>Assalamualikum wr.wb

Saya juga tergelitik untuk menanggapi e.mail bung Rosadi berikut :

Menurut saya, si penulis berita sudah berusaha untuk bersikap fair, dan
tidak bermaksud untuk memojokkan Islam. Yang dipersalahkan adalah
kefanatikan yang membutakan, sehingga tidak bisa memisahkan masalah akibat
pemalakan atau apapun (keterjepitan ekonomi atau kriminal), dengan masalah
agama. Penulis sudah berusaha fair, dan sebenarnya juga diakui oleh bung
Rosadi sendiri dalam tanggapan berikutnya.

Kalau kita baca dengan baik, kesimpulan atau analisa penulis tidak
menyalahkan pendatang atau ummat Islam, tetapi menyalahkan ajaran-ajaran
kefanatikan yang tidak mengenal budaya kerukunan beragama masyarakat Maluku.

Karenanya menurut saya tanggapan bung Rosadi tidaklah perlu dan berlebihan.

-----Original Message-----
From: Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 26 Januari 1999 11:44
Subject: Re: Kerusuhan di Ambon (3)


>
>>Tapi perkembangan akhir-akhir ini kerukunan antar umat beragama di
>Maluku, khususnya antar Agama Kristen dan Agama Islam sudah mulai
>luntur. Secara sadar dapat dianalisa bahwa kelunturan umat beragama di
>Maluku disebabkan karena adanya unsur-unsur kefanatikan agama yang
>dibawa oleh pihak luar dan secara jujur pihak luar ini dapat disebutkan:
>Suku Bugis-Makassar, Buton,>Padang dan Jawa. Ajaran-ajaran kefanatikan
>merekalah yang mempengaruhi masyarakat asli Maluku yang beragama Islam
>telah ter-kooptasi dengan ajaran-ajaran kefanatikan mereka (mohon maaf
>bukannya kami sengaja ekstrim untuk menjelekkan saudara-saudara kami
>selaku orang Maluku yang beragamaIslam, tapi kami ungkapkan ini demi
>tegaknya kembali hidup kerukunan beragama selaku saudara dalam satu
>budaya Pela-Gandong). Dan ini bukanlah kami diskriminatif, tapi
>kenyataan inilah yang terjadi.
>
>M.rosadi menanggapi:
>
>Pernyataan di atas ini sepertinya kurang fair. Tidak adil rasanya
>menyatakan bahwa masyarakat pendatang di maluku sebagai penyebab
>terjadinya kerusuhan yang terjadi belakangan ini.(saya menangkap maksud
>yang demikian). Dan lebih tidak adil lagi menimpakan "ajaran
>kefanatikan"(sepertinya definisi kefanatikan yang disebutkan disini
>mempunyai arti negatif)kepada pihak islam saja. bukankah di pihak
>kristen (dalam masyarakat maluku) juga terdapat orang-orang yang fanatik
>(dalam artian negatif),yang bisa jadi punya andil cukup besar terhadap
>terjadinya kerusuhan..?????
>
>Berita Postingan:
>
>>Secara sadar dapat dikatakan bahwa seandainya kali selaku Asli Maluku
>Agama >Kristen dan Agama Islam tanpa ter-kooptasi dengan kefanatikan
>yang ada >sampai kapan pun tidak mungkin terjadi peristiwa yang sangat
>memalukan ini.
>
>M.Rosadi menanggapi:
>Secara tidak langsung sebenarnya penulis email diatas ini mengakui bahwa
>kefanatikan (dalam artian negatif)dapat terjadi pada umat di kedua belah
>pihak, kristen dan Islam.
>
>Berita postingan:
>>Pe4ngalaman telah membuktikan bahwa konflik SARA yang terjadi di Maluku
>di waktu-waktu lalu sampai saat ini selalu dipicu oleh mereka-mereka
>yang tidak pernah mengenal budaya kerukunan umat beragama masyarakat di
>Maluku.
>
>M.rosadi menanggapi:
>
>Dalam beberap kasus bisa saja demikian. Tapi saya kurang yakin kalo
>semua konflik SARA yang terjadi di maluku SELALU dipicu oleh pihak
>pendatang(yang dikatakan tidak pernah mengenal budaya kerukunan umat
>beragama masyarakat di Maluku). Tidak semua kaum pendatang di maluku itu
>penjahat kan.., sebagaimana halnya tidak semua orang maluku itu
>preman..????? Setiap golongan masyarakat tentunya menyimpan benih-benih
>yang baik dan jahat...., so jangan cepat men-'judge' suatu kejahatan
>merupakan "trade mark" dari suatu kelompok/golongan.
>
>
>Wassalam
>Mohamad Rosadi
>Virginia
>
>
>-----------------------------delete-----------------------------------
>
>______________________________________________________
>Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>

Kirim email ke