Mas Oki,
Di sumur-sumur sekitar yang menggunakan resistive mud (Rm > 2 [EMAIL PROTECTED]) yg dibor dibawah tahun 90-an, defleksi SP ini memang kadang-kadang bisa diandalkan. Saya amati dia selalu bergerak ke kiri di minyak dan bergerak ke kanan ketika ketemu air. Tapi ada juga sumur yang menurut saya SP nya ter-suppress, tapi data test nya keluar air. Di sumur-sumur yang menggunakan lumpur yang salin (Rm < 0.5) yg semuanya dibor diatas tahun 90-an saya kesulitan melihat efek suppression-nya, tidak 'bleg' jelas kelihatan. Sayangnya, kita akan pakai KCL-Polymer 3-5% yg notabene saline (rough estimate 30.000 ppm Cl-) untuk menghindari swelling di lapisan-lapisan lempungnya. Terimakasih, Miftah _____ From: Oki Satriawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, June 14, 2007 11:16 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Tanya magnetic resonance Kalau boleh Tanya..pakai mud-nya apa pak..? kalau nggak salah defleksi kurva SP bisa dipakai untuk membedakan kandungan minyak atau air dengan memperhatikan nilai cl - mud yang digunakan. Separasi kurva resistivity induction juga bisa membedakannya pak. (CMIIW) Salam OQ -----Original Message----- From: Miftah Mazied [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, June 14, 2007 10:03 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Tanya magnetic resonance Dear IAGI-Net, Mohon bantuannya, Kami akan mengebor satu sumur delineasi di sekitar Central Sumatra. Problem kami adalah sulitnya membedakan zona oil dan air yang sangat fresh karena keduanya menghasilkan bacaan resistivity yang sama-sama tinggi. Bos saya mengusulkan running NMR untuk menyelesaikan masalah ini , tapi saya agak ragu karena kami tidak punya data capillary pressure atau Swirr dari core untuk mengkalibrasi nilai T2 cutoff nya. Pertanyaan saya adalah apakah tanpa kalibrasi T2 cuttof, akurasi fluids identification yang dilakukan oleh tool ini bisa dipercaya? Terimakasih sebelumnya, Miftah Mazied