Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
komplek obyeknya. Konteks  tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
kemungkinannya),  ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan yg 
mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') ya 
interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah dari 
xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-----Original Message-----
From: bsap...@geodin.net
Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
uppsss...
saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya....
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.
Salam Pencerahan,
Bob Yuris Chandra
Palynologist Partikelir

Kirim email ke