On 17 Sep 99, at 7:08, Betty Pentury wrote:
Saya kok akhir-akhir ini jadi suka gatel, maaf ya kalau nylonong ke
jalur yang salah. Biar tambah kisruh saja.
> Helo pak, kalo bapak nulis koq aku 'risih' kalo nggak ngebales......(ini
> tanda-tanda positif bahwa kita bersahabat....):
>
> Gini pak Djoko,
>
> Sebetulnya kita harus kasian sama Australia.
Tidak ada yang mengharuskan, dan belum ada persamaan
persepsi tentang 'kita'. Jadi baiklah masing-masing mewakili diri
sendiri saja. Terutama karena belum ada legitimisasi yang
menyatakan bahwa saya boleh mnyatakan diri sebagai juru bicara
'kita'.
>Karena masalah tim-tim mereka banyak sekali keluar duit.
Saya yakin, tidak ada yang gratis di dunia. Jadi mereka sudah
memperhitungkan untung ruginya. Ilang duit - dapat reputasi. Dana
mengalir lagi dari dunia internasional, dst..dst.
Lha yang AusAid saja, tampaknya bantuan (grant) mereka
menangguk untung kok. Baik keuntungan langsung, universitas
mereka jadi hidup, dapat penelitian yang bermutu, sampai tak
langsung : tender-tender pembangunan yang menyertainya. Jadi
semangatnya adalah : membantu untuk kemudian mendapatkan
lebih banyak.
Tapi saya mengerti MBak Betty adalah typikal wanita, yang berfikir
dengan hati dan selalu sering iba pada yang 'kalah'.
> Untuk up-grade angkatan perangnya mereka butuh
> dana 1 million dollar (maybe I'am wrong). Yang lagi dibahas, dari mana
> Australia mendapatkan dana sebanyak itu...ya tentu saja dari pembayar
> pajak, pembayar pajak disini ya semua masyarakat Australia, termasuk suami
> saya (orang Indonesia) yang bekerja, juga dipotong pajak.
nah, lebih gamblangnya, Mbak Betty itu kasihan sama Australia,
atau kasihan sama suami yang dipotong pajak, atau lebih
ektrimsnya kasihan pada diri sendiri, karena income keluarga yang
menurun.
> Kalo mau
> dipikir-pikir, kenapa US nggak datang sendiri? US sudah raup semua
> resources kita di Indonesia. Saya melihat, lebih baik kita sedikit lebih
> 'wise', dengan menjaga hubungan bilateral yang sudah ada. Kita-kita kaum
> 'cendekiawan' mungkin berpearn lebih besar dalam menjaga hubungan tsb.
>
US ? itu lebih 'canggih'lah. Kalu di pewayangan ya semacam
Sengkuni gitu. Suka Nabok nyilih Tangan.
> Yang kedua, Australia sudah mendapat kata OK dari kita untuk 'membuang
> makananan' dari udara untuk saudara-saudara kita tim-tim. Ini juga khan
> perlu uang untuk membelinya. Pemerintah Australia mengambil keputusan
> untuk datang (bidang humanitarian, AusAID etc.) ke tim-tim ('menyerang
> Indonesia' versi media indonesia) itu atas permintaan rakyatnya yang liat
> di tv bagaimana tim-tim sudah dibumi hanguskan. Mungkin foto-foto tim-tim
> nggak ada di tv/media indonesia, tapi kalau di Australia kita bisa melihat
> dengan jelas apa yang terjadi disana.
>
> Jadi ....it's not that easy to be a jenderal kancil, pak. Mana ada
> negara-negara lain yang mau bersimpati sama tim-tim, menyuplai makanan,
> menjaga keamanan disana?
banyak juga orang Indonesia yang sudah dan sedang berkorban
untuk Tim -Tim. Sebagian kekayaan Aceh, Kal-Tim dan Riau
dipakai buat membangun mereka. Akan halnya kemudian sebagian
jenderal mengambil lebih banyak lagi, itu hal lain lagi.
>
> Salam hormat saya untuk Bapak,
> Betty Pentury
>
> At 11:52 PM 9/16/99 +1000, you wrote:
> >Howdy,
> >
> >Australia dipilih sebagai "jendral kancil" pasukan multi nasional,
> >karena alasan-alasan logis:
> >
>