Bagi yang belum tahu apa itu generasi X Y babby boomers dll sila tengok
disini :
http://rovicky.wordpress.com/2008/08/08/generasi-mana-kamu/
Saya sedikit mengulas apa itu generas-generasi ini

RDP

2010/4/4 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

> Bila teknologi berdampak negatif, teknologi itu sendiri tidak bersalah,
> yang bersalah adalah orang yang menggunakan teknologi itu. Teknologi adalah
> implikasi tuntutan zaman. Ia diciptakan karena tuntutan zaman.
>
> Software geologi/geofisika dibuat untuk membantu pekerjaan-pekerjaan
> geologi/geofisika. Software2 tersebut diciptakan karena tuntutan zaman, saat
> ekplorasi migas semakin sulit, saat semakin diperlukan integrasi antar
> berbagai aspek, saat diperlukan kuantifikasi, saat diperlukan iterasi atau
> pengulangan analisis yang melibatkan data yang masif, saat diperlukan
> kecepatan dan ketepatan. Tak ada yang sempurna, begitu pun dengan software.
> Ada bagian-bagian lemahnya, bagian-bagian yang harus dikoreksi atau
> dilengkapi dengan nalar otak manusia. Maka menerima bulat-bulat hasil
> analisis software adalah suatu kesalahan. Analisis softwar adalah suatu mata
> rantai, bukan keputusan final, ia masih harus dicek dan disintesis oleh otak
> manusia. Tidak melakukan penalaran atas hasil software, maka bisa berakibat
> fatal.
>
> Generasi muda berada dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan generasi
> pendahulunya. Mereka berada di tengah kepungan teknologi dan software
> canggih, sementara generasi pendahulunya masih sepi dari software,
> mereka hanya mengandalkan otak dan tangannya. Kampus-kampus kini dibanjiri
> mahasiswa-mahasiswa geologi, para dosen kesulitan membagi perhatian yang
> penuh untuk setiap individu. Bila dulu saya kuliah geologi dengan 30 teman
> seangkatan, kadang-kadang hanya 20 teman; sekarang mereka kuliah dengan
> lebih dari 100 teman seangkatan. Dulu, saat ke lapangan, dosen bisa meminta
> setiap mahasiswanya memerikan singkapan yang dilihat di depannya. Kini,
> belum tentu setiap mahasiswa bisa melihat singkapan itu sebab terhalang oleh
> puluhan temannya di depan, apalagi bisa memerikannya. Dulu, mencari kapling
> pemetaan tak terlalu susah, sekarang, susahnya bukan main mencari kapling
> pemetaan yang belum banyak dipetakan sebelumnya. Dulu, dosen bisa leluasa
> memeriksa
>  latihan map contouring atau analisis log setiap mahasiswanya dan
> memberitahukan kesalahan mereka satu demi satu; sekarang dengan ratusan
> mahasiswa yang dibimbingnya apa masih mungkin melakukan hal itu sementara
> para dosen pun mesti membina kariernya juga ? Dulu, saat melamar pekerjaan
> tak ada tuh yang namanya harus bisa menjalankan software ini software itu.
> Sekarang, yang bisa menjalankan software ini software itu dianggap nilai
> plus.
>
> Nah, dengan situasi-situasi dahulu dan kini yang berbeda seperti di atas
> itu, apakah kita layak mengharapkan para generasi muda geologi punya nalar
> geologi yang sama seperti generasi pendahulunya ? Generasi muda dan generasi
> pendahulu punya kecanggihannya masing-masing. Kecanggihan2 dua generasi ini
> mesti digabung, bukan yang satu menyalahkan yang lain. Generasi muda tentu
> kurang pengalaman dibandingkan pendahulunya. Generasi pendahulu waktu baru
> memulai kariernya pun banyak kesalahan yang dibuatnya, yang wajar sekali
> diulangi oleh penerusnya juga. Kesalahan adalah alat ajar terbaik untuk
> menuju hal yang benar.
>
> Di sebuah perusahaan minyak nasional, saya melihat harmoni yang baik antara
> generasi muda dan generasi pendahulunya. Yang muda menggunakan
> ketrampilannya bermain software. Yang senior memeriksa hasilnya lalu
> mengoreksinya menggunakan nalar geologi lewat mentoring. Mentoring ini
> lama-lama akan memperbaiki kualitas pekerjaan yang muda. Bila dilakukan
> secara persistent dan konsisten serta yang muda mau belajar dan yang senior
> sabar dalam mengajar,  maka generasi muda ini akhirnya akan serbacanggih,
> canggih dalam menjalankan software, canggih dalam bernalar geologi.
