Pak Tamsil apa kabar ?

Soal investasi Pertamina baik di dalam negeri maupun di luar negeri itu
keputusannya ditangan pemilik Pertsmina dalam hal ini Cq. Meneg BUMN.
Begitu juga untuk Divestasi. Untuk investasi lahan baru baik di dalam
negeri seperti farm in di Semainya Murphi maupun membeli saham Petrodelta,
diawali evaluasi teknis dibawah Dit Hulu, dilengkapi anslisis resiko
investasi dibawah Dit PIMR (Portofolio Investasi dan Manajemen Resiko).
Dokumen Rencana Investasi dibahas di BOD, kalau keputusannya lanjut maka
BOD mengusulkan ke BOC, Komite Hulu di Komisaris dibantu staf BOC
mengevaluasi kemudian melakukan Komisaris membahas dengan BOD. Kalau
kesimpulannya Recomended/Lanjut maka Komisaris merekomendasikan ke Meneg
BUMN yang mewakili Pemerintah (Pertamina 100% milik negara). Dokumen
Rencana Investasi dibahas antara BUMN dengan BOC dan BOD Pertamina, hasil
pembahasan diajukan ke Meneg BUMN, biasanya Meneg BUMN memanggil BOD
terbatas dan BOC terbatas untuk rapat terbatas menentukan FID ( Final
Investment Decision). Kalau keputusan Meneg BUMN go ya Pertamina melakukan
investasi, kalau Meneg BUMN menolak usulan Pertamina ya Rencana Investasi
dibatalkan. Karena dana investasi perminyakan secara UU tidak boleh
menggunakan APBN maka tak perlu ke Menkeu dan DPRRI, dan dana untuk
investasi mendapatkan lahan/lapangan baru tidak masuk dalam cost revovery
scheme maka tidak melibatkan Bpmigas. Namun semua keputusan tetap di
Pemerintah, bukan Pertamina nyelonong sendirian. Jadi analoginya Pak Ong,
antara anak dan bapak tempo hari gak pas, karena keputusan investasi
Pertamina ditentukan oleh Pemerintah Cq. Meneg BUMN (bapaknya Pertamina).
Pak Tamsil, lama2 bosen juga menanggapi komentar2 beliau2 yang kurang paham
substansi yang dikomentarinya. Misalnya keuntungan Pertamina Hulu itu
sekitar 25% tergerus kegiatan Hilir demi NKRI. Pertamina menalangi subsidi
yang dibayar 2 tahun kemudian tanpa bunga, kapal-kapal patroli pertahanan
baik diperbatasan maupun dalam teritori, kapal2 patroli keamanan laut yang
menyediakan BBM ya Pertamina, Departen maupun. Angkatan bayarnya ngutang
setahun bahkan lebih tanpa bunga, PLN, Krakau Steel, pabrik pupuk juga
utang BBM dan/atau gas ke Pertamina. Pak Martiono selaku Dirut pernah
menyampaikan bahwa Pertamina adalah kreditor terbesar kepada Pemerintah,
ini Pertamina lakukan demi NKRI. Kekuatan Finansial Pertamina ada di
Upstream.
Kalau kita lihat blok Cepu, degan split 15% untuk kontraktor. Darii 15% ini
1,5% untuk BUMD, sisanya dibagi dua Pertamina dan MCL. 6,75% yang diperoleh
MCL langsung dibawa pulang ke negaranya. Sedangkan 6,75% yang diperoleh
Pertamina sekitar 25% untuk mensuport downstream demi NKRI. Begitu juga
Total di Mahakam th splitnya 30% untuk kontraktor. Maka 30% split ini
dibagi dua bersama Inpex, masing2 langsung bawa pulang ke negaranya.
Kalau saja Blok Mahakam diberikan ke Pertamina dengan split 30% untuk
Pertamina, maka 8% dari 30% ini akan digunakan untuk mendukung downstream
ke seluruh penjuru tanah air untuk kepentingan NKRI....,. Apa lagi
siiiihh....... Capek deeeeeh.....



On Friday, October 19, 2012, wrote:

> Pak Udin, kok kosong ngga ada komentarnya ...
>
> Rekan2 anggota IAGI, walau pun terlambat mbat bat ... saya juga ingin
> berkomentar yah ...
>
> Betul pak Ong ysh, saya sependapat.... " Buat apa kita bangga kpd
> pertamina kalau nantinya rugi " .... Walau pun ada dewan komisaris sbg
> pengawas, namun bapak yakin betul bahwa kelak pertamina akan merugi membeli
> Prodelta SA.... Jika demikian halnya, selaku staf ahli di BPMigas
> seyogianya pak Ong bisa menyampaikan protes dan keyakinan tsb kpd Dewan
> Komisaris Pertamina melalui Ka BPMigas.
>
> Selanjutnya ....dan saya pikir untuk masa mendatang kita tdk perlu lagi
> berbicara dalam skala perusahaan ....
>
> Terus terang apalagi sih yg menjadi kebanggan kita sbg anak negri?
> bukankah dari sisi "poleksosbud" bangsa ini terkesan kurang mandiri dan
> semi berdaulat?? ...apakah hutang negri ini yg hampir mencapai 2000 trilun
> bisa menjadi kebangaan kita? kapan akan dapat dilunasi ? Bgmn kalo suatu
> saat gagal bayar... dan kemudian dinyatakan sebagai negara pailit dan gagal
> ... ???
>
> Sudah semestinya pemerintah mulai menghimpun segala kekuatan anak negri,
> utk segera membentuk perusahaan minyak nasional yg kuat, mandiri,
> dioperasikan oleh bangsa sendiri dan dapat menjadi kebanggan pada masa
> mendatang.....
>
> Hampir setengah abad industri perminyakan beroperasi di Indonesia, kemana
> "sumberdaya manusia" hasil alih teknologi dan indonesiasi di KPS ...?
> apakah sebagian mereka masih membaktikan diri bagi sebesar2nya kemakmuran
> negara lain?
>
> Kita sangat mengetahui, bahwa sumberdaya manusia indonesia tdk kalah hebat
> dari bangsa lain .... ataukah negri ini sudah salah kelola terhadap anak
> bangsa sendiri ...? kemudian membiarkan para ahlinya berbakti untuk negara
> asing lain ??? Untuk jawabnya ...silahkan bertanya pd rumput yg sdh enggan
> bergoyang .. he hehe
>
> Mohon maaf bila berlebihan.... semoga tuhan YMK segera melepaskan negri
> ini dari berbagai keterpurukan ... dan segera bangkit menjadi negara maju
> seperti yg pernah dicanangkan oleh menko Perekonomian kita....
>
> Salam,
> TA, selaku anggota IAGI...
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ------------------------------
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725
> Million
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id>
> *Date: *Wed, 17 Oct 2012 23:44:45 +0700
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725
> Million
>
> Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang “pokoknya Pertamina”, ****
>
> ** **
>
> Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan “bravo”
> kepada Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan
> E&P, Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau
> (3) mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini?****
>
> ** **
>
> Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah
> keuntungan besar. Perusahaan yang menjual ke Pertamina, HNR Energia BV,
> adalah perusahaan swasta Belanda. Pasti dia jual kepada penawar yang
> tertinggi, mungkin saja lewat bidding. Dia jual dengan harga tsb. karena
> dia anggap ini menguntungkan baginya daripada kalau dia tahan. Dia juga
> punya alasan kuat kenapa mau dijual. Mungkin karena politik Chavez atau
> mungkin dia jenuh menghadapi peraturan di Venezuela, dll. Kebetulan
> perusahaan yang dipilih atau menang adalah Pertamina karena memberikan
> harga tertinggi. Mungkin juga HNR Energia BV adalah perusahaan TBK Belanda
> dan menjual di pasar stock exchange hingga semua orang bisa saja beli
> sahamnya; atau beli saham dari induknya, Harvest International Inc. Artinya
> beli saham bukan suatu “big deal”. Semua orang bisa. Yang pernah beli saham
> mengetahui bahwa harga saham seperti yo-yo, bisa naik dan bisa turun. ****
>
> ** **
>
> Dua contoh “kegagalan” yang terjadi baru-baru ini. Pertamina memberanikan
> diri bor dilaut dalam. Pertamina dengan partner StatOil ikut konsortium
> pemboran. Biaya bor diperkirakan sekitar $20-25 juta. Waktu gilirannya
> setelah dua tahun, biaya pemboran naik 3-4 kali. Padahal pemboran
> sekitarnya oleh perusahaan IOC semuanya gagal, tetapi Pertamina somehow
> tidak bisa mundur. Hasilnya negatif. Contoh  lain, tender di Papua,
> Pertamina berpartner dengan Shell dikalahkan. Protes ke ESDM, ditolak.
> Pemenang tender telah mengebor 10 well dan menghabiskan sekitar $70 juta.
> Hasil negatif. Pertamina lucky, padahal tadinya ngotot.  Memang eksplorasi
> jauh lebih tinggi risikonya dibandingkan Petrodelta yang melakukan
> explorasi dan produksi. Namun prinsipnya sama, pemenang tender blok migas
> belum bisa kita banggakan, belum tentu untung, kemungkinan untuk rugi
> besar. Memang kalau untung besar sekali. ****
>
> ** **
>
> Jadi belum waktunya kita bilang “Bravo” kepada Pertamina. Hanya “waktu”
> bisa ceritera apakah pembelian ini  menguntungkan atau merugikan. Kalau
> sekarang ingin memberikan “bravo” kepada Pertamina, sebaiknya dibatasi
> karena keberanianya dan karena punya cash; bukan karena keberhasilannya
> untuk mendapatkan keuntungan bagi Negara. ****
>
> ** **
>
> Maaf kalau pendapat saya berlainan dengan kebanyakan anggota IAGI.  ****
>
> ** **
>
>

Kirim email ke