Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini.
Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) bahwa: *Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak dicapai. *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier (misalnya krn kompresi multifase). Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target Cretaceous lmst nya. #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di situ. Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly kombinasi? Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. Salam, Andi. Powered by VulsaQu® -----Original Message----- From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Cc: Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Subject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Taufik, Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya. Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988). Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991) Salam, Awang