> Wow...kemampuan yang langka ! Di perusahaan yang sama, sering diundang para
> ahli geologi berkaliber nasional  yang tentu saja nalar geologinya tak usah
> diragukan lagi. In-house training dilakukan, dalam usaha membuat para
> generasi muda memiliki nalar geologi yang canggih.
>
> Harus diakui bahwa profesionalisme geologi memang secara global menurun
> (Rose dan Sonnenberg, 2006). Menurut Weimer (1980, 1984) dan Sonnenberg
> (2004), ada tujuh penyebabnya : 1. kekurangan sikap profesional, 2.
> kekurangan etika profesional, 3.kekurangan continuing education, 4.
> kekurangan mentor, 5.kekurangan penghargaan atas profesionalisme, 6.
> kesalahan kriteria sukse, 7. pendekatan instan.
>
> Saya ingin menekankan yang nomor 4, bahwa setiap generasi pendahulu, para
> senior, adalah mentor generasi mudanya. Bila kita ingin para generasi muda
> bernalar geologi sebaik kita, mari kita melatihnya sebab memang mereka ada
> di situasi yang kurang kondusif seperti zaman kita yang bisa menantang nalar
> geologi. Dan, untuk ibu/bapak dosen2 di perguruan2 tinggi pikirkanlah cara
> terbaik kegiatan belajar dan mengajar di tengah situasi yang kurang kondusif
> ini agar para lulusan geologi dapat bernalar geologi yang baik, tidak hanya
> canggih bermain software.
>
> "Understanding is seldom gained from a distance." - Robert C.Shoup (2006)
>
> (Saat peta hasil CPS3-nya salah, tak nalar, mari kita koreksi dan lakukan
> mentoring dari dekat, kelak ia tak akan mengulangi kesalahannya lagi sebab
> ia memperoleh satu nalar dari kita).
>
> salam,
> Awang
>
>
> --- Pada Ming, 4/4/10, Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id>
> menulis:
>
>
> Dari: Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Minggu, 4 April, 2010, 7:47 PM
>
>
> Ini adalah dampak negatif atau buntut dari kemajuan teknologi, contoh saja
> awalnya pemakaian kalkulator yg berakibat banyak pendekatan aljabar,
> trigonometri bahkan statistik praktis menghilang dengan sendirinya karena
> tinggal pencet.  Auto picking, algoritma kontur belum lagi 3D modeling
> dll., yang semuanya menjanjikan solusi canggih dan akurat bahakan tanpa
> atau sedikit sentuha geologist...wow luar biasa.. (moga2 tidak ada auto
> mapping ya..) Akibatnya seringkali hasilnya tidak dievaluasi karena tidak
> mengerti apa yang harus QC utk mencheck yang salah. Hal ini terjadi karena
> pengetahuan dasar geologinya kurang bahkan seringkali tidak tahu. Tetapi,
> pemakaian teknologi canggih jelas tidak bisa dihindarkan karena kita sudah
> berada dalam dunia teknologi maju yang harus bisa dimanfaatkan utk
> kepentingan ilmu geologi, tetapi memang tidak boleh kebablasan serta perlu
> pengetahuan dasar yang baik tidak hanya know how..
>
> Masalah pemetaan memang sudah sangat menyedihkan serta memprihatinkan.
> Secara umum keadaannya memang seperti agurmennya vita, sehingga ini juga
> yang membuat kami di dunia pendidikan ditantang harus membuat strategi
> yang berbeda untuk pendidikan masa depan (future geologist). Kata back to
> basic yg sering terdengar itu memang harus tapi harus dengan pemanfaatan
> teknologi yang ada.
>
> Selain itu industri juga yang harus awas dalam membantu menseleksi calon
> geologist muda, harus juga melakukan tatap muka dan mengevaluasi yang
> mendalam calon tidak hanya berdasarkan IP tinggi. Hal ini akan sangat
> membantu kami yang ada dalam dunia pendidikan karena memberikan dampak
> positif bagi mahasiswa yang memang true geologist.
>
> Mungkin juga definisinya profesi geologistnya harus ditambah subtitle
> seperti: petrologist, sedimentologist, paleontologist dll. Sehingga bisa
> ada batasan dalam soal keahlian dan pengetahuannya.
>
> Saat ini kami terus berusaha dan kampanye field mapping as a heart and
> soul every geolgists.
>
> Salam.
