Sedikit berilustrasi ... Dirjen saja bicaranya seperti ini nggak pakai tanya , nggak koordinasi dengan dinas terkait langsung cuap - cuap di media, wartawannya nggak ngerti lifting cost . operation cost , capital expenditur , AFE and AFA .. nulis di koran dan media electronic Kemudian dimuat di mass media .. dibaca paling tidak (katakan) 25% rakyat indonesia (karena yang 75% lainnya sibuk dengan urusan yang lain) .. dari 220 juta rakyat Indoensia atau paling tidak ada 55 juta yang mengikuti informasi dengan kategory "HOAX" .. trus yang 55 juta tadi ngobrol dengan temannya masing - masing 4 orang saja ... ya artinya masuk sebagai wacana Publik alias suara Rakyat Saya termasuk orang yang tidak suka dengan statement Vox Populi Vox Dei .. suara rakyat suara Tuhan ... karena Tuhan itu maha kuasa ... nggak mungkin 5 milyard suara manusia sama dengan suara Tuhan .. ini istilah yang dibuat negara barat untuk menjatuhkan regime di negara berkembang , ditambah dengan politik devide at impera .. politik pecah belah ... kemudian anarki dan Demo , persis seperti demo BBM ... naik cuma 4.000 rupiah .. demonya nyolong di Mc Donald (maksar) .. sambil rebahkan pagar gedung MPR-DPR .. tapi coba lihat .. HP-nya Blacberry , Rokoknya Marlboro ... demo yang aneh Sedikit kembali ke masalah journalisme , ada beberapa wartawan Indonesia yang saya kagumi , kalau generasi lama sudah pasti Rosihan Anwar - Budaya , Des Alwi - Sejarah, , kalau sekarang ada Budiarto Smambazy - Politik, Helmi Yahya - Olahraga (sebelum ngetop seperti sekarang) . kemudian Hendro Subroto untuk wartawan perang dan militer Pertanyaanya adakah wartawan bidang energy , kebumian dan bencana alam.... mungkin perlu satu orang entah dari wartawan atau geologist yang menjadi media counter sebelum "sang dirjen" bicara di media. Ada kecendrungan para pejabat publik kita suka "show off" .. lempar pernytaan mirip artis yang pamornya muli redup .. nekat bikin sensasi .. ini pernah saya utarakan .. jangan sekali - kali membuat pernyataan ke media bila belum ada persetujuan organisasi/department .. Akhirnya bisa runyam... Wallah - wallah .. Pak Dirjen .. kok sukanya bicara yang nggak - nggak ya .. Salam Dandy
To: iagi-net@iagi.or.id From: bandon...@gmail.com Date: Tue, 3 Apr 2012 01:06:03 +0000 Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia Iagi rame rame demo ke menteri esdm, minta lakukan eksplorasi, ahli minyak demo minta eksploitasi dan produksi sesuai kapasitasm Demonya lewat tulisan saja di koran, bicra di tv, dll. Iagi iapmi kan punya saluran. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Bambang Kartika <bamkart...@yahoo.com> Date: Tue, 3 Apr 2012 08:37:03 +0800 (SGT) To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia Lha begitu kok produksi tdk boleh turun. Satunya jalan tingkatkan kegiatan Eksplorasi biar ada penemuan baru, ttp dampaknya tentu cost recovery akan naik, nanti ribut lagi. BK. --- On Tue, 4/3/12, Surarso Hardjono <surarso_hardj...@yahoo.com> wrote: From: Surarso Hardjono <surarso_hardj...@yahoo.com> Subject: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> Date: Tuesday, April 3, 2012, 12:03 AM Sesungguhnya kemampuan produksi Minyak RI sudah sangat terbatas. Lapangannya sudah tua tua, pressurenya rendah , water cutnya tinggi ada yang lebih 90 %. Discovery sudah sangat minim. Lha kalau produksi digeber, anak cucu kita dapat apa. Dan bagaimana caranya. Srs 710 Dari: Ruskamto <rsoeri...@yahoo.com> Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Selasa, 3 April 2012 6:59 Judul: Re: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia Lha Dirjen Pajak kok dari pemain Bursa ? Ngomongnya ngawur, pegawainya bungkam.. Mosok gak tahu di setiap pelabuhan pengiriman lifting itu ada petugas Bea Cukai yang mengnyaksikan lifting. Ada custodian meter yang diterra setiap tahun... Prihatin pejabat publik kita kualitasnya minim.. RUS From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> Date: Mon, 2 Apr 2012 19:34:36 +0700 To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia Jakarta - Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Pertambangan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) salah satunya dikarenakan sampai hari ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Fuad Rahmany tidak percaya produksi minyak indonesia berapa.“Ada yang bilang produksi minyak (lifting) 950.000 barel per hari (bph), bahkan saat ini turun 930.000 bph, atau bahkan pada jaman Presiden Suharto 1,4 juta bph. Jujur saya tidak percaya, pasalnya siapa yang menentukan lifting produksi minyak kita,” kata Fuad di Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar Gambir, Senin (2/4/2012).Ketidakpercayaan ini sebelumnya juga didasarkan, pada saat dirinya belum menjabat sebagai Dirjen Pajak sempat bertanya dengan Dirjen Migas.“Waktu itu saya belum jadi Dirjen Pajak, ketemu sama Dirjen Migas (tapi bukan Evita Legowo), bertanya, pak siapa yang nentuin dan periksa berapa lifting minyak kita kok bisa nentuin 1,4 juta barel atau 950 ribu barel per hari? Nah Dirjen tersebut bilang dengan nada sedikit kesal, lah saya aja ngak boleh periksa,” ungkap Fuad didepan para pegawai pajak.Apalagi Fuad sendiri yang lama di Pasar Modal, hafal benar kelakuan perusahaan besar di sektor Migas. “Saya itu lama di Pasar Modal jadi tahu kelakuan perusahan besar di sektor migas entah itu dia perusahaan terbuka (tbk) atau terbatas, mereka tidak bisa dipercaya,” ujarnya.Fuad membayangkan kondisi dilapangan, dengan kelakuan perusahaan Migas seperti itu, mereka tinggal bilang bahwa produksi minyaknya sekian sudah dipercaya begitu saja. “Mereka tinggal bilang produksi kita sekian, orang Pertamina atau BP Migas datang lihat dan percaya saja, bayangkan itu, itukan produksi minyak kita, itu ada pendapatan pajak kita,” tambahnya.“Mereka bilang kita perusahaan besar Bing Four, ada yang mengawasi, ya yang mengawasi kan pegawai mereka juga, bisa dicincai lah,” tandasnya. -- Sent from my Computer®