Pak Awang YTH.,

Menarik sekali ulasan pak Awang tentang sejarah berhubungan dengan geologi 
ini,...., seperti dijelaskan sebelum nya bahwa hubungan Demak dengan pedalaman 
Jawa dengan memakai kapal2, adalah melalui Kali Serang, yang bermata air di 
Gunung Merbabu dan Pegunungan Kendeng, dekat Pengging (diantara Pajang dan 
Boyolali)...s/d hampir akhir abad ke-18...

Ketika Demak surut, kemudian digantikan oleh Pajang (Sultan Hadiwijaya), dan 
Mataram (Panembahan Senopati) --> semakin ke selatan, apakah juga ada 
kemungkinan sebab2 Geologi yang menyertai nya pak...?, seperti kalo tidak 
salah, dulu pak Awang pernah menjelaskan tentang pemindahan pusat pemerintahan 
(Wangsya Sanjaya ?) oleh Mpu Sindok ke wilayah Jawa yang lebih ke arah Timur...

Mohon pencerahan nya pak...


Terimakasih

Best Regards
Sigit



________________________________
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>; Forum 
HAGI <fo...@hagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Sent: Friday, July 10, 2009 12:03:45 AM
Subject: [iagi-net-l] Kerajaan Demak dan Geologi Selat Muria


Sebuah buku baru, “Ensiklopedi Kelirumologi” (Jaya Suprana, 2009 – Elex Media 
Komputindo-Kompas Gramedia), memuat sebuah entri berjudul “Demak” di halaman 
98. Di dalam entri itu diceritakan bahwa tentang lokasi bekas Keraton Kerajaan 
Demak belumlah ada kesepakatan di antara para ahli. Sekelompok ahli mengatakan 
bahwa letak lokasi keraton tersebut paling mungkin ada di kawasan selatan 
alun-alun kota Demak sekarang dan menghadap ke utara. Di kawasan selatan Demak 
ini terdapat suatu tempat bernama Sitinggil/Siti Hinggil–sebuah nama yang 
biasanya berasosiasi dengan keraton. Namun kelompok ahli yang lain menentang 
pendapat tersebut sebab pada abad XV, yaitu saat Kerajaan Demak ada, kawasan 
Demak masih berupa  rawa-rawa liar. Sangat tidak mungkin kalau Raden Patah 
mendirikan kerajaannya di situ. Yang lebih mungkin, menurut kelompok ini, pusat 
Kerajaan Demak ada di wilayah sekitar Semarang yaitu Alastuwo, Kecamatan Genuk. 
Pendapat ini didukung oleh
temuan benda-benda arkeologi. Menurut Jaya Suprana, salah satu dari kedua 
pendapat itu mungkin keliru, tetapi bisa juga dua-duanya keliru (!). Demikian 
ulasan tentang Demak dalam kelirumologi ala Jaya Suprana.

Kedua pendapat di atas menarik diuji secara geologi sebab keduanya mau tak mau 
melibatkan sebuah proses geologi bernama sedimentasi. Mari kita lihat sedikit 
proses sedimentasi di wilayah yang terkenal ini. Terkenal ? Ya, wilayah ini 
dalam hal sedimentasi Kuarter terkenal. Ada pendapat bahwa dahulu kala Gunung 
Muria di sebelah utara Demak tidak menyatu dengan tanah Jawa, ia merupakan 
sebuah pulau volkanik yang kemudian akhirnya menyatu dengan daratan Jawa oleh 
proses sedimentasi antara Demak-Muria. Mari kita periksa pendapat ini 
berdasarkan literatur-literatur lama sejarah.

Sedikit hal tentang Kerajaan Demak, perlu dituliskan lagi untuk sekedar 
menyegarkan pikiran. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan 
ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan 
raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Riwayat 
penaklukan Majapahit oleh Demak ada kisah tersendiri yang secara sangat detail 
diceritakan dalam buku Slamet Muljana (1968, 2005) “Runtuhnya Kerajaan 
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara” – Bhratara – LKiS. 
Pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. 
Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, 
Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 
1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu 
kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan 
Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas
Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh2 penting Demak saat menyerang Blambangan 
yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan 
makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari 
sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan.

Kembali ke pencarian pusat Kerajaan Demak, buku Mohammad Ali (1963), “Peranan 
Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” –Bhratara, menarik untuk diacu. 
Dalam menguraikan terjadinya Kerajaan Demak, Moh. Ali menulis bahwa pada suatu 
peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, 
agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh 
tanaman gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah 
rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampailah ke daerah rawa di 
tepi selatan Pulau Muryo (Muria), yaitu suatu kawasan rawa-rawa besar yang 
menutup laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan Pulau Muryo dengan 
daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian 
tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak”.  

Menurut Slamet Muljana (1983), “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” – 
Inti Idayu, hutan di Gelagah Wangi itu dibuka dan dijadikan tempat hunian baru 
rnama “Bintara”. Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah terkenal sebagai 
Pangeran Bintara. Slamet Muljana (1968, 2005) juga menulis bahwa Raden Patah 
(nama Tionghoanya Jin Bun – Raden Patah adalah anak raja Majapahit Prabu 
Brawijaya dan salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina) memilih tinggal 
di daerah kosong dan berawa di sebelah timur Semarang, di kaki Gunung Muria. 
Daerah itu sangat subur dan strategis untuk menguasai pelayaran di pantai 
utara. Jin Bun berkedudukan di Demak. Di Demak, Jin Bun menjadi ulama sesuai 
pesan gurunya, Sunan Ampel. Ia mengumpulkan para pengikutnya baik dari 
masyarakat Jawa maupun Cina. Saat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun 
atau Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.

