besar spesies yang pernah hidup di Bumi sekarang ini telah
> punah. Catatan fosil menunjukkan bahwa spesies2 seperti amonit,
> trilobit, dan dinosaurus suatu saat pada masa lalu pernah begitu  
> berlimpah jumlahnya hidup di Bumi. Kepunahan adalah salah satu mekanisme
> evolusi melalui seleksi alam. Ketika menghadapi iklim yang berubah,
> sumber makanan yang menurun drastis, dan banyaknya persaingan; beberapa  
> spesies beradaptasi dan bisa meneruskan hidupnya, tetapi yang lain
> menyerah, mati, dan punah.
> 
> Selama sejarah Bumi, telah tercatat perubahan2 besar dan cepat yang
> mengakibatkan terjadinya  lima kepunahan masal. Raup dan Sepkoski (1986)
> : The Nemesis Affair - W.W. Norton, mendaftarkan kelimanya : ujung
> Ordovisium, ujung Devon, ujung Perem, ujung Trias, dan ujung Kapur. Dari
> kelima kepunahan masal tersebut, yang paling besar adalah kepunahan pada  
> ujung Perem, 252 juta tahun yang lalu, yang sering disebut "The Great
> Dying". Pada masa itu, 75 % spesies darat dan 90 % spesies laut punah.
> 
> Kepunahan masal terakhir terjadi pada 65 Ma, pada K-T boundary, pada  
> ujung Kapur dan awal Tersier. Dari kelima kepunahan masal itu, diketahui
> bahwa natural background rate of extinction di antara spesies tersebut
> adalah sekitar 1 spesies per 100 tahun.
> 
 > Itu adalah kepunahan masa lalu, yang telah terjadi.
> 
> Kini, kita sebenarnya tengah mengalami kepunahan yang keenam. Bagaimana
> tidak, sebab saat ini tingkat kepunahan spesies sudah 1 spesies per  
> hari, bahkan menurut Luhr (2004 : "Earth" - Dorling Kindersley)
> kadang-kadang 1 spesies punah per 20 menit. Biodiversitas Bumi sedang
> sangat menurun, steep decline, tingkat kepunahan saat ini adalah tingkat  
> yang paling tinggi dalam 65 juta tahun terakhir. Manusia adalah agen
> kepunahan paling besar. Kalau kepunahan-kepunahan dulu disebabkan alam,
> maka kepunahan keenam terutama disebabkan manusia.
>  
> Dampak kehadiran manusia di Bumi ini terhadap alam dengan bagus dan
> detail dituliskan Colin Tudge dalam "The Time Before History : 5 Million
> Years of Human Impact" (Simon & Schuster, 1997). "Human beings are even  
> more dangerous than they seem".
> 
> Itu adalah kepunahan masa kini, yang sedang terjadi.
> 
> Tulis Raup dan Sepkoski, kalau kita mengamati catatan fosil, maka setiap
> sehabis 26 juta tahun terjadi "minor" mass extinction. Raup dan Sepkoski  
> mencari mekanisme-nya secara extra-terrestrial : karena setiap 26 juta
> tahun Bumi memotong sabuk asteroid yang sama-sama mengorbit Matahari.
> Katanya, saat ini kita ada di pertengahan siklus 26 juta tahun, artinya  
> kepunahan akan terjadi lagi 13 juta tahun kemudian.
> 
> Itu adalah kepunahan masa depan, yang akan terjadi.
> 
> Bagaimana masa depan manusia ? Colin Tudge (1997) menuliskan
> spekulasinya. Sepanjang Kenozoik (Paleogen, Neogen, Kuarter), kebanyakan  
> spesies mamalia bertahan hidup sekitar satu juta tahun, setelah itu ia
> akan berevolusi berubah bentuk dalam rangka adaptasi karena seleksi
> alam, atau akan punah karena tak sanggup beradaptasi terhadap seleksi  
> alam. Bagaimana peluang manusia (Homo sapiens) bertahan selama satu juta
> tahun ? Mengapa kita pakai standar satu juta tahun, sebab itu adalah
> umur rata2 satu spesies dalam status evolusinya sepanjang Kenozoik  
> sebelum ia berubah bentuk menjadi yang lain. Apakah manusia harus
> dikecualikan ? Bisa saja, sebab manusia adalah makhluk berakal dan
> mungkin punya daya adaptasi jauh lebih tinggi dibandingkan makhluk2  
> lain. Tetapi, harus diingat pula bahwa tingkat kerusakan lingkungan
> sepanjang Kenozoik, yang paling parah adalah bersamaan dengan kehadiran
> manusia. Jadi, manusia mungkin bisa sangat beradaptasi, tetapi  
> lingkungan tempat hidupnya rusak parah, bisakah survive ?
> 
> Spesies Homo sapiens telah memiliki susunan anatominya yang moderen
> selama sekitar 100 ribu tahun. Mengacu ke standar 1 juta tahun di atas,  
> maka masih ada sekitar 900 ribu tahun Homo sapiens dalam bentuknya yang
> sekarang masih berjalan di atas Bumi, itu pun kalau Bumi masih mau
> menggendongnya. Bagaimana fellow creature-nya ? Itu akan menjadi bahan  
> diskusi post-900 ribu tahun yang akan datang (!).
> 
> Salam,
> awang
> 
> -----Original Message-----
>
From: Awang Harun Satyana
> Sent: Monday, April 23, 2007 1:39 C++  
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Just wondering of Earth Day 22 April 2007
 > 
> Pak Rovicky, dongengnya belakangan ya, ini sepotong lirik lagu dari
> Brahm Stuart yang patut kita renungkan di "Hari Bumi"
> 
> Ada buku terbaru James Lovelock, "The Revenge of Gaia" (2006)  
> menceritakan bagaimana Mother Earth berusaha mempertahankan
> homeostatis-nya akibat tekanan manusia yang digendongnya tetapi yang
> melukainya..
> 
> The Revenge of the Earth
> (by Brahm Stuart)  
> 
> The Earth is our mother, she raised us up from the dust,
> Her stones gave our bones and her ashes gave our flesh,
> She waters our blood from the oceans of her sweat,
> What the Earth has given us has been so easy to forget.  
> The Earth holds a balance just as night follows day,
> The trees are in the forest and the fish are in the bay,
> The air is filled with oxygen which fills our every breath,
> But as the Earth has given life, she could also deal out death!  
> 
> Earthquakes and floods and diseases uncurable,
> The Earth could cut us down
> Just like we're cutting down her trees;
> Tornadoes and famines and plagues sent from Hell,
> We may think we own the Earth  
> But she could bring us to our knees!
> 
> The Earth is a being, oh yes, just like you and me,
> She thinks and she feels and she moves and she breathes,
> The Sun is her father, the Moon is her friend,  
> She's living out her life within time with no end.
> We are all her children as are the animals and trees,
> And she loves all her children on her lands and in her seas,
> We are the bravest children Mother Earth has ever raised,  
> Our minds envision beauty and our lights pierce her haze,
> But now we're splitting atoms and destroying with our greed,
> Our own Mother Earth, so people please take heed.
> 
> Salam,  
> awang
> 
> "kalau Bumi kita lukai, ia pun bisa melukai kita.."
> 
> -----Original Message-----
>
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:  [EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, April 23, 2007 11:16 C++
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia  
> Subject: [iagi-net-l] Just wondering of Earth Day 22 April 2007
> 
> Apa ada program khusus yang dilaksanakan HAGI maupun IAGI menyambut
> hari bumi yang jatuh pada hari minggu kemarin ?
>  
> Pak Awang atau Geo-philosopher lain Pak Koesoema, Pak Untung, atau Pak
> Jacub dll mbok ada ndongeng dikit tentang makna Earth Day, pentingnya
> kita mengetahui sejarah bumi, dan sifat-sifat sebagai bekal dalam  
> memelihara bumi tempat kita berpijak ini ...
> 
> RDP
> 
> --
> http://rovicky.wordpress.com/  
> 
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
>  [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
> 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ------------------------------------------------------------------------  
> ----
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website:  http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia  
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:  http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi  
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to  
> [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
 > 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id  
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580  
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/  
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------  
> 
> 
> ----------------------------------------------------------------------------
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
>  [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
> 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ----------------------------------------------------------------------------  
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website:  http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia  
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:  http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi  
> ---------------------------------------------------------------------
> 
>





 

       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

Kirim email ke