Bung Adri,
E'mail anda mengelitik saya untuk menanggapi, terutama pada
point yang ketiga. Seharusnya anda harus peduli dengan masalah fairness ataupun
kebenaran dari suatu berita. Dalam situasi serupa ini, kekalutan di bidang
ekonomi,politik, hukum dan sosial, kita harus tetap menjaga kejernihan kita
berfikir dan bersikap. Penyebaran berita yang tidak benar, tidak fair ( dalam
hal ini saya mengartikannya tidak lengkap, tidak berimbang, tidak akurat ,
sedikit berbeda barangkali dengan fair atau adil dalam pengertian hukum) akan
membuat suasana akan makin kalut dan panas. Padahal sebagai anak bangsa, kita
harus turut memberikan rasa sejuk dan harapan hari esok yang lebih
baik.
SAYA SANGAT PEDULI DENGAN FAIRNESS dan KEBENARAN dalam setiap
kasus. Harapan saya hal yang sama juga menjadi prinsip kita semua. Keadilan dan
kebenaran memang bisa diperdebatkan. Dan kita harus terbuka dalam hal ini.
Adil dan benar menurut saya belum tentu dirasakan adil dan
benar oleh pihak yang lain. Artinya kita harus siap berargumentasi atau berdebat
untuk menemukan kebenaran dan keadilan itu. Bukankah itu adalah hakekat
demokrasi ? Perbedaan pendapat, argumentasi dan debat akan membawa kita bergeser
dari posisi semula ke arah keadilan dan kebenaran yang bisa diterima oleh semua
pihak.
Saya menilai, berita yang anda forward cukup fair. Yang
ditanggapi bung Rosadi adalah analisa si pembuat berita, yang memang perlu
dianalisa kembali, termasuk pendapat bung Rosadi sendiri.
.......deleted......
Ketiga, masalah fair atau tidak
saya tidak terlalu mau perduli. Karena itu bersangkutan erat dengan
pengertian fair dalam versi masing-masing orang/kelompok kepentingan. Kalau
fair dan tidak terus dibahas, saya khawatir banyak yang tersinggung seperti
posting yang lain-lain sebelumnya. Lama-lama jadi debat
kusir.
Keempat, informasi tersebut saya sampaikan kepada rekan-rekan
permias agar dijadikan bahan pertimbangan dalam melihat gejala sosial di
Indonesia. Email yang saya postingkan tersebut sebetulnya berasal dari
Ambon. Tadinya saya minta diforwardkan kepada seorang teman yang
menerimanya, tapi sampai saat ini belum didapat. Jadi saya ketik ulang dari
hard copy yang saya punya.
Keempat, reply ini tidak dimaksudkan untuk
membantah M. Rosadi. Harapannya supaya tidak jadi debat kusir. Masalah
artinya bagi penerima email ini sangat bergantung pada yang membacanya
sesuai persepsi dan nilai serta kepentingan anda masing-masing.
Adri
Amiruddin
[EMAIL PROTECTED]