Gak diundang kalee, ntar mudah mainin pajak lifting, 

Kidding aja, salam bd.s 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Ismail" <lia...@indo.net.id>
Date: Tue, 3 Apr 2012 01:36:52 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia
Ini kan masalah persepsi saja ttg kebingungan melihat angka angka lifting yg 
bisa 1,4 juta , 970 rb , 950 ribu , bisa tiba tiba turun 900 ribu , dst , tidak 
sekedar  alat ukur saja tapi lebih ke permasalahan di industri migas secara 
umum misalnya adanya unplanned shutdown , dll, perbedaan persepsi  ini biasa 
terjadi bahkan para pengamatpun juga sering mempertanyakan , dikirain industri 
migas itu sama dg industri manufactur spt pabrik baja atau pabrik tahu .
Dulu saya pernah ikut semacam training/pelatihan ttg tatacara dan prosedure 
penghitungan lifting minyak untuk para stakeholder khususnya dibidang 
pengawasan spt dari Polri , KPK ,BPK, Bea cukai , Dirjen Kelautan dept Perhub { 
Hubla } dll termasuk dari kalangan  ESDM sendiri, cuma kelihatannya Tidak ada 
dari Ditjen Pajak

Ism



Sent by Liamsi's Mobile Phone

-----Original Message-----
From: Nugrahani <nugrah...@bpmigas.go.id>
Date: Tue, 3 Apr 2012 01:06:47 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak
 Indonesia


Ini aku "copas" komentar dr Kadiv Humas BPMIGAS :
http://m.detik.com/read/2012/04/02/204650/1883374/1034/bp-migas-belum-pernah-ada-gayus-di-perusahaan-minyak.


Memang kayaknya DirJen Pajak itu mengukur bajunya sendiri ke orang lain ; orang 
pajak terbiasa cincai-cincai dgn para wajib pajak, sehingga mengira orang2 di 
industri migas juga demikian. Padahal gimana caranya, coba ! Metering lifting 
kan udah urusannya peralatan (dan diperiksa meterannya dlm jangka waktu 
tertentu). Itu adalah teknologi, bukan urusan mental orang. Klo pun gak keluar, 
pasti tertinggal di pipa/storage, jadi stock (pun klo dibilang gak bisa 
mencapai produksi sekian, toh minyaknya gak kemana-mana, tetap tinggal di 
reservoar di bawah tanah sana !). Coba tanya ama perusahaan air (aqua, vit, 
dll) apakah mereka bisa cincai-cincai dengan angka produksi, apa mereka bisa 
kecolongan jumlah liter air / botol yg keluar dari pabriknya ?? (dan ingat, 
harga air mineral yg teknologi produksinya jauh lebih sederhana itu harganya 
gak beda jauh dgn harga bbm subsidi kita).
Lagipula, kita kan diperiksa oleh BPK-BPKP, DPR, dan angka apapun (lifting, 
cost recovery) adalah angka pemerintah, bukan angkanya oil company manapun !
Kok pejabat negara gak percaya ama angkanya negara.


Salam,
Nuning


Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________
From: Surarso Hardjono <surarso_hardj...@yahoo.com>
Date: Tue, 3 Apr 2012 08:03:53 +0800
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Bls: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia

Sesungguhnya kemampuan produksi Minyak RI sudah sangat terbatas. Lapangannya 
sudah tua tua, pressurenya rendah , water cutnya tinggi ada yang lebih 90 %. 
Discovery sudah sangat minim. Lha kalau produksi digeber, anak cucu kita dapat 
apa. Dan bagaimana caranya.

Srs 710

Dari: Ruskamto <rsoeri...@yahoo.com>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Dikirim: Selasa, 3 April 2012 6:59
Judul: Re: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia

Lha Dirjen Pajak kok dari pemain Bursa ? Ngomongnya ngawur, pegawainya 
bungkam.. Mosok gak tahu di setiap pelabuhan pengiriman lifting itu ada petugas 
Bea Cukai yang mengnyaksikan lifting. Ada custodian meter yang diterra setiap 
tahun...
Prihatin pejabat publik kita kualitasnya minim.. RUS
From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com>
Date: Mon, 2 Apr 2012 19:34:36 +0700
To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Dirjen Pajak Tak Percaya Lifting Minyak Indonesia


Jakarta - Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Sektor Minyak dan Gas Bumi serta 
Pertambangan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) salah satunya dikarenakan 
sampai hari ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Fuad Rahmany tidak percaya 
produksi minyak indonesia berapa.

“Ada yang bilang produksi minyak (lifting) 950.000 barel per hari (bph), bahkan 
saat ini turun 930.000 bph, atau bahkan pada jaman Presiden Suharto 1,4 juta 
bph. Jujur saya tidak percaya, pasalnya siapa yang menentukan lifting produksi 
minyak kita,” kata Fuad di Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar Gambir, Senin 
(2/4/2012).

Ketidakpercayaan ini sebelumnya juga didasarkan, pada saat dirinya belum 
menjabat sebagai Dirjen Pajak sempat bertanya dengan Dirjen Migas.

“Waktu itu saya belum jadi Dirjen Pajak, ketemu sama Dirjen Migas (tapi bukan 
Evita Legowo), bertanya, pak siapa yang nentuin dan periksa berapa lifting 
minyak kita kok bisa nentuin 1,4 juta barel atau 950 ribu barel per hari? Nah 
Dirjen tersebut bilang dengan nada sedikit kesal, lah saya aja ngak boleh 
periksa,” ungkap Fuad didepan para pegawai pajak.

Apalagi Fuad sendiri yang lama di Pasar Modal, hafal benar kelakuan perusahaan 
besar di sektor Migas. “Saya itu lama di Pasar Modal jadi tahu kelakuan 
perusahan besar di sektor migas entah itu dia perusahaan terbuka (tbk) atau 
terbatas, mereka tidak bisa dipercaya,” ujarnya.

Fuad membayangkan kondisi dilapangan, dengan kelakuan perusahaan Migas seperti 
itu, mereka tinggal bilang bahwa produksi minyaknya sekian sudah dipercaya 
begitu saja. “Mereka tinggal bilang produksi kita sekian, orang Pertamina atau 
BP Migas datang lihat dan percaya saja, bayangkan itu, itukan produksi minyak 
kita, itu ada pendapatan pajak kita,” tambahnya.

“Mereka bilang kita perusahaan besar Bing Four, ada yang mengawasi, ya yang 
mengawasi kan pegawai mereka juga, bisa dicincai lah,” tandasnya.

--
Sent from my Computer®



Kirim email ke