Bahwa Demak dulu berlokasi di tepi laut, tetapi sekarang jaraknya dari laut 
sampai 30 km, dapat diinterpretasikan dari peta genangan air yang diterbitkan 
Pemda Semarang (Daldjoeni, 1992, “Geografi Kesejarahan II” –Alumni). Peta 
genangan banjir dari Semarang sampai Juwana ini dengan jelas menggambarkan 
sisa-sisa rawa di sekitar Demak sebab sampai sekarang wilayah ini selalu 
menjadi area genangan bila terjadi banjir besar dari sungai-sungai di 
sekitarnya. Dari peta itu dapat kita perkirakan bahwa lokasi Pulau Muryo ada di 
sebelah utara Jawa Tengah pada abad ke-15 sampai 16. Demak sebagai kota 
terletak di tepi sungai Tuntang yang airnya berasal dari Rawa Pening di dekat 
Ambarawa.

Di sebelah baratlaut kawasan ini nampak bukit Prawoto, sebuah tonjolan darat 
semacam semenanjung yang batuannya terdiri atas napal di Pegunungan Kendeng 
bagian tengah. Dalam sejarah Demak terdapat tokoh bernama Sunan Prawoto 
(Prawata) yaitu anak Pangeran Trenggono. Nama sebenarnya adalah Mukmin, tetapi 
kemudian ia dijuluki Sunan Prawoto karena setiap musim penghujan, demi 
menghindari genangan di sekitar Demak, ia mengungsi ke pesanggrahan yang 
dibangun di bukit Prawoto. Sisa-sisa pesanggrahan tersebut masih menunjukkan 
pernah adanya gapura dan sitinggil (siti hinggil) serta kolam pemandian (De 
Graaf, 1954, “De Regering van Panembahan Senapati Ingalaga” – Martinus Nijhoff).

De Graaf dan Th. Pigeaud (1974), “De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java” 
–Martinus Nijhoff) punya keterangan yang baik tentang lokasi Demak. Letak Demak 
cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang 
memisahkan Jawa Tengah dan Pulau Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat 
dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak perahu dapat 
berlayar sampai Rembang. Baru pada abad ke-17 selat tadi tidak dapat dilayari 
sepanjang tahun.

Dalam abad ke-17 khususnya pada musim penghujan perahu-perahu kecil dapat 
berlayar dari Jepara menuju Pati yang terletak di tepi sungai Juwana. Pada 
tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan 
menggali terusan yang menghubungkan Demak dengan Pati sehingga dengan demikian 
Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan.

Pada abad ke-16 Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras hasil pertanian 
dari daerah-daerah sepanjang Selat Muryo. Adapun Juwana pada sekitar tahun 1500 
pernah pula berfungsi seperti Demak. Sehubungan itu, menurut laporan seorang 
pengelana asing terkenal di Indonesia saat itu –Tom Pires, pada tahun 1513 
Juwana dihancurkan oleh seorang panglima perang Majapahit dan Demak menjadi 
satu-satunya yang berperan untuk fungsi itu.
Perhubungan Demak dengan daerah pedalaman Jawa Tengah adalah melalui Kali 
Serang yang muaranya terletak di antara Demak dan Jepara. Sampai hampir akhir 
abad ke-18 Kali Serang dapat dilayari dengan kapal-kapal sampai pedalaman. Mata 
air Kali Serang terletak di Gunung Merbabu dan di Pegunungan Kendeng Tengah. Di 
sebelah selatan pegunungan tersebut terdapat bentangalam Pengging (di antara 
Boyolali dan Pajang/Kartasura).

Ketika dalam abad ke-17 sedimen di Selat Muryo sudah semakin banyak dan 
akhirnya mendangkalkannya sehingga tak dapat lagi dilayari, pelabuhan Demak 
mati dan peranan pelabuhan diambil alih oleh Jepara yang letaknya di sisi barat 
Pulau Muryo. Pelabuhannya cukup baik dan aman dari gelombang besar karena 
terlindung oleh tiga pulau yang terletak di depan pelabuhan. Kapal-kapal dagang 
yang berlayar dari Maluku ke Malaka atau sebaliknya selalu berlabuh di Jepara.

Demikian ulasan singkat berdasarkan literatur2 lama sejarah tentang lokasi 
Kerajaan Demak yang lebih mungkin memang berada di selatan kota Demak sekarang, 
di wilayah yang dulunya rawa-rawa dan menhadap sebuah selat (Selat Muryo) dan 
Pulau Muryo (Muria). Justru dengan berlokasi di wilayah seperti itu, Demak pada 
zamannya sempat menguasai alur pelayaran di Jawa sebelum sedimentasi mengubur 
keberadaan Selat Muria.

Jalan raya pantura yang menghubungkan Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juwana sekarang 
sesungguhnya tepat berada di atas Selat Muria yang dulu ramai dilayari 
kapal-kapal dagang yang melintas di antara Juwana dan Demak pada abad ke-15 dan 
ke-16. Bila Kali Serang, Kali Tuntang, dan Kali Juwana meluap, ke jalan-jalan 
inilah genangannya –tak mengherankan sebab dulunya juga memang ke selat inilah 
air mengalir.

Bila kapan-kapan kita menggunakan mobil melintasi jalan raya pantura antara 
Demak-Pati-Juwana-Rembang, ingatlah bahwa sekitar 500 tahun yang lalu jalan 
raya itu adalah sebuah selat yang ramai oleh kapal-kapal niaga Kerajaan Demak 
dan tetangganya.

Kembali ke kelirumologi lokasi Kerajaan Demak, yang mungkin keliru adalah 
pendapat bahwa pusat Kerajaan Demak berada di Semarang. 

Salam,
Awang





--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------


      

Kirim email ke