>
> Ben Sapiie
>
>
>
>
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Ida Bagus Ari Kresnawan <ibari.kresna...@yahoo.co.id>
> Date: Sun, 4 Apr 2010 12:14:17 +0700
> Subject: RE: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
> To: iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com
>
> -TOPBS- .....
> Setuju banget.
> Apapun kerjaan kita,
> Walaupun tidak bekerja sebagai geologist,
> Tapi 'JIWA' geologist kita selalu ada ...
> saat jalan2 pun kita selalu berfikir kenapa ini dan itu bisa terjadi.
> Misal :
> Kalau orang awam mengkomentari Banjir di Jakarta, pasti tanggapannya hanya
> berkisar
> Tentang
>
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: Sunday, April 04, 2010 10:54 AM
> To: IAGI; geologi...@googlegroups.com
> Subject: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
>
> PErcaya ngga ? .....
> Ah masa sih ?RDP
> Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? <goog_1582993258> by
> Parvita
> S*(Saya tulis blog ini dengan bahasa Indonesia juga, agar bisa dibaca oleh
> rekan2 mahasiswa Jurusan Geologi maupun mahasiswa2 di Indonesia).*
> <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02501.jpg>
>
> True geologist appreciate geology, however they are
>
> Saya mulai merasa sedikit khawatir dengan generasi muda sekarang.  Apakah
> mereka benar *passionate *tentang geologi?  Apakah mereka hanya sekedar
> operator software?  Saya cerita sedikit mengenai pekerjaan seorang
> geologist
> maupun geoscientist di perusahaan minyak (tentunya applicable di
> perusahaan2
> lain yang membutuhkan interpretasi bawah permukaan juga).
>
> Pekerjaan seorang geologist di perusahaan minyak mencakup mengumpulkan
> data
> bawah permukaan, membuat peta, membuat rekonstruksi paleo-depositional
> environment, dan interpretasi.  Interpretasi inilah yang menentukan apakah
> seorang geologist itu geologist yang baik atau bukan, dengan kemampuan
> mempertahankan hipotesanya atas kesimpulan yang diambil.
> <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/imac.jpg>
>
> Gen Y: Gadget and software operator generation?
>
> Sekarang banyak sekali *software* yang mempermudah pekerjaan seorang
> geologist.  Mulai dari perangkat lunak pemetaan yang membantu seorang
> geologist untuk membuat peta permukaan, modeling bentuk reservoir,
> modeling
> bentuk cekungan untuk interpretasi regional dan juga *software *untuk
> mengetahui sifat fisik batuan yang dibor, untuk mengetahui kadar
> hydrocarbon
> dari sekuen batuan yang telah dibor.  Sepertinya tinggal pencet, sudah,
> keluar semua parameter.
>
> Zaman saya dulu, taruhlah pemetaan.  Semua dilakukan dengan tangan.
> Sembari
> menarik garis, kami dipaksa untuk memikirkan geologi bawah permukaannya.
> Apakah mungkin garis ini saya tarik ke utara?  Bagaimana struktur
> regionalnya?  Kalau saya buat penyebaran batuannya seperti ini, apakah
> konsisten dengan geologi regional yang sudah ada? Sehingga peta yang
> dihasilkan adalah hasil dari pemikiran matang dari seorang ilmuwan.
>
> Sekarang, dengan kemudahan pemetaan dengan segala *software, *orang2
> seakan
> lupa dengan konsep pemetaan.  Masukkan data interpretasi horizon, atau
> isochron/isopach,  masukkan ke program pemetaan, *voila*, peta jadi.
> Padahal, pemetaan bawah permukaan harus selalu diteliti kembali dengan
> data
> yang kita punya.  Kenapa tiba2 di sini ada tinggian?  Kenapa di sini
> kecepatannya lebih cepat?  Proses pemetaan adalah proses interpretasi
> kembali, yang membutuhkan kegiatan kembali melihat data, modifikasi, dan
> lain-lain.  Bukan hanya sekedar pencet tombol, lalu keluar peta dan
> presentasikan di depan management.
>
> Sama seperti attribute yang digunakan di program2 geofisika.  "Bright
> Amplitude" adalah salah satu, sekali lagi, *hanya salah satu* petunjuk
> bahwa
> di sekuen itu terdapat beda impedance.  Bukan karena ada hidrokarbon saja.
