Betty Pentury wrote:
> 
> Helo pak, kalo bapak nulis koq aku 'risih' kalo nggak ngebales
> ...(ini tanda-tanda positif bahwa kita bersahabat....):

Siapa bilang kita tidak sahabat, jadi kagak usah risih nih:-)
Ngomong-ngomong mana itu koleksi jpg-nya kok tidak dibagi-bagi:-)

> Sebetulnya kita harus kasian sama Australia.  Karena masalah tim-tim mereka
> banyak sekali keluar duit.  Untuk  up-grade angkatan perangnya mereka butuh
> dana 1 million dollar (maybe I'am wrong).  Yang lagi dibahas, dari mana
> Australia mendapatkan dana sebanyak itu...ya tentu saja dari pembayar
> pajak, pembayar pajak disini ya semua masyarakat Australia, termasuk suami
> saya (orang Indonesia) yang bekerja, juga dipotong pajak.   Kalo mau
> dipikir-pikir, kenapa US nggak datang sendiri?  US sudah raup semua
> resources kita di Indonesia.  Saya melihat, lebih baik kita sedikit lebih
> 'wise', dengan menjaga hubungan bilateral yang sudah ada.  Kita-kita kaum
> 'cendekiawan' mungkin berpearn lebih besar dalam menjaga hubungan tsb.

Ck ... ck ... ck, memang kasihan, padahal kalau melihat reklame
"fly with Qantas" di TV Ina, kelihatannya Oz adalah bukan seperti
tetangga yang nakal ... tetapi sikapnya kadang-kadang kayak a spoilt
child:-) Mengenai kaum cendawan ... eh cendekiawan walaupun saya tidak
termasuk didalamnya ... akan saya usahakan saran mbak Betty.

> Yang kedua, Australia sudah mendapat kata OK dari kita untuk 'membuang
> makananan' dari udara untuk saudara-saudara kita tim-tim.  Ini juga khan
> perlu uang untuk membelinya.  Pemerintah Australia mengambil keputusan
> untuk  datang (bidang humanitarian, AusAID etc.) ke tim-tim ('menyerang
> Indonesia' versi media indonesia) itu atas permintaan rakyatnya yang liat
> di tv bagaimana tim-tim sudah dibumi hanguskan.  Mungkin foto-foto tim-tim
> nggak ada di tv/media indonesia, tapi kalau di Australia kita bisa melihat
> dengan jelas apa yang terjadi disana.

Menurut pepatah orang barat: yang lebih penting adalah bagaimana
anda memenangkan pertandingan, bukan menangnya itu sendiri:-) dan
itu kelihatannya tidak ada di pihak Oz yang barat:-)

Mengenai perbandingan mass media di kedua negara, ada pertanyaan
yang mengelitik:

1. Apakah dengan membaca "koran" Oz anda menjadi lebih "wise"
   dibanding dengan kami-kami yang membaca "koran" Ina?

2. Apakah kami-kami yang di Ina tidak dapat mengakses berita-
   berita di LN?

Pertanyaan pribadi: Sudah berapa tahun sih Mbak Betty di Oz?

> Jadi ....it's not that easy to be a jenderal kancil, pak.  Mana ada
> negara-negara lain yang mau bersimpati sama tim-tim, menyuplai makanan,
> menjaga keamanan disana?

Tidak mudah ... memang tidak mudah, apalagi biayanya besar dan perlu
komitmen yang besar ... biaya dan komitmen yang **lebih** besar perlu di
lakukan pula untuk mengangkat harkat Aborigin, jangan meniru Ina yang
pribuminya menjadi tuan rumah di negeri sendiri:-) Mungkin PBB perlu
mengirim pasukan penjaga Aborigin:-) dengan ketuanya Bill Clinton
demikian pula sebaliknya:-)

PS: Mbak Betty saya belum bisa menangkap "sikap" Mbak Betty thd masalah
    Timtim, karena baru sekali tatap-email, demikian pula sebaliknya
    ... saya kira. Mungkin nanti menjadi jelas ... until then ...

Salam
--                                        Djoko Luknanto-Jack la Motta

Kirim email ke