Cak Phie

Perlu kesabaran untuk menyebarkan ilmu , agar bangsa ini menjadi pandai.
Ibadah lah dengan ilmu yang kau miliki maka sorga akan terbuka dihadapanmu. 
Cwiiiiiiw

si Abah


________________________________
 From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, October 22, 2012 2:06 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 
Million
 

Pak Tamsil apa kabar ?

Soal investasi Pertamina baik di dalam negeri maupun di luar negeri itu 
keputusannya ditangan pemilik Pertsmina dalam hal ini Cq. Meneg BUMN. Begitu 
juga untuk Divestasi. Untuk investasi lahan baru baik di dalam negeri seperti 
farm in di Semainya Murphi maupun membeli saham Petrodelta, diawali evaluasi 
teknis dibawah Dit Hulu, dilengkapi anslisis resiko investasi dibawah Dit PIMR 
(Portofolio Investasi dan Manajemen Resiko). Dokumen Rencana Investasi dibahas 
di BOD, kalau keputusannya lanjut maka BOD mengusulkan ke BOC, Komite Hulu di 
Komisaris dibantu staf BOC mengevaluasi kemudian melakukan Komisaris membahas 
dengan BOD. Kalau kesimpulannya Recomended/Lanjut maka Komisaris 
merekomendasikan ke Meneg BUMN yang mewakili Pemerintah (Pertamina 100% milik 
negara). Dokumen Rencana Investasi dibahas antara BUMN dengan BOC dan BOD 
Pertamina, hasil pembahasan diajukan ke Meneg BUMN, biasanya Meneg BUMN 
memanggil BOD terbatas dan BOC terbatas untuk rapat terbatas
 menentukan FID ( Final Investment Decision). Kalau keputusan Meneg BUMN go ya 
Pertamina melakukan investasi, kalau Meneg BUMN menolak usulan Pertamina ya 
Rencana Investasi dibatalkan. Karena dana investasi perminyakan secara UU tidak 
boleh menggunakan APBN maka tak perlu ke Menkeu dan DPRRI, dan dana untuk 
investasi mendapatkan lahan/lapangan baru tidak masuk dalam cost revovery 
scheme maka tidak melibatkan Bpmigas. Namun semua keputusan tetap di 
Pemerintah, bukan Pertamina nyelonong sendirian. Jadi analoginya Pak Ong, 
antara anak dan bapak tempo hari gak pas, karena keputusan investasi Pertamina 
ditentukan oleh Pemerintah Cq. Meneg BUMN (bapaknya Pertamina).
Pak Tamsil, lama2 bosen juga menanggapi komentar2 beliau2 yang kurang paham 
substansi yang dikomentarinya. Misalnya keuntungan Pertamina Hulu itu sekitar 
25% tergerus kegiatan Hilir demi NKRI. Pertamina menalangi subsidi yang dibayar 
2 tahun kemudian tanpa bunga, kapal-kapal patroli pertahanan baik diperbatasan 
maupun dalam teritori, kapal2 patroli keamanan laut yang menyediakan BBM ya 
Pertamina, Departen maupun. Angkatan bayarnya ngutang setahun bahkan lebih 
tanpa bunga, PLN, Krakau Steel, pabrik pupuk juga utang BBM dan/atau gas ke 
Pertamina. Pak Martiono selaku Dirut pernah menyampaikan bahwa Pertamina adalah 
kreditor terbesar kepada Pemerintah, ini Pertamina lakukan demi NKRI. Kekuatan 
Finansial Pertamina ada di Upstream. 
Kalau kita lihat blok Cepu, degan split 15% untuk kontraktor. Darii 15% ini 
1,5% untuk BUMD, sisanya dibagi dua Pertamina dan MCL. 6,75% yang diperoleh MCL 
langsung dibawa pulang ke negaranya. Sedangkan 6,75% yang diperoleh Pertamina 
sekitar 25% untuk mensuport downstream demi NKRI. Begitu juga Total di Mahakam 
th splitnya 30% untuk kontraktor. Maka 30% split ini dibagi dua bersama Inpex, 
masing2 langsung bawa pulang ke negaranya.
Kalau saja Blok Mahakam diberikan ke Pertamina dengan split 30% untuk 
Pertamina, maka 8% dari 30% ini akan digunakan untuk mendukung downstream ke 
seluruh penjuru tanah air untuk kepentingan NKRI....,. Apa lagi siiiihh....... 
Capek deeeeeh.....



On Friday, October 19, 2012,   wrote:

Pak Udin,  kok kosong ngga ada komentarnya ...
>
>Rekan2 anggota IAGI, walau pun terlambat mbat bat ... saya juga ingin 
>berkomentar yah ...
>
>Betul pak Ong ysh, saya sependapat.... " Buat apa kita bangga kpd pertamina 
>kalau nantinya rugi " .... Walau pun ada dewan komisaris sbg pengawas, namun 
>bapak yakin betul bahwa kelak pertamina akan merugi membeli Prodelta SA.... 
>Jika demikian halnya, selaku staf ahli di BPMigas seyogianya pak Ong bisa 
>menyampaikan protes dan keyakinan tsb kpd Dewan Komisaris Pertamina melalui Ka 
>BPMigas.
>
>Selanjutnya ....dan saya pikir untuk masa mendatang kita tdk perlu lagi 
>berbicara dalam skala perusahaan .... 
>
>Terus terang apalagi sih yg menjadi kebanggan kita sbg anak negri?  bukankah 
>dari sisi "poleksosbud" bangsa ini terkesan kurang mandiri dan semi 
>berdaulat?? ...apakah hutang negri ini yg hampir mencapai 2000 trilun bisa 
>menjadi kebangaan kita? kapan akan dapat dilunasi ? Bgmn kalo suatu saat gagal 
>bayar... dan kemudian dinyatakan sebagai negara pailit dan gagal  ... ???
>
>Sudah semestinya pemerintah mulai menghimpun segala kekuatan anak negri, utk 
>segera membentuk perusahaan minyak nasional yg kuat, mandiri, dioperasikan 
>oleh bangsa sendiri dan dapat menjadi kebanggan pada masa mendatang.....
>
>Hampir setengah abad industri perminyakan beroperasi di Indonesia, kemana 
>"sumberdaya manusia" hasil alih teknologi dan indonesiasi di KPS ...? apakah 
>sebagian mereka masih membaktikan diri bagi sebesar2nya kemakmuran negara lain?
>
>Kita sangat mengetahui, bahwa sumberdaya manusia indonesia tdk kalah hebat 
>dari bangsa lain .... ataukah negri ini sudah salah kelola terhadap anak 
>bangsa sendiri ...? kemudian membiarkan para ahlinya  berbakti untuk negara 
>asing lain ??? Untuk jawabnya ...silahkan bertanya pd rumput yg sdh enggan 
>bergoyang .. he hehe 
>
>Mohon maaf bila berlebihan.... semoga tuhan YMK segera melepaskan negri ini 
>dari berbagai keterpurukan ... dan segera bangkit menjadi negara maju seperti 
>yg pernah dicanangkan oleh menko Perekonomian kita....
>
>Salam, 
>TA, selaku anggota IAGI...
>Sent from my BlackBerry®
>powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>________________________________
>
>Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
>
>
>Powered by Telkomsel BlackBerry®
>________________________________
>
>From:  Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id> 
>Date: Wed, 17 Oct 2012 23:44:45 +0700
>To: <iagi-net@iagi.or.id>
>ReplyTo:  <iagi-net@iagi.or.id> 
>Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
>
>
>Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang “pokoknya Pertamina”, 
> 
>Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan “bravo” kepada 
>Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan E&P, 
>Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau (3) 
>mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini?
> 
>Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah 
>keuntungan besar. Perusahaan yang menjual ke Pertamina, HNR Energia BV, adalah 
>perusahaan swasta Belanda. Pasti dia jual kepada penawar yang tertinggi, 
>mungkin saja lewat bidding. Dia jual dengan harga tsb. karena dia anggap ini 
>menguntungkan baginya daripada kalau dia tahan. Dia juga punya alasan kuat 
>kenapa mau dijual. Mungkin karena politik Chavez atau mungkin dia jenuh 
>menghadapi peraturan di Venezuela, dll. Kebetulan perusahaan yang dipilih atau 
>menang adalah Pertamina karena memberikan harga tertinggi. Mungkin juga HNR 
>Energia BV adalah perusahaan TBK Belanda dan menjual di pasar stock exchange 
>hingga semua orang bisa saja beli sahamnya; atau beli saham dari induknya, 
>Harvest International Inc. Artinya beli saham bukan suatu “big deal”. Semua 
>orang bisa. Yang pernah beli saham mengetahui bahwa harga saham seperti yo-yo, 
>bisa naik dan bisa turun. 
> 
>Dua contoh “kegagalan” yang terjadi baru-baru ini. Pertamina memberanikan diri 
>bor dilaut dalam. Pertamina dengan partner StatOil ikut konsortium pemboran. 
>Biaya bor diperkirakan sekitar $20-25 juta. Waktu gilirannya setelah dua 
>tahun, biaya pemboran naik 3-4 kali. Padahal pemboran sekitarnya oleh 
>perusahaan IOC semuanya gagal, tetapi Pertamina somehow tidak bisa mundur. 
>Hasilnya negatif. Contoh  lain, tender di Papua, Pertamina berpartner dengan 
>Shell dikalahkan. Protes ke ESDM, ditolak. Pemenang tender telah mengebor 10 
>well dan menghabiskan sekitar $70 juta. Hasil negatif. Pertamina lucky, 
>padahal tadinya ngotot.  Memang eksplorasi jauh lebih tinggi risikonya 
>dibandingkan Petrodelta yang melakukan explorasi dan produksi. Namun 
>prinsipnya sama, pemenang tender blok migas belum bisa kita banggakan, belum 
>tentu untung, kemungkinan untuk rugi besar. Memang kalau untung besar sekali. 
> 
>Jadi belum waktunya kita bilang “Bravo” kepada Pertamina. Hanya “waktu” bisa 
>ceritera apakah pembelian ini  menguntungkan atau merugikan. Kalau sekarang 
>ingin memberikan “bravo” kepada Pertamina, sebaiknya dibatasi karena 
>keberanianya dan karena punya cash; bukan karena keberhasilannya untuk 
>mendapatkan keuntungan bagi Negara. 
> 
>Maaf kalau pendapat saya berlainan dengan kebanyakan anggota IAGI.  
> 

Kirim email ke