Pak Awang, Soal kekurangan mentor saya sangat setuju. Jumlah murid dan dosen yang sangat berbeda kemungkinan besar akan menurunkan kualitas sistem belajar yang ada karena kurangnya fungsi kontrol.
Dan mungkin inilah salah satu yang membedakan sistem pendidikan di luar dan dalam negeri. Sonnenberg selalu membatasi jumlah murid di geology CSM bahkan ada yang sudah punya sponsor tapi kalau GPA, TOEFL, dan GRE kalah bersaing walaupun dana mendukung ya harus bersabar menunggu dipanggil masuk. Universitas tidak akan memaksakan menambah jumlah kursinya. Weimer juga melakukan hal yang sama di University Colorado di Boulder. Kalau kita tanya jawaban mereka selalu kompak. Prinsip mereka quantity dari murid bukan tujuan utama pendidikan tapi quality yang menjadi prioritas utama. Di Indonesia paradigma bertambah banyak murid berarti bertambah juga pendapatan universitas menjadi salah satu trend tersendiri saat ini. Salah satu akibat terjadinya trend ini adalah karena sekarang pendidikan di universitas2 sudah tidak 100% dibantu pemerintah. Disinilah celah universitas dapat merekrut mahasiswa yang berduit dan tidak perlu pintar karena tuntutan pendapatan dari universitas sendiri. Sehingga trend quality menjadi menurun. Faktor lain dari pendidikan di universitas yang ada di LN dan DN adalah dari staff pengajarnya. Mobilitas staff pengajar di LN terutama di Amerika cukup besar. Sangat sering dijumpai dosen2 yang terkenal tidak hanya tinggal di satu universitas dari mulai mengajar sampai pensiun. Di Indonesia masih banyak juga dijumpai dosen terbang yang kadang mengajar di universitas lain seperti Bu Emmy (ITB) yang juga mengajar di Trisakti dan UPN. Tetapi sangat jarang dijumpai dosen yang berpindah dari satu universitas ke universitas lain. Berbeda dengan universitas yang ada di LN terutama di Amerika yang masih sering berpindah seperti Roger Slatt berpindah dari CSM ke OU sampai akhirnya OU menjadi salah satu universitas favorit yang dituju saat ini. Selain faktor adanya John Castagna yang juga membuat OU menjadi favorit universitas di Oklahoma saat ini. Dulu mungkin hanya Tulsa saja yang menjadi tujuan di Oklahoma. Michael Gardner dari CSM ke Montana. Dag Numendal dari Lousiana ke Wyoming. Dan masih banyak yang lain. Mobilitas mereka ini rupanya banyak mempengaruhi minat pelajar yang akan mengambil mata kuliah mereka ini. Mungkin kalo ini bisa ditiru bukan tidak mungkin universitas2 yang baru bisa bersaing dgn universitas yang sudah terkenal di bidang geologi. Membaca quote Pak Awang dari Robert C. Shoup, saya jadi agak heran. Disini justru berbeda Pak Awang. Kebetulan dia merumput disini dan moto "Understanding is seldom gained from a distance" justru terbalik. Kayanya sudah bukan seldom lagi tapi sudah mengarah ke always. Dia sekarang malah paling suka memakai foto satelit dan sangat jarang sekali ke lapangan melihat singkapan2 yang ada. Berbeda dengan Chris K. Morley. Dia justru paling senang melihat2 singkapan untuk memastikan interpretasi yang dia lakukan bisa dibuktikan di lapangan atau tidak. Dia juga paling sering melihat peta geologi dan dibandingkan langsung dilapangan seperti yang selalu dilakukan Mas Andang. -doddy- 2010/4/4 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> > Bila teknologi berdampak negatif, teknologi itu sendiri tidak bersalah, > yang bersalah adalah orang yang menggunakan teknologi itu. Teknologi adalah > implikasi tuntutan zaman. Ia diciptakan karena tuntutan zaman. > > Software geologi/geofisika dibuat untuk membantu pekerjaan-pekerjaan > geologi/geofisika. Software2 tersebut diciptakan karena tuntutan zaman, saat > ekplorasi migas semakin sulit, saat semakin diperlukan integrasi antar > berbagai aspek, saat diperlukan kuantifikasi, saat diperlukan iterasi atau > pengulangan analisis yang melibatkan data yang masif, saat diperlukan > kecepatan dan ketepatan. Tak ada yang sempurna, begitu pun dengan software. > Ada bagian-bagian lemahnya, bagian-bagian yang harus dikoreksi atau > dilengkapi dengan nalar otak manusia. Maka menerima bulat-bulat hasil > analisis software adalah suatu kesalahan. Analisis softwar adalah suatu mata > rantai, bukan keputusan final, ia masih harus dicek dan disintesis oleh otak > manusia. Tidak melakukan penalaran atas hasil software, maka bisa berakibat > fatal. > > Generasi muda berada dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan generasi > pendahulunya. Mereka berada di tengah kepungan teknologi dan software > canggih, sementara generasi pendahulunya masih sepi dari software, > mereka hanya mengandalkan otak dan tangannya. Kampus-kampus kini dibanjiri > mahasiswa-mahasiswa geologi, para dosen kesulitan membagi perhatian yang > penuh untuk setiap individu. Bila dulu saya kuliah geologi dengan 30 teman > seangkatan, kadang-kadang hanya 20 teman; sekarang mereka kuliah dengan > lebih dari 100 teman seangkatan. Dulu, saat ke lapangan, dosen bisa meminta > setiap mahasiswanya memerikan singkapan yang dilihat di depannya. Kini, > belum tentu setiap mahasiswa bisa melihat singkapan itu sebab terhalang oleh > puluhan temannya di depan, apalagi bisa memerikannya. Dulu, mencari kapling > pemetaan tak terlalu susah, sekarang, susahnya bukan main mencari kapling > pemetaan yang belum banyak dipetakan sebelumnya. Dulu, dosen bisa leluasa > memeriksa > latihan map contouring atau analisis log setiap mahasiswanya dan > memberitahukan kesalahan mereka satu demi satu; sekarang dengan ratusan > mahasiswa yang dibimbingnya apa masih mungkin melakukan hal itu sementara > para dosen pun mesti membina kariernya juga ? Dulu, saat melamar pekerjaan > tak ada tuh yang namanya harus bisa menjalankan software ini software itu. > Sekarang, yang bisa menjalankan software ini software itu dianggap nilai > plus. > > Nah, dengan situasi-situasi dahulu dan kini yang berbeda seperti di atas > itu, apakah kita layak mengharapkan para generasi muda geologi punya nalar > geologi yang sama seperti generasi pendahulunya ? Generasi muda dan generasi > pendahulu punya kecanggihannya masing-masing. Kecanggihan2 dua generasi ini > mesti digabung, bukan yang satu menyalahkan yang lain. Generasi muda tentu > kurang pengalaman dibandingkan pendahulunya. Generasi pendahulu waktu baru > memulai kariernya pun banyak kesalahan yang dibuatnya, yang wajar sekali > diulangi oleh penerusnya juga. Kesalahan adalah alat ajar terbaik untuk > menuju hal yang benar. > > Di sebuah perusahaan minyak nasional, saya melihat harmoni yang baik antara > generasi muda dan generasi pendahulunya. Yang muda menggunakan > ketrampilannya bermain software. Yang senior memeriksa hasilnya lalu > mengoreksinya menggunakan nalar geologi lewat mentoring. Mentoring ini > lama-lama akan memperbaiki kualitas pekerjaan yang muda. Bila dilakukan > secara persistent dan konsisten serta yang muda mau belajar dan yang senior > sabar dalam mengajar, maka generasi muda ini akhirnya akan serbacanggih, > canggih dalam menjalankan software, canggih dalam bernalar geologi. > Wow...kemampuan yang langka ! Di perusahaan yang sama, sering diundang para > ahli geologi berkaliber nasional yang tentu saja nalar geologinya tak usah > diragukan lagi. In-house training dilakukan, dalam usaha membuat para > generasi muda memiliki nalar geologi yang canggih. > > Harus diakui bahwa profesionalisme geologi memang secara global menurun > (Rose dan Sonnenberg, 2006). Menurut Weimer (1980, 1984) dan Sonnenberg > (2004), ada tujuh penyebabnya : 1. kekurangan sikap profesional, 2. > kekurangan etika profesional, 3.kekurangan continuing education, 4. > kekurangan mentor, 5.kekurangan penghargaan atas profesionalisme, 6. > kesalahan kriteria sukse, 7. pendekatan instan. > > Saya ingin menekankan yang nomor 4, bahwa setiap generasi pendahulu, para > senior, adalah mentor generasi mudanya. Bila kita ingin para generasi muda > bernalar geologi sebaik kita, mari kita melatihnya sebab memang mereka ada > di situasi yang kurang kondusif seperti zaman kita yang bisa menantang nalar > geologi. Dan, untuk ibu/bapak dosen2 di perguruan2 tinggi pikirkanlah cara > terbaik kegiatan belajar dan mengajar di tengah situasi yang kurang kondusif > ini agar para lulusan geologi dapat bernalar geologi yang baik, tidak hanya > canggih bermain software. > > "Understanding is seldom gained from a distance." - Robert C.Shoup (2006) > > (Saat peta hasil CPS3-nya salah, tak nalar, mari kita koreksi dan lakukan > mentoring dari dekat, kelak ia tak akan mengulangi kesalahannya lagi sebab > ia memperoleh satu nalar dari kita). > > salam, > Awang > > > --- Pada Ming, 4/4/10, Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id> > menulis: > > > Dari: Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id> > Judul: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Minggu, 4 April, 2010, 7:47 PM > > > Ini adalah dampak negatif atau buntut dari kemajuan teknologi, contoh saja > awalnya pemakaian kalkulator yg berakibat banyak pendekatan aljabar, > trigonometri bahkan statistik praktis menghilang dengan sendirinya karena > tinggal pencet. Auto picking, algoritma kontur belum lagi 3D modeling > dll., yang semuanya menjanjikan solusi canggih dan akurat bahakan tanpa > atau sedikit sentuha geologist...wow luar biasa.. (moga2 tidak ada auto > mapping ya..) Akibatnya seringkali hasilnya tidak dievaluasi karena tidak > mengerti apa yang harus QC utk mencheck yang salah. Hal ini terjadi karena > pengetahuan dasar geologinya kurang bahkan seringkali tidak tahu. Tetapi, > pemakaian teknologi canggih jelas tidak bisa dihindarkan karena kita sudah > berada dalam dunia teknologi maju yang harus bisa dimanfaatkan utk > kepentingan ilmu geologi, tetapi memang tidak boleh kebablasan serta perlu > pengetahuan dasar yang baik tidak hanya know how.. > > Masalah pemetaan memang sudah sangat menyedihkan serta memprihatinkan. > Secara umum keadaannya memang seperti agurmennya vita, sehingga ini juga > yang membuat kami di dunia pendidikan ditantang harus membuat strategi > yang berbeda untuk pendidikan masa depan (future geologist). Kata back to > basic yg sering terdengar itu memang harus tapi harus dengan pemanfaatan > teknologi yang ada. > > Selain itu industri juga yang harus awas dalam membantu menseleksi calon > geologist muda, harus juga melakukan tatap muka dan mengevaluasi yang > mendalam calon tidak hanya berdasarkan IP tinggi. Hal ini akan sangat > membantu kami yang ada dalam dunia pendidikan karena memberikan dampak > positif bagi mahasiswa yang memang true geologist. > > Mungkin juga definisinya profesi geologistnya harus ditambah subtitle > seperti: petrologist, sedimentologist, paleontologist dll. Sehingga bisa > ada batasan dalam soal keahlian dan pengetahuannya. > > Saat ini kami terus berusaha dan kampanye field mapping as a heart and > soul every geolgists. > > Salam. > > Ben Sapiie > > > > > > ---------- Forwarded message ---------- > From: Ida Bagus Ari Kresnawan <ibari.kresna...@yahoo.co.id> > Date: Sun, 4 Apr 2010 12:14:17 +0700 > Subject: RE: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? > To: iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com > > -TOPBS- ..... > Setuju banget. > Apapun kerjaan kita, > Walaupun tidak bekerja sebagai geologist, > Tapi 'JIWA' geologist kita selalu ada ... > saat jalan2 pun kita selalu berfikir kenapa ini dan itu bisa terjadi. > Misal : > Kalau orang awam mengkomentari Banjir di Jakarta, pasti tanggapannya hanya > berkisar > Tentang > > -----Original Message----- > From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] > Sent: Sunday, April 04, 2010 10:54 AM > To: IAGI; geologi...@googlegroups.com > Subject: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? > > PErcaya ngga ? ..... > Ah masa sih ?RDP > Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? <goog_1582993258> by > Parvita > S*(Saya tulis blog ini dengan bahasa Indonesia juga, agar bisa dibaca oleh > rekan2 mahasiswa Jurusan Geologi maupun mahasiswa2 di Indonesia).