Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di 
sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg 
dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).  Semua 
lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua 
macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama 
tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro 
magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
Demikian Pak.


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-----Original Message-----
From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Danny

Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
sebagai struktur bawah permukaannya.

Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

Salam

Kartiko

On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> wrote:
> Salam IAGI,
>
> Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang,
> dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
> 'ber-semen'
> yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
>
>
>
>
>
> P1090031_adj_sm.jpg
>
>
>
> Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur
> yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami dinding
> batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs
> Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.  Dengan
> kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
> berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
> budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
> Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi
> yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
> bahwa
> ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
>
>
>
> Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
>
> Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
> memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di
> dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
> ada
> lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom
> tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
> kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
> SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu
> menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
> sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
> batu
> kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
> POSISI
> INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
> Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
> HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN.
> Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu)
> jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
> dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
> (dari
> data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
> Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
> bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs
> menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
> terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
> Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak
> terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip 'hiatus'
> dalam geologi).
>
>
>
>
>
> KOtakGali-AbeMAr2013.jpg
>
>
>
> Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur
> memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
> pada
> Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding
> teras (Foto 1). Arah batu kolomnya sama, yaitu barat-timur.  Terlihat ada
> satu batu kolom yang pecah yang disusun dan direkatkan kembali oleh bahan
> 'semen' tersebut.  Di kabarkan bahwa Tim ARKENAS juga menggali lokasi sama
> di lereng timur ini dan menemukan fenomena yang juga sama tapi mereka tetap
> beranggapan bahwa susunan batuan di bawah tanah ini adalah batuan sumber
> yang insitu (posisi alamiah) sama seperti interpretasi BALAR tahun 2005
> tersebut.
>
>
>
> Lapisan budaya sederhana (situs batu menhir) yang berada di atas lapisan
> budaya tinggi (susunan batu bersemen) mengindikasikan PARADOX perkembangan
> budaya.    Bagaimana mungkin perkembangan budaya mundur, dari maju ke
> 'primitif lagi'.  Kami menyebut fenomena ini sebagai KETIDAKSELARASAN
> lapisan budaya.  Apa penyebabnya?  Kemungkinan besar adalah BENCANA
> KATASTROFI yang menghancurkan (me-reset) budaya tinggi sebelumnya sehingga
> kembali ke Zaman Primitif.  Demikianlah hubungan antara bencana katastrofi
> dan peradaban di sini.
>
>
>
> Jadi ini adalah masalah mainstream geologi banget, tapi hasilnya yang
> dianggap Aliran Sesat oleh para mainstream arkeologi Indonesia.
>
>
>
> Untuk uraian lebih lanjut silahkan baca artikel pada link di bawah:
>
> http://us.analisis.news.viva.co.id/news/read/401651-gunung-padang--mahakarya
> -peradaban-yang-hilang
>
>
>
> Keterangan lebih lanjut lagi dari DR. Ali Akbar dapat di baca di link di
> bawah:
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
> ng-dirancang-arsitek-purba-ulung
>
>
>
> Semoga bermanfaat.
>
>
>
> DHN (Koord. Tim Mandiri Terpadu)
>
>
>
>
>
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
> a...@geologist.com
> Sent: 07 Mei 2013 17:37
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> Bapak2,
>
> Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun netral...
> Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah
> National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada yg
> bahasanya sedikit berbeda...
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunu
> ng-padang-dirusak
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
> ng-dirancang-arsitek-purba-ulung
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padan
> g-dan-etika-penelitian
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati-
> gunung-padang
>
> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunu
> ng-padang-bukan-piramida
>
> http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-ta
> k-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara
>
> Selamat membaca...
>
> Regards,
> Adie
> 3602
>
> Powered by Telkomsel BlackBerryR
>
>   _____
>
> From: "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com>
>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
>
> Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 -0700 (PDT)
>
> To: iagi-net@iagi.or.id <mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id>
> <iagi-net@iagi.or.id>
>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> DR. Danny Hilman ysh
>
>
>
> Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan
> kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan
> Negara.an berkorban untuk itu.
>
>
>
> Saya hanya ingatkan agar  Anda harus dapat  membalas kritik kepada Anda
> atau
> hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang
> ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik.
>
> Semoga dapat direnungkan . Terima kasih.
>
>
>
> yanto r sumantri / si Abah
>
> Anggota Dewan Penasehat IAGI
>
>
>
>   _____
>
> From: yustinus yuwono <yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com>
> To: iagi-net <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,
>
> Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan
> santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
> asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.
>
> Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
> yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
> arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
> ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.
>
> Salam hormat,
>
> Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).
>
>
>
> 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
>
> Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
> paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
> alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
> dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.
>
>
>
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