> Amplitude anomaly, hanya menunjukkan perbedaan sifat fisik batuan.  Hanya
> menunjukkan beda akustik impedance.  Tetapi banyak, terutama geophysicist,
> yang tidak berpikir lebih jauh, *bagaimana menerjemahkan hal tersebut
> sebagai geologi?  Bagaimana memasukkan hydrocarbon ke dalam system
> tersebut?  Apakah itu benar channel yang berisi pasir? *
> <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02602.jpg>
>
> Small scale reversed fault. Scale is important when interpreting.
>
> Ini yang kadang mengecewakan saya.  Dengan arogannya, seorang lulusan
> geologi menulis di CV sudah pernah memakai software ini itu.  Padalah
> kalau
> interview dengan saya, fresh graduate ini saya sodorkan batu.  Dan begitu
> deskripsi batuan, atau saya beri contoh soal mengenai singkapan di
> lapangan,
> mereka gelagapan.
>
> Berkali-kali saya ungkapkan, pemakaian software itu bisa dilatih. Hanya
> yang
> perlu adalah, *basic understanding of the philosophy of the geology* dan
> apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh komputer tersebut.  Kenapa
> ada *bulls
> eyes *dalam peta?  Apakah itu real?
> <
> http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marking_swt103
> 9.jpg<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marking_swt103%0A9.jpg>
> >
>
> Mapping. Are you really mapping?
>
> Saya ingat pengalaman berdebat dengan seorang expat yang menghasilkan peta
> dan kami sedang meeting di depan boss kami.  Ketika saya perhatikan
> petanya,
> semua yang di ujung2 line seismik memberikan fenomena yang aneh, sehingga
> bentuk peta yang dihasilkan menjadi aneh pula, dan tidak menunjukkan
> kondisi
> geologi yang real.  Begitu ditanya, dia hanya gelagapan.  Satu skor buat
> saya.  Peta saya malah tidak pakai rumus ini itu, tetapi lebih ke arah
> melihat trend, kombinasi antara batuan yang ada, dan tarik tangan alias
> manual.  Dan herannya, generasi2 muda ini malas untuk kontur tangan.
> Malas
> untuk kalkulasi cadangan dengan memakai kertas grafik.
>
> Apakah karena di era serba cepat dan komputer ini semua ingin serba mudah
> tanpa menggunakan otak dan nalar geologi mereka lagi?  Karena kalau hanya
> pencet tombol, anak LPK Tarakanita juga bisa.  Kalau hanya tarik horizon
> di
> seismik mengikuti amplitude yang anomali tanpa memikirkan implikasi
> geologi
> atas interpretasi, keponakan saya yang SD juga bisa.  Sebagaimana menarik
> horison sea bottom.
>
> Dan jangan kira ini  hanya fresh graduate saja.  Kadang2 yang berpengalama
> 5-7 tahun juga demikian.  Kalau sudah begini, saya lihat petanya, saya QC
> kembali, lihat *throw* di sesar2, wah, saya bisa suruh mereka untuk ulang
> mapping lagi.
>
> Apakah Gen Y sekarang memang lebih canggih dengan software dan gadget2
> teknologi tetapi lebih lemah dalam memakai nalar dan otaknya?  Memang
> *passion
> *terhadap ilmu geologi tidak dimiliki semua geologist.  Itu akan tercermin
> dari hasil interpretasinya, hasil kerjanya dan buah karyanya.  Dan
> tentunya
> ini juga tercermin dari produk hasil pekerjaannya.
> <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc03324.jpg>
>
> Me, interpreting the rocks, East Kalimantan
>
> Seorang geologist atau geoscientist harus bisa menerjemahkan data menjadi
> sebuat konstruksi batuan.  Seorang geoscientist yang baik tidak akan hanya
> menyerahkan data untuk diolah semata-mata oleh sebuah perangkat mati.
> Seorang geoscientist tidak hanya berhenti pada deskripsi batuan dan
> pengumpulan data, tetapi juga rasa keingin tahuan terhadap fenomena
> geologinya akan membuat ia tidak tidur semalam suntuk memikirkan proses2
> alam, yang berakhir kepada pensyukuran dan pengakuan penuh terhadap
> kebesaran Tuhan sang Maha Pencipta.
>
> Lets look at the rocks, think about the process and just let computers be
> computers, to make our job easier.  Not to think for us.
>
> __________________________________________________
> Apakah Anda Yahoo!?
> Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
> spam
> http://id.mail.yahoo.com
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
> event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
> limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
> whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out
> of or in connection with the use of any information posted on IAGI
> mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
> --
> Sent from my mobile device
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
> the use of any information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
>       Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat
> tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah.
> http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke