Thanks for your reply, pak Djoko.
>Ck ... ck ... ck, memang kasihan, padahal kalau melihat reklame
>"fly with Qantas" di TV Ina, kelihatannya Oz adalah bukan seperti
>tetangga yang nakal ... tetapi sikapnya kadang-kadang kayak a spoilt
>child:-) 
Ini masukan yang bagus.  memang susah membedakan mana bisnis, mana
humanitarian, mana politician dlsb......kadang kita menyamakan semuanya
ini.  pukul rata.
>Menurut pepatah orang barat: yang lebih penting adalah bagaimana
>anda memenangkan pertandingan, bukan menangnya itu sendiri:-) dan
>itu kelihatannya tidak ada di pihak Oz yang barat:-)
>Mengenai perbandingan mass media di kedua negara, ada pertanyaan
>yang mengelitik:
>1. Apakah dengan membaca "koran" Oz anda menjadi lebih "wise"
>   dibanding dengan kami-kami yang membaca "koran" Ina?
Koran OZ memang nggak saya baca, pertama karena nggak ada waktu, kedua
nggak punya uang lagi, saya sekarang biayaiin sekolah dari kantong sendiri,
kalau saya kesal, saya mail louise william saja, atau langsung telpon
channel 7,9 or 10.  yang saya baca ya berita INa (biar bayar internet
mahal-mahal tetap dibaca dan penting) dan disini ada TVRI setiap pagi jam
11.00 am, ini karena kangen sama 'rumah'.  Saya hanya nonton tv channel 7
jam 6 sore dan sbs jam 9.30 malam (sambil masak dan makan malam). 
>2. Apakah kami-kami yang di Ina tidak dapat mengakses berita-
>   berita di LN? 
itu so pasti kalau punya fasilitas internet or parabola.  Yang jelas orang
australia sendiri nggak semua musuhin indonesia.  yang mengadakan rally
kebanyakan golongan kiri/anti pemerintah/orang union.  lalu yang mereka
protes adalah sisi pembantaian (humanitarian) dlsb yang mereka duga
dibacking oleh TNI, yang mereka marahi adalah 'pemerintah' indonesia, yang
gagal mengupayakan keamanan di tim-tim.  mereka sayang sama yang namanya
'orang indonesia'.  tanya saja mbak judith dan mas david.  mengenai minyak
di tim-tim, orang awam nggak peduli ttg. hal tsb.  kita harus tanya sama
bisnis-man.  yang jadi kacau adalah sumberdaya hayati laut, krn. justru
dengan kerjasama kita dengan australia, kita bisa menghadang para nelayan
asing (cina,taiwan,jepang) yang mencuri ikan kita di laut arafura dan laut
timor (zone ekonomi ekslusive).  akses kita kesana kurang, karena nggak ada
dana, dengan kerjasama dengan northern territory, sedikit demi sedikit
akses kita ke laut arafura terbuka.  jadi harus hati-hati, harus berpikir
panjang..jangan karena terbakar emosi segelintir orang di JKT (big guys..)
moment penting kita untuk membangun indonesia jadi hilang.
>Pertanyaan pribadi: Sudah berapa tahun sih Mbak Betty di Oz?
5 tahun.  
>> Jadi ....it's not that easy to be a jenderal kancil, pak.  Mana ada
>> negara-negara lain yang mau bersimpati sama tim-tim, menyuplai makanan,
>> menjaga keamanan disana?

>Tidak mudah ... memang tidak mudah, apalagi biayanya besar dan perlu
>komitmen yang besar ... biaya dan komitmen yang **lebih** besar perlu di
>lakukan pula untuk mengangkat harkat Aborigin, jangan meniru Ina yang
>pribuminya menjadi tuan rumah di negeri sendiri:-) Mungkin PBB perlu
>mengirim pasukan penjaga Aborigin:-) dengan ketuanya Bill Clinton
>demikian pula sebaliknya:-)
ini juga harus hati-hati pak, nggak segampang yang kita pikirkan.  saya
nggak membela siapapun, tapi saya secara pribadi saya pernah di rampok di
redfern, tas tangan saya dipotong, dibawa lari, padahal kalau mau dibilang
mereka ini kurang dikasih apa, saya student yang miskin, mereka dikasih
duit setiap minggu.  semua fasilitas mereka dapat.  akses kemana-mana ada
semua.  kesempatan ada....sebagai tanda maaf tentu saja.  Usul saya,
sebaiknya kita omongin negara kita sendiri deh, rumah tangga orang nggak
usah kita campuri pak.......ini usul saja lho pak, jangan marah.....satu
lagi.....disini hak setiap orang sama, jadi orang australia sendiri akan
marah kalau saya memilah-milah mereka berdasarkan golongan, ada social
harrassment-nya, dan ada hukumnya.  makanya orang australia nggak pernah
ngomongin golongan, karena bound sama hukum.  equal opportunity.  bisa-bisa
kita/saya dibawa ke court.
>PS: Mbak Betty saya belum bisa menangkap "sikap" Mbak Betty thd masalah
>    Timtim, karena baru sekali tatap-email, demikian pula sebaliknya
>    ... saya kira. Mungkin nanti menjadi jelas ... until then ...
sikap saya jelas. anti pembantaian di tim-tim.  kesal sama keputusan pak
Habibie untuk memberikan referendum TANPA plan yang matang,  kita harusnya
punya plan, kalo plan a nggak  bisa dijalankan, gunakan plan b.  ini normal
prosedur. tapi yah semua ini politik, saya bukan ahlinya.  saya hanya
masyarakat awam.  sikap yang kedua, berdiri di tengah-tengah, tidak
termakan isu lagi, maklum sudah kebanjiran isu tentang ambon.....salut sama
keputusan pemerintah untuk mengundang PBB masuk ke tim-tim, salut sama pak
ali alatas sebagai seorang diplomat yang menyatakan kita tidak ada
'condition', salut sama duta besar kami disini pak Wiryono, yang dengan
tabah mewakili negara Indonesia, memberikan pengertian tentang
langkah-langkah pemerintah Indonesia.  marah sama negara-negara minyak di
timur tengah yang nggak bisa memberikan sedikit saja kekayaannya untuk
disumbangkan bagi rakyat indonesia (tapi jangan senjata lah..), untuk
saudara-saudara kita aceh, ambon, tim-tim dan dimanapun juga.  kesal karena
walaupun kita nggak suka sama pers australia, orang awam australia itu
sendiri yang ngojok-ngojok pemerintahnya untuk membantu indonesia lewat
banyak aid.  koq musti australia? kemana negara-negara lain itu? kita kesal
sama us, nanti ujuk-ujuk mereka yang bantu juga, mau taruh muka dimana nih?
ini bukan kritikan lho, cuman tanda keputus-asaan.  apa lobi kita ke
tim-teng kurang?
JPG-nya khan kehapus, butuh waktu untuk cari di komputer kampus.  saya
nggak dapat flight garuda, jadi lagi sibuk cari pesawat.
jangan lupa dibalas ya pak.  nti kalo ada uang, aku sowan ke jogya biar
bisa ngomong sepuas-puasnya sama pakde.
cheers,
Betty Pentury 

Kirim email ke