* > <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02501.jpg> > > True geologist appreciate geology, however they are > > Saya mulai merasa sedikit khawatir dengan generasi muda sekarang. Apakah > mereka benar *passionate *tentang geologi? Apakah mereka hanya sekedar > operator software? Saya cerita sedikit mengenai pekerjaan seorang > geologist > maupun geoscientist di perusahaan minyak (tentunya applicable di > perusahaan2 > lain yang membutuhkan interpretasi bawah permukaan juga). > > Pekerjaan seorang geologist di perusahaan minyak mencakup mengumpulkan > data > bawah permukaan, membuat peta, membuat rekonstruksi paleo-depositional > environment, dan interpretasi. Interpretasi inilah yang menentukan apakah > seorang geologist itu geologist yang baik atau bukan, dengan kemampuan > mempertahankan hipotesanya atas kesimpulan yang diambil. > <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/imac.jpg> > > Gen Y: Gadget and software operator generation? > > Sekarang banyak sekali *software* yang mempermudah pekerjaan seorang > geologist. Mulai dari perangkat lunak pemetaan yang membantu seorang > geologist untuk membuat peta permukaan, modeling bentuk reservoir, > modeling > bentuk cekungan untuk interpretasi regional dan juga *software *untuk > mengetahui sifat fisik batuan yang dibor, untuk mengetahui kadar > hydrocarbon > dari sekuen batuan yang telah dibor. Sepertinya tinggal pencet, sudah, > keluar semua parameter. > > Zaman saya dulu, taruhlah pemetaan. Semua dilakukan dengan tangan. > Sembari > menarik garis, kami dipaksa untuk memikirkan geologi bawah permukaannya. > Apakah mungkin garis ini saya tarik ke utara? Bagaimana struktur > regionalnya? Kalau saya buat penyebaran batuannya seperti ini, apakah > konsisten dengan geologi regional yang sudah ada? Sehingga peta yang > dihasilkan adalah hasil dari pemikiran matang dari seorang ilmuwan. > > Sekarang, dengan kemudahan pemetaan dengan segala *software, *orang2 > seakan > lupa dengan konsep pemetaan. Masukkan data interpretasi horizon, atau > isochron/isopach, masukkan ke program pemetaan, *voila*, peta jadi. > Padahal, pemetaan bawah permukaan harus selalu diteliti kembali dengan > data > yang kita punya. Kenapa tiba2 di sini ada tinggian? Kenapa di sini > kecepatannya lebih cepat? Proses pemetaan adalah proses interpretasi > kembali, yang membutuhkan kegiatan kembali melihat data, modifikasi, dan > lain-lain. Bukan hanya sekedar pencet tombol, lalu keluar peta dan > presentasikan di depan management. > > Sama seperti attribute yang digunakan di program2 geofisika. "Bright > Amplitude" adalah salah satu, sekali lagi, *hanya salah satu* petunjuk > bahwa > di sekuen itu terdapat beda impedance. Bukan karena ada hidrokarbon saja. > Amplitude anomaly, hanya menunjukkan perbedaan sifat fisik batuan. Hanya > menunjukkan beda akustik impedance. Tetapi banyak, terutama geophysicist, > yang tidak berpikir lebih jauh, *bagaimana menerjemahkan hal tersebut > sebagai geologi? Bagaimana memasukkan hydrocarbon ke dalam system > tersebut? Apakah itu benar channel yang berisi pasir? * > <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02602.jpg> > > Small scale reversed fault. Scale is important when interpreting. > > Ini yang kadang mengecewakan saya. Dengan arogannya, seorang lulusan > geologi menulis di CV sudah pernah memakai software ini itu. Padalah > kalau > interview dengan saya, fresh graduate ini saya sodorkan batu. Dan begitu > deskripsi batuan, atau saya beri contoh soal mengenai singkapan di > lapangan, > mereka gelagapan. > > Berkali-kali saya ungkapkan, pemakaian software itu bisa dilatih. Hanya > yang > perlu adalah, *basic understanding of the philosophy of the geology* dan > apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh komputer tersebut. Kenapa > ada *bulls > eyes *dalam peta? Apakah itu real? > < > http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marking_swt 103 > 9.jpg<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marki ng_swt103%0A9.jpg> > > > > Mapping. Are you really mapping? > > Saya ingat pengalaman berdebat dengan seorang expat yang menghasilkan peta > dan kami sedang meeting di depan boss kami. Ketika saya perhatikan > petanya, > semua yang di ujung2 line seismik memberikan fenomena yang aneh, sehingga > bentuk peta yang dihasilkan menjadi aneh pula, dan tidak menunjukkan > kondisi > geologi yang real. Begitu ditanya, dia hanya gelagapan. Satu skor buat > saya. Peta saya malah tidak pakai rumus ini itu, tetapi lebih ke arah > melihat trend, kombinasi antara batuan yang ada, dan tarik