Pak Avi,

Pemikirannya sudah tepat, terima kasih. Tetapi mengerjakan section di bawah 
thrust-sheet yang tak terganggu thin-skinned tectonics tidak mudah juga. 
Beberapa kasus menunjukkan bahwa umumnya terjadi pull up structure di level 
bawah decollement karena velocity seismik yang berbeda antara thrust sheets dan 
section  di bawah decollement. Perbedaan velocity ini harus dikompensasi oleh 
teknik PSDM di seismik, semoga lumayan membantu imaging seismik pada depth yang 
mendekati kebenaran.

Saya komentari kesimpulan2nya:

1,2 mendekati core suatu collision yang terjadi adalah thick-skinned tectonics 
atau basement involved, jadi tak semuanya detached structures, itulah yang 
menyebabkan mengapa oil generated dari Triassic Winto shale bisa masuk ke 
reservoir Tersier bahkan Neogen.
3.petroleum system jalan ya, tetapi setiap risikonya harus kita cek per elemen 
dan proses petroleum system-nya.
4.3D seismic pasti akan lebih bagus untuk imaging seismik, hanya membutuhkan 
teknik akuisisi yang bagus dan secara strategi memang ada potensi2 lead yang 
membuatnya masih ekonomik, kecuali kalau oil company-nya tak memikirkan ekonomi 
dulu (ini lebih bagus lagi).

salam,
Awang

--- Pada Sel, 20/11/12, rakhmadi avianto <rakhmadi.avia...@gmail.com> menulis:

Dari: rakhmadi avianto <rakhmadi.avia...@gmail.com>
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 8:59 AM

Andi and all Semangat pagi,

Pertama bermain di THIN SKIN tectonic harus hati2, yg dipikirkan Andi polanya 
sudah benar, kalau kita lihat stratigraphy Indonesia bagian timur memang cukup 
kompleks tapi tidak rumit. Masalahnya data yg sempat saya lihat sangat 
terbatas, tentunya data yg bisa saya lihat tidak seluas pak Awang yg berkantor 
di BPMigas, sehingga bahasan yg bisa saya berikan adalah berdasar "publish 
report yg ada", IPA, IAGI dan mungkin sedikit sekali pengalaman pribadi, tapi 
meskipun begitu sebagai explorationist kita harus all out, NEVER GIVE UP and 
keep on looking..... someday we will be there.... amien YRA


Kalau kita perhatikan Eustatcy di kolom stratigraphy (cak Min aku suka Eustacy 
je ojo di protes yah) menunjukkan bahwa terjadi major flooding pada saat Upper 
Cretaceous sampai Paleogene, kalau di Bintuni "rock record"nya adalah berupa 
Jass FM dan Waripi FM yg mana kedua formasi ini sangat kaya dg material yg 
berbutiran halus, selanjutnya juga terjadi pada ahir Oligocene yg juga 
menghasilkan batuan berbutir halus dari Fumai FM, sehingga sangat memungkinkan 
untuk membentuk "ductile sediment" di subsurface dan menjadi "decolma" surface 
untuk bbrpa Trust Sheet yg terbentuk karena East Indonesia docking ke West 
Indonesia antara 4-1 MYBP (million years before present), dari data2 spec 
survey yg aku lihat di IPA jelas peran 4-1 MYBP ini dan kayaknya yg 
terdeformasi habis hanya tersier sediment, sedangkan kalau melihat data yg 
lebih dalam (baca Devon- Cret) kok kayaknya agak "quite" ya artinya ada 
structuration tapi tidak seheboh yg di tersiernya. Tidak menutup
 kemungkinan data yg lain berkata sebaliknya dan data itu tidak pernah saya 
lihat.


Nah kalau benar yg terjadi seperti itu maka Cretaceous sediment and older yg 
secara stratigrafi ada di bawah lapisan "decolma" ini maka bisa jadi 
deformasinya / structurationnya hanya terjadi pada saat mereka (baca mulai 
Devon-Cret) drifted dari Australi ke Utara menuju East Indononesia. Kalau dari 
bbrp kabar burung batuan ini berpositas 2-5% tentunya jauh dari sifat ductile 
itu tadi. Flooding juga dilaporkan terjadi pada saat Permian yg bisa jadi 
menghasilkan batuan berbutir halus, tapi karena umurnya sudah tua biasanya 
mereka sudah menyerpih shg tidak ductile ligi. Ini yg aku lihat di singkapan di 
Canada, la wong saya belum pernah lihat singkapan Permian kecuali yg ada di 
Norh Amrika. Kalau batuan Perm (260 MYBP) di basin2 kita East Indonesia 
deformasinya memang menuju serpih maka mungkin sudah tidak ductile lagi.


Buton / bagian selatan Sulawesi menurut Rob Hall (mbahnya plate tectonic) asal 
muasalanya merupakan bagian dari Northern Tip of Aussie Continent, drifting 
slowly dari 30 MYBP dan mulai drifted sbg micro continent sekitar 10 MYBP dan 
docking dg Sulawesi as you see sekarang, paling tidak ada 10 MY process 
structuration dg posisi Strike slip fault yg lokasinya tidak terlalu jauh dari 
Buton membuat Structuration disana menjadi sangat2 kompleks.


Problem pada highly imbricated fault area adalah bagaimana membuat "image 
seismic" yg bagus, sepertinya ini tantangan yg paling utama dan sepertinya 
memang ini tidak bisa di solve dg hanya mengambil data 2D dg design parameter 
yg normal, mestinya dilakukan dg metode 3D itupun belum tentu berhasil, karena 
daya absorbsi "trust sheet" itu sangat kuat sehingga signal/noise rasio tidak 
pernah bagus. Itu mungkin sebabnya "dead oil" atau yg disebut "biodegradasi 
oil" oleh pak Awang bisa naik ke surface karena sebetulnya "trust sheet" ini 
merupakan "migration path way" dari either Kitchen ke reservoir "breached" 
karena banyak "trust sheet" ya lalu keluar ke surface.


Kesimpulan:

1. Imbricated fault hanya terjadi di Tersier dan tidak lanjut ke pra Tersier
2. Kemungkinan Oil tidak stay di reservoir tapi "breached" ke surface karena 
heavily trausted
3. Petroleum system works (artinya kitchen dan source rock OK)

4. Masih mungkin di temukan struktur yg bagus dg melakukan 3D seismic dg design 
parameter yg bagus (perlu bantuan HAGI)

Ini sekedar urun rembuk saya di pagi yg cerah, kalau salah ya maaf.

Pengalaman kerja: 

Lengguru Trust Belt, Adelaide, Cordileran Banff Canada, Cepu, Selat Madura dan 
banyak lagi yg lainnya tapi bukan trust belt.
ExxonMobil 24th, Samudra Energy 5th, Suma Sarana 8 bulan

Lam salam
Avi



2012/11/20 Andi AB Salahuddin <a_baiq...@yahoo.com>


Pak Awang, Pak Taufik.
Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini.

Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan 
adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. 

Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) 
bahwa:

*Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat 
thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak 
dicapai.

*Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang 
terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan.

Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang 
hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan 
Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya 
bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara 
Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly  di atas Early Tertiary shale 
atau Late Cretaceous shale.


Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg 
terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level 
Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini 
(jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier 
(misalnya krn kompresi multifase).


Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah:
#1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas)
#2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis 
(kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target 
Cretaceous lmst nya.

#3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di 
situ.

Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk 
mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? 


HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial 
Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly 
kombinasi?

Mohon pencerahannya pak. Terimakasih.



Salam, 
Andi.
Powered by VulsaQu®From:  Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT)To: 
IAGI<iagi-net@iagi.or.id>ReplyTo:  <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; 
Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Subject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Taufik,


Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di 
Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di 
wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto 
(Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang 
kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk 
Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum 
system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh 
dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi 
target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya.


Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam 
mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin 
pandai
 besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini 
membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data 
gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan 
IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang 
Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan 
Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur 
ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), 
yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu 
kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada 
pada bagian collision front-nya, sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang 
Besi justru mengalami post-collision escape sehingga membentuk struktur2 
ektensi. Hal itu terjadi juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988).


Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru
 menjauhinya akan sangat berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. 
Menurut hemat saya, Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik 
pascabenturan, bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan 
Davidson (1991)


Salam,
Awang            
                
                    

                    
                        
                            
                            
                                From:
                            
                            Taufik Manan <taufik.ma...@gmail.com>;              
              

                            
                                To:
                            
                             <iagi-net@iagi.or.id>;                             
                        

                            
                                Cc:
                            
                            Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>; Taufik 
Manan <taufik.ma...@gmail.com>;                                                 
                            


                            
                                Subject:
                            
                            [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi           
                 

                            
                                Sent:
                            
                            Mon, Nov 19, 2012 9:26:10 AM                        
    

                            
                            

                            
                                
                                    
                                        Pak Awang dan juga rekan seprofesi,
Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum System 
di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya bekerja di 
salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk potensi sumberdaya 
migas di sana.



Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif 
lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan "Sealing"nya 
disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps"  yang tersebar di P. Buton 
dan sekitarnya.


Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang 
umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun 1980 
dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan Muna. 
Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang baik, 
sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang pernah 
kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) dapat sharing 
pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup baik dan dapat 
membuktikan adanya "depocenter" di Buton.


Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik dan 
banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber daya 
migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton.


Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, lebih 
bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan ke sana. 
Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana namun 
kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya adalah "Taman 
Laut  Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik regional dan gravity 
regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di sana.


Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang masih 
asri alamnya.Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya 
migas"



NPA # 3005



2012/11/19 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>



Ferry,
 
Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan di 
pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big discovery. 
Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya.
 
Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus thrust 
sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur sudah 
diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di salah 
satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang berbeda dengan 
karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi pelajaran bahwa 
mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain dengan thin-skinned 
tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari semula Japex dan BPMIGAS 
juga sudah menduga bahwa problem struktur akan terjadi di sini karena data 
seismic yang buruk akibat bermain di wilayah dengan deformasi sangat kuat dan 
banyak lapisan batugamping di permukaan. Usaha2 untuk advanced reprocessing tak 
berhasil menambah kualitas imaging seismic. Tetapi sumur harus dibor
 untuk membktikan play di wilayah ini. Target Tobelo kini harus digeser ke 
target Tondo yang serpihnya sudah menggenerasikan minyak ringan khas 
terrestrial.
 
Wilayah Buton sudah terbukti petroleum system-nya, lapangan2 aspal yang besar 
itu adalah buktinya. Paper saya terbaru (2011) untuk pertemuan economic geology 
Sulawesi membahas geologi dan geokimia lapangan aspal ini. Aspal ini definitive 
produk biodegradasi dari hilangnya caprock di perangkap yang ada. Extract 
analysis pada asphaltene fraction definitive batuan induknya berasal dari 
marine sources Winto shales. Yang harus dicari di sini adalah trap yang masih 
bagus yang masih punya caprock. Tetapi Buton adalah wilayah collision, dan itu 
sangat menyulitkan imaging strukturnya.
 
Salam,
Awang

--- Pada Sen, 19/11/12, nugraha...@yahoo.com <nugraha...@yahoo.com> menulis:




Dari: nugraha...@yahoo.com <nugraha...@yahoo.com>

Judul: Re: [iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar 
karena Pro Asing!)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 19 November, 2012, 3:43 PM







Wah, mohon maaf ya... Ternyata discovery, ya Banteng-1. Aku kurang updated 
infonya nih. Memang kepengen banget ada penemuan lagi yg komersial utk 
dikembangkan di Indonesia Timur (selain Asap di Papua). Mudah2an kita akan 
menemukannya, ya.




Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Ferry Bastaman Hakim <ferry.ha...@tately.co.id> 
Date: Mon, 19 Nov 2012 07:31:48 +0000
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: [iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena 
Pro Asing!)



Bu Nuning,
 
Benteng-1 nya Japex bukannya Oil discovery?
Setahu saya Buton ini salah satu frontier area yang cukup menjanjikan di 2012 
ini. Paling tidak bertambah lagi satu basin dgn proven working petroleum 
system, tinggal di utak-atik sedikit supaya dapet trap dan reservoir yang lebih 
potensial.
Yang sedang di hitung-hitung mungkin komersial atau tidaknya karena sepertinya 
volumenya agak2 marjinal..
 
rgds,
 
FH
 


From: nugraha...@yahoo.com [mailto:nugraha...@yahoo.com] 

Sent: Monday, 19 November 2012 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena Pro 
Asing!

 

Maaauuuuuu.... Banget !!
Hayo kapan nih IAGI bikin field trip lagi... Ke Raja Ampat atau bisa juga ke 
Wakatobi (sayang banget ya pemboran di blok Buton kemarin gagal/dry hole, ya). 




Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®




From: aluthfi...@gmail.com 

Date: Mon, 19 Nov 2012 04:46:00 +0000

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena Pro 
Asing!

 

Kita ekskursi saja bu Nuning ke Raja Ampat, lihat modern carbonate and ancient 
carbonate!!!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT




This message is intended only for the use of the addressee and may contain 
information that is privileged and confidential. In the event that you are not 
the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination of this 
communication is strictly prohibited. If you have received this communication 
in error, please erase all copies of the message and its attachments and notify 
us immediately. It is the responsibility of recipients to scan this message and 
any attachments for computer viruses and other defects. The sender accepts no 
liability for any loss or damage that may result, directly or indirectly, from 
this message and/or any files attached. 




                                    
                                
                            
                    
                
            



Kirim email ke