>
> >English adalah bahasa penjajah. Colonialsime belum dibongkar. Lihat
> >saja pada Microsoft. Microsoft adalah penjajah baru. Kalau mau pakai
> >Microsoft harus bisa pakai bhs Inggris.....
>
> Dear David,
>
> If English is bahasa Penjajah, so you are a penjajah too :-)
> why do you learn Indonesian, just want to know why ?
saya wong gunungkidul tapi 'kebetulan' juga bisa berbahasa inggris. jadi,
apakah saya juga penjajah?
anyway, saya setuju dengan david bahwa bahasa inggris adalah bahasa
kolonial. kalau bahasa dipahami tidak hanya sekedar sarana berkomunikasi
melainkan juga [sebentuk] pengetahuan, maka makin mantaplah tuduhan bahwa
bahasa inggris adalah bahasa kolonial. sebagai pengetahuan, maka bahasa
inggris punya 'kekuatan' untuk memosisikan apa-apa yang diacu. edward said
dalam orientalismenya, menjelaskan bagaimana 'pengetahuan' exercise kuasa
kolonial.
supaya argumen di atas lebih membumi, jacket hitam bertuliskan stella duce
haik sekul [maksudnya, stella duce high school; jaket lapangan trenggana,
yogya] bisa menjadi contoh. kebanggaan mereka dengan jacket hitam
bertuliskan bahasa inggris, tidak hanya berhenti karena jaketnya yang
berbahasa inggris, tetapi juga mau menunjukkan diri bahwa mereka
'berkelas'; justru karena tulisan bahasa inggrisnya. kalau dilihat dari
kacamata libertarianism, pilihan menggunakan bahasa inggris bisa
dijustifikasi sebagai 'pilihan rasional'. tetapi pilihan yang 'rasional
itu' sebenarnya sudah 'socially constructed through language'. bingung
kan?
>
> >
> >You have to learn that Education is not everything, not necessarily
> >important. A person can have only graduated from SD (Primary school) and
> >still have great influence on the world. That's why higher education in
> >western countries like Australia is not seen as a status symbol. Many a
> >house wife has gone on to exert great influence in this world. Many great
> >business people, polititians, philosophers etc, were only educated up to
> >about 15 years old.
saya menambahkan saja: pendidikan juga bisa menjadi salah satu contoh
bagaimana seseorang expose themselves to 'domination by consent'. lewat
pendidikan [baca: sekolah] orang dididik untuk [hanya] menghargai yang
berbau 'sekolahan'. oleh orang yang berpendidikan, ilmuwan politik lebih
dipercaya [baca: dihargai, 'dianggap'] daripada dukun ramal model permadi
atau gendeng meskipun meskipun, misalnya, prediksi keduanya tentang pemilu
di indonesia meleset; dokter dianggap/'dihargai' lebih hebat daripada
shinse/dukun; politisi yang berbusa-busa bicara tentang ekonomi kerakyatan
lebih 'hesbat' daripada kirik ertanto atau didid yang sudah bertahun-tahun
menjadi pendamping 'rakyat'.
apa yang membuat kita melakukan diskriminasi pengahargaan itu? sekolah!
indoktrinasi! pendidikan!
[memang pendidikan juga punya potensi 'membebaskan'. tapi berapa orang
yang akrab dengan pendidikan yang 'membebaskan'?]
>
> well, that's very interesting,
> can you mention to provide several examples, please
>
> >so i think they gotta think twice. i
> > > don't vote her coz she's
> > > a woman
> >
> >Be careful with the way you say "I don't vote her coz she's a woman..."
> >artinya "Saya tidak pilih dia karena dia seorang wanita.." What you mean
> >is "It's not because she's a woman that I didn't vote for her..."
>
> but if it is his personal opinion, why not just to respect his opinion,
> because this situation is also become polemic in many news papers.
gimana cara 'respect his personal opinion'? hormat grak di depan monitor?
nehi! cara menghormati opini orang lain, pada hemat saya, dengan
mengkritiknya [to critique it, not criticise it]. caranya? salah satunya
dengan mempertanyakan seperti misalnya, kalau perempuan, so what?
>
>
>
> >
> >but i don't think she can do it. i vote for
> > > someone who is highly
> > > educated,
> >
> >Artinya "Highly Educated" itu apa? Kalau artinya lulusan Universitas,
> >Master, Dokter.... nggak mesti, itu bukan jaminan. Seorang pelukis
> >kemungkinan punya intelligence lebih banyak dari pada seorang PhD. Cuma
> >intelligence-nya lain. Kalau seorang pelukis, biasanya sangat teliti pada
> >dunia ini. Kalau seorang Dokter (PhD) sering cuma teliti pada sesuatu yg
> >tertentu saja, di bidangnya dia saja. Tapi jangan salah artikan (don't
> >get me wrong) pendapat saya ini. Saya cuma ingin menjelaskan bahwa
> >pendidikan tinggi bukanlah jaminan yg mutlak.
>
> David, are you sure with your statement, so why the Australian
> Universities have so many advertisements in other countries, including
> Indonesia, etc. And why is always happened to always attached a good CV
> that must consider the education of the applicant
karena begitulah yang diajarkan oleh sekolah/pendidikan yang
'membelenggu'!
hasil pendidikan-yang-setengah-membebaskan [semi liberating education]
akan mempertanyakan: siapa yang mendidik dan di mana pendidikan itu
terjadi. pendidikan yang tiga perempat membebaskan [three quarters
liberating education] akan mempertanyakan: 'apa yang bisa diperbuat oleh
aplikan' sebelum inquire pendidikannya. pendidikan yang membebaskan sama
sekali [fully liberating education]? tidak ada! to certain extent, we
serve and are bound to what we are taught to.
>
> Nice to discuss with you, mate
>
> sis-
>