> yustinus
> yuwono
> Sent: 05 Mei 2013 0:12
> To: iagi-net
>
>
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> Mang Okim yth,
>
>
>
> Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
> canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
> Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).
>
>
>
> Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
> geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa
> mentolerir
> bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
> manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan
> mencari
> endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
> tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
> geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
> tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
> mungkin berhasil?).
>
>
>
> Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang
> geologi,
> ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah
> metoda
> geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah
> tool.
> Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final
> result
> untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat
> sintesa-
> nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
> paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
> gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena
> tidak
> semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
> geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu,
> pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist
> yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
> teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
> finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2
> pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
> proporsional.
>
>
>
> Sekedar sharing malam Minggu.
>
> Salam,
>
> Yatno
>
>
>
> 2013/5/4 <bandon...@gmail.com>
>
> Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?
>
> Powered by Telkomsel BlackBerryR
>
>   _____
>
> From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id>
>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
>
> Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700
>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>
> Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> Abah Yanto,
>
>
>
> Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah
> Yasasan
> Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
> Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
> yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
> interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
> asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,
>
>
>
> Wassalam,
>
>
>
> Mang Okim
>
>
>
> From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
> Sent: 04 Mei 2013 12:11
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
>
> Mang Okim
>
>
>
> Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?
>
> Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.
>
> Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
> prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
> Negara.
>
>
>
> Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
> persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).
>
>
>
> Salam manis dari sweet seventy si Abah
>
>
>
>
>
>   _____
>
> From: Sujatmiko <m...@cbn.net.id>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com>
> Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
> Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>
>
> Rekan-rekan IAGI yang budiman,
>
>
>
> Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
> biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
> berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
> dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
> di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
> berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
> karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
> Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang
> over
> petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
> jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
> tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
> Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta
> yang
> Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) .
>
>
>
> Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
> maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam
> terbangnya
> puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
> para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
> geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
> artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
> yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
> Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
> manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida
> di
> perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
> artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
> ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
> beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
> baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
> Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.
>
>
>
> Semen purba berumur 23.000 tahun
>
>
>
> Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
> menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
> Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
> mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
> archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
> dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
> Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
> bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
> purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
> dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
> terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
> karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
> singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
> purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
> melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!
>
>
>
> Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
> tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
> seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya
> manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs
> Gua
> Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 -
> 10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita  terbatas pada
> membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana
> mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa
> dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - - -
> ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis dalam
> penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim,
> seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding  batu kapur
> di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau
> lebih
> dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang
> mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau ratusan ribu tahun.
>
>
>
> Itulah rekan-rekan  sekedar contoh kecil yang semoga dapat menambah wawasan
> kita semua.  Contoh-contoh lainnya , ditambah dengan hasil pengamatan dan
> pertimbangan geologis praktis ,  membuat mang Okim yakin bahwa hipotesis
> bangunan mahakarya di perut Gunung Padang adalah akibat mis-interpretation
> dan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semoga Allah SWT selalu membuka
> hati
> kita untuk tidak malu belajar dari orang lain dan berani berkata benar
> walaupun pahit. Selamat berakhir minggu, mohon maaf kalau ada yang salah.
>
>
>
> Salam cinta geo-arkeologi
>
>
>
> Mang Okim
>
> Note : di Petisi G.Padang ditulis sebagai anggota KRCB.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>

Kirim email ke