Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
walaupun memang tersirat ada yg diatur.
Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
local employee.

Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
sederajat dengan bule.

Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
Internasional school yang bener aja, lah.

Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa
saja ada disini. Jdi sulit membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg
balik harus di treat sebagai ekspat.

Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk
kembali ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik
mereka dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah
merasakan enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas
tidak worthed mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja.
Pengalaman saya, kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir.
Hanya beberapa saja memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong
yg di Indonesia saja banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.

Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji
bulanan vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi
altnatif kebuntuan diatas.

Rdp

On Wednesday, April 3, 2013, Andang Bachtiar wrote:

> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing
> yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>
> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
> minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
> kesimpulan.... Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>
> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>
> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery semasa
> mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi pinter di Indonesia
> tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll. Seharusnya keahlLian mrk itu
> bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau PSC Ind dg tarif yg sama dg expat
> sesuai keahliannya.
>
> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg
> mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab knp
> gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!
>
> SaLam
> ADB
>
>
>

-- 
*"**Good idea is important key to success, "working on it" will make it
real."*

Kirim email ke