Bedanya dg royalty adalah pemegang konsesi menguasainya seperti seorang raja dan membayar upeti (royalty) pada raja atasannya, biasanya kecil. Pemegang PSC tetap adalah kontraktor, dia dibayar oleh negara atas hasil jasanya dg sebahagian minyak yg diproduksikannya. Jadi ada perbedaan prinsip, siapa dibayar oleh siapa. Negara tetap menguasai konsesi itu. Ini yg disebut production sharing. Yang ada sekarang itu profit sharing, di mana pemerintah mengawasi supaya profitnya itu tetap besar tdk digerogoti oleh cost. Sama bedanya dg sawah yg diparoh dengan menyewakan tanah pada petani. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message----- From: RM Iman Argakoesoemah <iman.argakoesoe...@medcoenergi.com> Date: Mon, 26 Sep 2011 05:59:03 To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? Kalau begitu apa bedanya dengan sistim “royalty”? Thanks. Iman From: koeso...@melsa.net.id [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Monday, September 26, 2011 12:53 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? Benar sekali yg jadi masalah adalah fungsi pengawasan, makin jelimet aturannya makin birokratis juga pengawasannya, makin harus banyak juga pengawasnya, belum pengawas itu harus diawasi. Dengan menghilangkan CR diganti dg split yg memadai maka pengawasan makin sedikit, birokrasi makin sedikit, bahkan hilang, cukup dg mengawasi kran produksi saja. Dan ini akan mempercepat aktivitas explorasi. Seperti tukang parkir saja di Bandung kalau berdasarkan karcis parkir saja akan banyak uang parkir masuk kantong tukang parkir, jadi harus diawasi lagi. Makanya biasanya diborongkan saja, 1 kaveling tukang parkir berani stor berapa (istilahnya target), karcis parkir hanya formalitas saja. Powered by Telkomsel BlackBerry® ________________________________ From: "Sugeng Hartono" <sugeng.hart...@petrochina.co.id> Date: Mon, 26 Sep 2011 10:56:21 +0700 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? Pak Koesoema Yth, Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu agak rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus, buktinya diadopsi bbrp negara tetangga. Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan bahwa bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena merasa bahwa pengeluarannya akan masuk CR. Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi PSC kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para investor diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya dengan "split" keuntungan; kalau angka revenue/costnya bagus, mungkin splitnya tidak 85%-15% tetapi bisa 80%-20%, tetapi kalau angkanya jeblok, bisa-2 hanya 90%-10%. Dengan demikian para investor akan melakukan self-efficiency atau penghematan. Seorang teman yang lain, yang pernah mendapat penugasan "seberang lautan" (overseas assignment) ke negara tetangga (yg mengadopsi PSC kita) punya pengalaman lain. Walaupun perusahaan tempat dia bekerja masih dalam tarap eksplorasi (artinya belum ada CR) tetapi "BPMIGAS"-nya negara tersebut secara rutin akan melakukan audit yg ketat. Saya katakan ketat karena hanya biaya dua ratus USD untuk proses data seismik saja mereka tanyakan dengan detail. Misalnya kegunaannya untuk apa, barangnya di mana dll. dan bahkan ketika ada biaya untuk ikut IPA di Jakarta, ini pun juga sempat dipersoalkan karena mereka merasa tidak perlu untuk membiayai konvensi, namun ketika dijelaskan bahwa teman ini ikut kursus (penting) di Jkt yang waktunya beriringan dengan konvensi IPA, alasan ini bisa diterima. Setelah mereka selesai mengaudit, maka giliran berikutnya audit oleh Pricewaterhouse (mungkin sbg second opinion?). Katanya, mereka perlu audit sekarang, sebab kelak kalau perusahaan sudah berhasil, ada pengembangan dan POD, mereka sudah tidak perlu mengaudit lagi. Wah, ini ide yang bagus! Selama ini saya sering mendengar kabar keberhasilan teman-2 di perusahaan lain bahwa mereka berhasil discovery, sementara itu saya bekerja di perusahaan yang cukup sukses, karena dalam waktu kurang dari 2-3 tahun berhasil menemukan +/- 10 "new oil fields". Artinya bahwa para geosaintis kita sangat profesional dan mumpuni, namun kelihatannya kok kontribusi ke perekonomian nasional kurang begitu nampak ya?. Mungkin para akhli kita baik yang duduk di lembaga-2 pemerintah maupun di perguruan tinggi perlu membicarakannya. Sekian dulu, salah hormat. Sugeng ----- Original Message ----- From: koeso...@melsa.net.id<mailto:koeso...@melsa.net.id> To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id> Sent: Monday, September 26, 2011 9:57 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan geologist dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan memangkas birokrasi. Semua untung lah. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® ________________________________ From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com<mailto:rovi...@gmail.com>> Date: Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? 2011/9/26 kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com<mailto:kartiko.samo...@gmail.com>> Mas Vicky Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan persentase kenaikan jumlah produksi ? Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ? Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah. Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi biaya supaya perolehan keuntungannya optimum. Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang, sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang berjalan. Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama. btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian RDP ________________________________ “Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email. ________________________________ “Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email. ________________________________ Keep it on screen - think before you print ________________________________ Any information in this email is confidential and legally privileged. It is intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others authorized to receive. If you receive this e-mail in error, please reply this e-mail or call +6221 2995 4777 then delete this email including any attachment(s) from your system since any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on such contents is strictly prohibited. MedcoEnergi does not accept liability for damage caused by any of the foregoing. This e-mail is from MedcoEnergi Companies (www.medcoenergi.com).