Pak Ong dan teman-teman IAGi,

Memang sebaiknya kita suspend dulu Bravo untuk Pertamina. Seperti telah
dipaparkan Pak Ong, bahwa Pertamina telah bermain di arena high risk dalam
ekspansi upstream (unorganic strategy/Pertamina term), dan berbagai
kegagalan-kegagalan telah dipaparkan Pak Ong juga. Kalau kita solid sebagai
bangsa dalam bernegara tentu tidak menginginkan BUMN seperti Pertamina
mengalami kegagalan beruntun dimasa datang, karena itu minta Blok Mahakam
bagi Pertamina adalah suatu yang mutlak perlu didukung oleh semua komponen
anak Bangsa. Mengapa ada komponen anak Bangsa lebih pro TOTAL mendapat
perpanjangan di Blok Mahakam ? Kurang peduli terhadap keinginan Pertamina
untuk mengelola Blok Mahakam, ini sama dengan membiarkan kekayaan alam kita
dirampok oleh Perusahaan Asing, sementara Kita membiarkan Pertamina
berkelana ke penjuru Buana menanam investasinya di High Risk Arena,
kemungkinan gagal lebih besar. Bisa dibayangkan bagaimana bodohnya kita
sebagai Bangsa dalam bernegara; Uang jutaan dollar Amrik milik Bangsa
sendiri kita lempar ke luar negeri yang kemungkinan total lost cukup besar,
sementara keuntungan yang besar mungkin milyaran dollar Amrik kita biarkan
dikeruk Perusahaan Asing seperti TOTAL, kita mengalami dua kali kerugian
yang significant bahkan lebih.
Pertamina punya dana besar, setelah minta Blok Mahakam sejak 2008 belum
dapat kepastian maka dana yang ada di Pertamina sebagai perusahaan dinilai
perlu diinvestasikan, akhirnya investasi jatuh ke Venezuela sementara
Pertamina juga hunting ke Kazastan sambil tetap berharap mendapat Mahakam.
Disadari dengan harga minyak yang tinggi tidak mudah untuk dapat membeli
lapangan dengan cadangan dan produksi yang besar.
Memang susah dimengerti apa maunya sebagian kalangan bangsa kita, Blok
Mahakam dengan keuntungan dipelupuk mata tak tampak tetapi kerugian
investasi d lautan dibiarkan.
HAYOOOO BANGUN BANGSAKU, WUJUDKAN LAGU CIPTAAN KOESBINI....... BAGIMU
NEGERI JIWA RAGA KAMI....
>
>
> 2012/10/17 Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id>
>
> Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang “pokoknya Pertamina”,
>
>
>
> Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan “bravo”
kepada Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan
E&P, Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau
(3) mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini?
>
>
>
> Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah
keuntungan besar. Perusahaan yang menjual ke Pertamina, HNR Energia BV,
adalah perusahaan swasta Belanda. Pasti dia jual kepada penawar yang
tertinggi, mungkin saja lewat bidding. Dia jual dengan harga tsb. karena
dia anggap ini menguntungkan baginya daripada kalau dia tahan. Dia juga
punya alasan kuat kenapa mau dijual. Mungkin karena politik Chavez atau
mungkin dia jenuh menghadapi peraturan di Venezuela, dll. Kebetulan
perusahaan yang dipilih atau menang adalah Pertamina karena memberikan
harga tertinggi. Mungkin juga HNR Energia BV adalah perusahaan TBK Belanda
dan menjual di pasar stock exchange hingga semua orang bisa saja beli
sahamnya; atau beli saham dari induknya, Harvest International Inc. Artinya
beli saham bukan suatu “big deal”. Semua orang bisa. Yang pernah beli saham
mengetahui bahwa harga saham seperti yo-yo, bisa naik dan bisa turun.
>
>
>
> Dua contoh “kegagalan” yang terjadi baru-baru ini. Pertamina memberanikan
diri bor dilaut dalam. Pertamina dengan partner StatOil ikut konsortium
pemboran. Biaya bor diperkirakan sekitar $20-25 juta. Waktu gilirannya
setelah dua tahun, biaya pemboran naik 3-4 kali. Padahal pemboran
sekitarnya oleh perusahaan IOC semuanya gagal, tetapi Pertamina somehow
tidak bisa mundur. Hasilnya negatif. Contoh  lain, tender di Papua,
Pertamina berpartner dengan Shell dikalahkan. Protes ke ESDM, ditolak.
Pemenang tender telah mengebor 10 well dan menghabiskan sekitar $70 juta.
Hasil negatif. Pertamina lucky, padahal tadinya ngotot.  Memang eksplorasi
jauh lebih tinggi risikonya dibandingkan Petrodelta yang melakukan
explorasi dan produksi. Namun prinsipnya sama, pemenang tender blok migas
belum bisa kita banggakan, belum tentu untung, kemungkinan untuk rugi
besar. Memang kalau untung besar sekali.
>
>
>
> Jadi belum waktunya kita bilang “Bravo” kepada Pertamina. Hanya “waktu”
bisa ceritera apakah pembelian ini  menguntungkan atau merugikan. Kalau
sekarang ingin memberikan “bravo” kepada Pertamina, sebaiknya dibatasi
karena keberanianya dan karena punya cash; bukan karena keberhasilannya
untuk mendapatkan keuntungan bagi Negara.
>
>
>
> Maaf kalau pendapat saya berlainan dengan kebanyakan anggota IAGI.
>
>
>
> Salam,
>
>

Reply via email to