Abah,
Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%....,
nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional hrs disamakan
dgn mereka... Apa nggak melonjak itu OPEX.... Harus diingat juga gaji itu
setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk ngejar inflasi maupun krn prestasi...
Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
dll....



Salam,
Ps: bukan berarti saya gak mau gaji saya naik lho ya.... :-)
On Thursday, April 4, 2013, Yanto R. Sumantri wrote:

>
>
>   ----- Forwarded Message -----
> *From:* Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Thursday, April 4, 2013 5:07 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Noor
>
> Saya kira bukan itu maksudnya , tetapi apa  kita rela duit dari minyak RI
> lebih banyak dinikmati oleh pegawai asing timabangan dinikmati orang kita
>  ??
> Tentunya dalam tingkatan keahlian yang sama .
>
> si Abah
>
>   ------------------------------
> *From:* noor syarifuddin <noorsyarifud...@gmail.com>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Wednesday, April 3, 2013 7:47 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi
> melonjak siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
> Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam
> soal penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak
> yang senang kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...
>
> Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk
> berkontribusi pada negeri ini...
>
>
> Salam,
>
> On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
>
> Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
> lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
> Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
> walaupun memang tersirat ada yg diatur.
> Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
> sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
> bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
> burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
> keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
> ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
> demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
> masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
> local employee.
>
> Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
> kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
> Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
> sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
> kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
> kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
> berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
> disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
> fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
> membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
> mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
> Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
> sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
> Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
> sederajat dengan bule.
>
> Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
> yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
> wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
> diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
> Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
> Internasional school yang bener aja, lah.
>
> Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
> saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
> lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
> halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
> dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
> dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa
> saja ada disini. Jdi sulit membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg
> balik harus di treat sebagai ekspat.
>
> Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk
> kembali ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik
> mereka dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah
> merasakan enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas
> tidak worthed mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja.
> Pengalaman saya, kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir.
> Hanya beberapa saja memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong
> yg di Indonesia saja banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.
>
> Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
> Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji
> bulanan vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi
> altnatif kebuntuan diatas.
>
> Rdp
>
> On Wednesday, April 3, 2013, Andang Bachtiar wrote:
>
> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing
> yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>
> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
> minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
> kesimpulan.... Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>
> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>
> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery semasa
> mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi pinter di Indonesia
> tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll. Seharusnya keahlLian mrk itu
> bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau PSC Ind dg tarif yg sama dg expat
> sesuai keahliannya.
>
> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg
> mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab knp
> gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!
>
> SaLam
> ADB
>
>
>
>
> --
> *"**Good idea is important key to success, "working on it" will make it
> real."*
>
>
>
>
>
>

Reply via email to