tangan alias > manual. Dan herannya, generasi2 muda ini malas untuk kontur tangan. > Malas > untuk kalkulasi cadangan dengan memakai kertas grafik. > > Apakah karena di era serba cepat dan komputer ini semua ingin serba mudah > tanpa menggunakan otak dan nalar geologi mereka lagi? Karena kalau hanya > pencet tombol, anak LPK Tarakanita juga bisa. Kalau hanya tarik horizon > di > seismik mengikuti amplitude yang anomali tanpa memikirkan implikasi > geologi > atas interpretasi, keponakan saya yang SD juga bisa. Sebagaimana menarik > horison sea bottom. > > Dan jangan kira ini hanya fresh graduate saja. Kadang2 yang berpengalama > 5-7 tahun juga demikian. Kalau sudah begini, saya lihat petanya, saya QC > kembali, lihat *throw* di sesar2, wah, saya bisa suruh mereka untuk ulang > mapping lagi. > > Apakah Gen Y sekarang memang lebih canggih dengan software dan gadget2 > teknologi tetapi lebih lemah dalam memakai nalar dan otaknya? Memang > *passion > *terhadap ilmu geologi tidak dimiliki semua geologist. Itu akan tercermin > dari hasil interpretasinya, hasil kerjanya dan buah karyanya. Dan > tentunya > ini juga tercermin dari produk hasil pekerjaannya. > <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc03324.jpg> > > Me, interpreting the rocks, East Kalimantan > > Seorang geologist atau geoscientist harus bisa menerjemahkan data menjadi > sebuat konstruksi batuan. Seorang geoscientist yang baik tidak akan hanya > menyerahkan data untuk diolah semata-mata oleh sebuah perangkat mati. > Seorang geoscientist tidak hanya berhenti pada deskripsi batuan dan > pengumpulan data, tetapi juga rasa keingin tahuan terhadap fenomena > geologinya akan membuat ia tidak tidur semalam suntuk memikirkan proses2 > alam, yang berakhir kepada pensyukuran dan pengakuan penuh terhadap > kebesaran Tuhan sang Maha Pencipta. > > Lets look at the rocks, think about the process and just let computers be > computers, to make our job easier. Not to think for us. > > __________________________________________________ > Apakah Anda Yahoo!? > Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap > spam > http://id.mail.yahoo.com > > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > Ayo siapkan diri....!!!!! > Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember > 2010 > > ------------------------------------------------------------------------ ----- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2: > http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no > event shall IAGI or its members be liable for any, including but not > limited to direct or indirect damages, or damages of any kind > whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out > of or in connection with the use of any information posted on IAGI > mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > > -- > Sent from my mobile device > > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > Ayo siapkan diri....!!!!! > Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember > 2010 > > ------------------------------------------------------------------------ ----- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2: > http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > > > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > ------------------------------------------------------------------------ -------- > Ayo siapkan diri....!!!!! > Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember > 2010 > > ------------------------------------------------------------------------ ----- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2: > http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted > on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall > IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct > or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss > of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any > information posted on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > > > > Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat > tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. > http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/