Apa kabar Pak Lana?

Karena "question mark" email Anda banyak sekali (12
karakter), maka saya merasa "terpanggil" untuk
menjawabnya :-)

Perbedaan penentuan awal bulan qomariyah bukan cuma
soal metode: hitung (hisab) vs. visual (rukyah ...
bukan ruqyah lho ...), tapi ternyata juga soal
pemahaman spasial/kewilayahan (lokal/regional vs.
global)

Pihak "global" meyakini kalau sudah ada yang melihat
hilal di suatu tempat, maka yang lain di belahan bumi
manapun harus mengikutinya. Soal Arab (atau timteng
pada umumnya) sebagai pioneer bukan karena soal
kiblat, tapi memang secara geografis tempat tersebut
memiliki kondisi langit yang cerah permanently
sehingga mudah untuk melakukan rukyah hilal.

Sebaliknya pihak "regional/lokal" meyakini bahwa
penentuan awal bulan diserahkan masing-masing otoritas
wilayah tersebut (misal lingkup negara).

Jadi? akibatnya sudah jelas terjadi perbedaan waktu
dalam memulai/mengakhiri bulan.

Saya sendiri memilih bersikap flexible (terserah kalau
dibilang plin-plan, mendua, mentiga, dsb ...).
Semisal, untuk awal Ramadhan/Syawal (Idul Fitri) saya
ikut "lokal", tapi kalau Idul Adha saya jadi "global"
karena hari raya tsb terkait dengan ibadah haji yang
ada di Makkah-Madinah (bukan di Bojong Kenyot atau
nDhiwek).

Kesimpulannya, mari happy-happy saja dengan segala
perbedaan ini. Kecuali kalau khalifah Islam sudah ada
dan dia yang mutusin hari-H nya, kita musti tunduk
....

Btw, sayang saya kemarin gak bisa hadir waktu ceramah
Pak Khafid. Saya sedang tugas di luar kota.

Wassalam,
--amin

--- Lana Sularto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Gimana yang dulu ikut lebaran Arab Saudi, apakah
> sekarang tetap konsisten ikut puasa mulai 
> hari selasa????????????
> Lana's



                
__________________________________ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com

--------------------------------------------------------------
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com


Reply via email to