Kalau mikir-mikir keuangan dari orang non keuangan, kenapa kenaikan BBM
harus dikaitkan dengan APBN, sumbangan migas untuk APBN hanya  15% (berupa
penjualan crude oil dan gas), kalau yg 15% ini ditarik dari APBN apa
jadinya?..paling anggaran belanja dan pembangunan mengecil dan terhenti
untuk sampai bisa hidup dari APBN yang ada. kemudia kenapa harus beli BBM
keluar dengan uang APBN, kalau tak beli minyak dari luar yg terjadi adalah,
pasokan BBM berkurang dan akan stabil sampai masyarakat (industri/konsumen
pribadi dll) dapat hidup dari BBM produk DN yg tersedia, ada penghematan
uang membeli BBM import yang bisa dialokasikan untuk hal lain.

APBN bisa bertambah dari macam2 ekspor dan sektor pajak, dari ekspor
jengkol sampai emas. Kenyataannya India dan Cina yang tak mencukupi
produksi migasnya untuk DN malah lebih besar subsidinya dari RI, kekuatan
mereka adalah barang produksi ekspor mereka sangat besar menyumbang
keuangan negara.
2012/5/11 Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>

>
>   ------------------------------
> *From:* Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
>
> Sebenernya kalau dicermati seksama, beratnya tugas menteri ESDM dalam
> persoalan subsidi ini bukan soal tehnis. Soal keputusan bukan soal
> hitungan. Ini lebih pada hal politis ketimbang tehnis.
> Jadi keperluan ahli tehnis (Wamen) dalam hal ini mungkin bukan hal yang
> krusial. Mungkin malah perlu seorang yang memiliki daya lobby kuat
> ketimbang kemampuan tehnis yang kuat. Seorang yang dapat diterima oleh
> semua partai dan elit politis.
>
> Just my 2 cent
>
> Have a nice week end.
> Be safe !
>
> RDP
>
>
> =================
>
> Loh itukan tugas nya menteri,  ntar menterinya ngak kerja..
>
> fbs
> --
>



-- 
Sent from my Computer®

Kirim email ke