Bung Adri,
 
E'mail anda mengelitik saya untuk menanggapi, terutama pada point yang ketiga. Seharusnya anda harus peduli dengan masalah fairness ataupun kebenaran dari suatu berita. Dalam situasi serupa ini, kekalutan di bidang ekonomi,politik, hukum dan sosial, kita harus tetap menjaga kejernihan kita berfikir dan bersikap. Penyebaran berita yang tidak benar, tidak fair ( dalam hal ini saya mengartikannya tidak lengkap, tidak berimbang, tidak akurat , sedikit berbeda barangkali dengan fair atau adil dalam pengertian hukum) akan membuat suasana akan makin kalut dan panas. Padahal sebagai anak bangsa, kita harus turut memberikan rasa sejuk dan harapan hari esok yang lebih baik.
 
SAYA SANGAT PEDULI DENGAN FAIRNESS dan KEBENARAN dalam setiap kasus. Harapan saya hal yang sama juga menjadi prinsip kita semua. Keadilan dan kebenaran memang bisa diperdebatkan. Dan kita harus terbuka dalam hal ini.
Adil dan benar menurut saya belum tentu dirasakan adil dan benar oleh pihak yang lain. Artinya kita harus siap berargumentasi atau berdebat untuk menemukan kebenaran dan keadilan itu. Bukankah itu adalah hakekat demokrasi ? Perbedaan pendapat, argumentasi dan debat akan membawa kita bergeser dari posisi semula ke arah keadilan dan kebenaran yang bisa diterima oleh semua pihak.
 
Saya menilai, berita yang anda forward cukup fair. Yang ditanggapi bung Rosadi adalah analisa si pembuat berita, yang memang perlu dianalisa kembali, termasuk pendapat bung Rosadi sendiri.
 
From: Adri Amiruddin <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 26 Januari 1999 12:40
Subject: Re: Kerusuhan di Ambon (3)
 
.......deleted......

Ketiga, masalah fair atau tidak saya tidak terlalu mau perduli. Karena itu bersangkutan erat dengan pengertian fair dalam versi masing-masing orang/kelompok kepentingan. Kalau fair dan tidak terus dibahas, saya khawatir banyak yang tersinggung seperti posting yang lain-lain sebelumnya. Lama-lama jadi debat kusir.

Keempat, informasi tersebut saya sampaikan kepada rekan-rekan permias agar dijadikan bahan pertimbangan dalam melihat gejala sosial di Indonesia. Email yang saya postingkan tersebut sebetulnya berasal dari Ambon. Tadinya saya minta diforwardkan kepada seorang teman yang menerimanya, tapi sampai saat ini belum didapat. Jadi saya ketik ulang dari hard copy yang saya punya.

Keempat, reply ini tidak dimaksudkan untuk membantah M. Rosadi. Harapannya supaya tidak jadi debat kusir. Masalah artinya bagi penerima email ini sangat bergantung pada yang membacanya sesuai persepsi dan nilai serta kepentingan anda masing-masing.

Adri Amiruddin
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke