In a message dated 10/13/99 1:15:53 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

> hehehe..
>  sammmmmaaa ... saya juga udah pada di box..
>  males bongkarnya..
>  dilibrary apa lagi..
>  sampe 10 lantai....

Bung Faran, anda ini aneh. Anda sendiri yg kemarin2
mengatakan bahwa apa yg anda katakan adalah sesuai
dengan teori bahwa tidak peduli pada level berapa pun, asal
suatu mata uang stabil maka bisa diterima.
Sementara saya katakan pada anda bahwa saya belum pernah
membaca teori yg bunyinya seperti itu. Saya minta anda
memberikan referensi dari ucapan anda yg anda katakan
banyak termuat dibuku2 itu, satu buku saja dan sebutkan halaman
yg memuat teori tersebut. Tapi apa respon anda? Anda jawab
seperti di atas.
Sementara pada posting sebelumnya saya memberikan satu
pertanyaan situasi pada anda yg untuk menjawabnya tidak perlu
cari2 dibuku teori, tapi cukup menggunakan nalar anda.

Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila
saat ini dibuat Yen stabil di Y10 (sepuluh yen) per dolarnya.
Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila saat ini
dibuat Yen stabil di Y300 (tigaratus yen) per dolarnya.
Apakah ekonomi Indonesia tidak akan bermasalah bila saat ini
dibuat Rupiah stabil di Rp100 (seratus rupiah) per dolarnya.
Apakah ekonomi Indonsia tidak akan bermasalah bila saat ini
dibuat Rupiah stabil di Rp200,000 (dua ratus ribu rupiah) per dolarnya.

Kenapa anda tidak berani menjawab pertanyaan saya tersebut?
Apakah karena anda kini menyadari bahwa bila Yen saat ini
stabil di 10 yen per dolarnya anda bermasalah untuk ekonomi Jepang?

Tidak butuh teori yg hebat2 untuk mencoba menjawab pertanyaan2
di atas yg saya sengaja lemparkan dalam bentuk ekstrim untuk
melihat kembali "teori" yg anda katakan bahwa ==tidak peduli
diberapapun nilai tukar, asal stabil maka akan bisa diterima/tidak
bermasalah== adalah sangat tidak bisa diterima kebenarannya
alias SALAH!

Kalau anda bertanggung jawab dengan pernyataan yg sudah anda
lontarkan, bahkan sampai menyebut2 atas nama "teori", adalah
sudah menjadi tugas anda untuk mensupport teori yg anda ungkapkan
tersebut dengan memberikan referensinya.
Ini kalau kita mau diskusi secara sehat.
Saya sendiri dari awal diskusi tidak mengatasnamakan teori,
tidak juga mengagung2kan teori, tidak juga dalam analisa2 saya
menggunakan kata2 "menurut teori", karena memang analisa2 saya
tersebut adalah gabungan antara teori dengan kondisi dilapangan.
Saya cenderung mengajak rekan2 disini menggunakan nalar yg
ada karena saya tahu anggota milis ini punya latar pendidikan yg
bisa beragam, karenanya dalam menulis saya mencoba menggunakan
bahasa sederhana yg mudah2an bisa diterima/ditangkap.

(Perhatikan, bagaimana anda dalam satu posting coba2 pakai
istilah2 ekonomi seperti FIFO/LIFO tapi ternyata anda salah
dalam menerapkan pengertian dari FIFO/LIFO itu sendiri)

Saya memang bukan theory minded tapi juga bukan anti theory.
Hal ini karena saya sadari ketika berhubungan dengan masalah
ilmu sosial seperti ekonomi, maka akan banyak kondisi2 yg
perlu diperhatikan bila kita ingin menerapkan suatu teori.

Rekan2 di milis sekarang semakin tahu, siapa sebenarnya
di milis ini yg asbun, siapa sebenarnya yg "hanya segitu saja",
siapa sebenarnya yg "tidak berdasarkan teori", siapa sebenarnya
yang "tidak mau mendengarkan orang lain".

Saya masih memberikan kesempatan pada anda untuk membuktikan
bahwa apa yg anda ucapkan sebelumnya bahwa "pada level berapapun
nilai tukar suatu mata uang asalkan stabil maka tidak akan bermasalah"
adalah memang benar ada landasan teorinya dengan cara memberikan
referensi (satu saja) nama buku dan halaman yg memuat hal tersebut.

Semoga diskusi di milis ini bisa lebih berbobot dan tidak asbun.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke