Itulah Indonesia....
Para pekerja berusaha profesional dibidangnya masing, para top management saya 
rasa harus begitu juga, tapi kadang situasi negara kita yang masih belum 
kondusif, kait mengaitkan antara profesional dengan politis sehingga muncul 
istilah "dipolitisir". 

Kita bilang, kekurangan G&G, padahal banyak yang alumni G&G yang nganggur alias 
tidak bekerja sesuai bidangnya (+- 90%). Bila dihitung berapa subsidi / 
kerugian negara untuk mendidik G&G ?. Pakailah mereka, walau kurang qualified 
menurut pemakai, bisa saja dengan imbalan yang win2. Jangan hanya anak pegawai 
saya ?, yang dimasuk. Yang sudah pensiun 55 th dikaryakan sebagai technical 
skill (email Frank 28 Mar 07) dan yang bodo2 amat sebagai supporting. 
Sepintar-pintarnya Mantri, tanda tangannya kan ngak selaku drpd 
sebodoh-bodohnya Dokter. Drpd orang asing yang qualifikasinya dicari2kan, 
sebagai syarat masuk ke Indo. Malah untuk bidang tertentu ada eks V and K war 
yang masuk ke Indo sebagai teknisi (menang talk talk doang). Sejak KPS dibawah 
Pertamina, BKKA dan mudah2an  BP migas mulai berubah?.

Salam
HF 1393
Belajar mengamati susana di KPS

----- Original Message ----- 
  From: Sugeng Hartono 
  To: iagi-net@iagi.or.id ; iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Friday, April 27, 2007 6:08 AM
  Subject: [iagi-net-l] Arsip lama (1992): katup pembekap blowout


  Sering sekali, setiap terjadi sesuatu (kecelakaan) kalayak tidak pernah tahu, 
sebenarnya apa yang telah terjadi, dan apa penyebabnya. Padahal kalau semua 
diungkap dengan jujur, kita bisa belajar dari pengalaman dan diharapkan tidak 
akan terjadi di kemudian hari. 
  Apakah kalayak memang tidak berhak untuk tahu?

  Pemboran sumur mengalami blowout, seluruh menara bor habis terbakar 
(Tempo,Nov.1992). Kobaran api bisa dipadamkan dengan sistem direct capping 
setelah beberapa pekan. Petikan berita:

  Pengeboran sumur C-10 belum selesai, masih kurang 10 meter dari kedalaman 
2.500 meter yang direncanakan. Tiba-tiba saja sumur muda ini bertingkah. 
Campuran minyak dan gas tampak menyembur kuat dari liang sumur secara tak 
terkendali. Percikan api memang biasa mengikuti semburan liar minyak dan gas 
itu. Muntahan minyak yang kuat sanggup sanggup menendang benda apa saja yang 
ada di atasnya. Benturan sesama besi menghasilkan percikan api dan kebakaran 
pun tak terelakkan.
  Upaya menjinakkan semburan liar itu gagal sebab katup BOP (blowout preventer) 
yang terpasang di bibir sumur tak berfungsi. Diperkirakan tendangan minyak dan 
gas itulah yang membuat keran BOP berantakan....
  Kobaran api akhirnya bisa diatasi dengan katup pembekap, dengan biaya yang 
agak murah, sekitar 3 milyar rupiah.
  Bagi pekerja lapangan, berita ini agak aneh. Rasanya tidak ada semburan 
terjadi secara tiba-tiba. Pasti ada tanda-2, jauh sebelum terjadi semburan. 
Untuk itu maka perlu ada mudlogger, geologist, pengawas pemboran, tehnisi 
lumpur bor yang bekerja siang dan malam untuk memonitor pekerjaan. Dari berita 
tersebut, dapat dibayangkan berapa besar kerugian: hilangnya sumur, drilling 
rig dan seluruh peralatannya.

  Beberapa minggu yll pesawat Garuda mengalami musibah dan terbakar habis di 
Yogya. Yang dapat kita ketahui (penjelasan petugas) sbb: Kecepatan pesawat saat 
itu masih 150 km/jam. Selain itu, sebelum pesawat touch down, tiba-2 dari arah 
belakang ada pukulan angin yang cukup kencang sehingga pesawat sulit mendarat.
  Dari penjelasan ini seolah-olah penyebab musibah adalah "angin kencang".

  Untuk itu, kita perlunya belajar sejarah: "Hanya keledai yang terantuk dua 
kali pada batu yang sama".

  Salam hangat dari Jambi,
  sugeng

   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.467 / Virus Database: 269.6.1/778 - Release Date: 4/27/2007 1:39 
PM

Kirim email ke