Saudara Irwan,

Saya memiliki buku saku yg ditulis oleh Arsenio Ramos Horta, adik kandung
Jose Ramos Horta. Buku itu yg berjudul The Eyewitness; Bitter moments in
East Timor Jungles adalah terbitan Usaha Quality Printers, Singapore.

Saya dapat meminjamkan buku itu kepada anda, atau siapapun yg
menginginkannya, kalau memang anda berminat dan tentu saja bersedia
mengembalikannya. Untuk sementara saya hanya dapat menyampaikan kata
pengantar penulis itu, yg saya tulis sesuai aslinya tanpa tambahan atau
pengurangan:


Quote:

Foreword

I wanted to write this "Memoir" about my own experience of three years in
the jungles of East Timor, most of the time as a prisoner and some times
just as a free man, in order to let the thousands of relatives of the
prisoners who were massacred by Fretilin between the years of 1975 to 1978,
know about the sufferings and hardships their beloved ones had endured, as
far as they also suffered like myself. A few of us had survived but the
majority were chopped down by Fretilin guns, and buried away in common
graves or in unknown spots of this beautiful island, that became bloody red
soaked during the short period of Fretilin domination.

Violence and extorsion were orders of the day until the East Timorese
population reacted against such regime of terror and asked for the closest
neighbour to assist them to get rid of Fretilin. Thus, it ended the era of
terror, bloodshed and sufferings. Once the critical conditions of East Timor
had eased the people of East Timor chosed to live together with his nearest
neighour and be part of Indonesia nation. Since then, East Timor is enjoying
a steady progress in the various sectors of modern life.

In my point of view, I am sure that, in the years to come, East Timor will
be out of its bacwardness and stand proudly developed

Arsenio Ramos Horta 11/9/81

end quote



-----Original Message-----
From: Jeffrey Anjasmara <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Friday, October 15, 1999 10:23 AM
Subject: Re: Seroja


>Saya akan berusaha menjawab sepanjang yg saya tahu. Tentu jangan ambil
>sebagai kebenaran absolut. Saya juga sering salah.
>
>>Irwan:
>>Dalam posting terdahulu saya ada bertanya, mengapa Indonesia
>>yg tadinya mendukung kemerdekaan Timtim jadi berubah berpikiran
>>integrasi Timtim menjadi wilayah Indonesia?
>>
>>Yg saya bingung lagi, setelah pembicaraan Soeharto dengan
>>Gough Whitlam (PM Australia) tanggal 6 September 1974
>>dimana GW setuju integrasi Timtim ke Indonesia,
>>kenapa 6 hari kemudian ASDT merubah nama menjadi Fretilin
>>yg lebih namanya lebih terdengar sebagai suatu kelompok
>>gerakan ketimbang partai seperti ASDT. Perubahan nama
>>saya yakin punya maksud dan tujuan atau pun landasan.
>
>JA:
>Bung Irwan, rasanya Ramos Horta sudah menemui Adam Malik dan beberapa
>petinggi ABRI jauh-jauh hari. Mengenai perkembangan Timtim, jelas Indonesia
>sudah harus memonitor. Jadi sebelum ada kontak resmi antara orang Timtim,
RI
>sudah tahu. Pada saat seorang wartawan Indonesia pergi ke Dili, dia
didekati
>oleh Ramos Horta untuk menyampaikan keinginannya bertemu dengan Presiden
>Indonesia. Wartawan ini berasal dari Harian Sinar Harapan (nama lama dari
>Suara Pembaruan). Waktu pulang dia harus mampir ke Kupang, dan di sana
>menyampaikan keinginan Horta kepada Gubernur NTT, yaitu El Tari (kalau
nggak
>salah). Nah, pertemuan ini terjadi jauh hari sebelumnya, jadi tidak
tercover
>oleh kronologi Gatra. ASDT sendiri waktu itu masih bingung antara merdeka
>atau meminta berintegrasi dg Indonesia. Jadi masih ada pergulatan politik
di
>dalam tubuh ASDT sendiri. Satu hal yg mereka sepakati bersama adalah mereka
>minta pertolongan RI.
>
>Menurut cerita wartawan SH tadi, beberapa bulan kemudian dia dihubungi
Horta
>di Jakarta, dan Horta ngomel-ngomel karena dalam pertemuannya dengan para
>petinggi ABRI dan Adam Malik tidak mendapat jaminan apapun. Maklum, Horta
>cuman wartawan yg belum tahu diplomasi kala itu, sehingga tidak mikir bahwa
>para petinggi ABRI ini mesti ribut berdiskusi. Saya rasa RI kala itu baru
>berhubungan dengan Australia dan AS, dan saling share informasi. Jadi tidak
>mungkin RI melaksanakan operasi komodo sebelum diojok-ojok oleh AS, dan
>dapat persetujuan dari Australia (sebagai negara terdekat, shg info
>intelejen juga sama-sama relatif lengkap).
>
>Pembicaraan Whitlam tadi jelas sebagai sinyal bahwa Australia setuju dengan
>proses integrasi. Oya, RI bilang ke Horta bahwa Indonesia menyetujui
>kemerdekaan Timtim mesti diterjemahkan sebagai persetujuan agar Timtim
lepas
>dari Portugal. Sementara itu, option apakah integrasi atau lepas merdeka
itu
>sudah dibicarakan juga oleh Horta.
>
>Irwan:
>>Operasi Komodo dimulai/dilakukan tanggal 14 Oktober 1974.
>>Tanggal 20 Januari 1975, UDT dan Fretilin membentuk koalisi.
>>26 Mei 1975 UDT menarik diri dari koalisi dengan Fretilin
>>11 Agustus 1975 UDT melakukan kup di Dili dan mengambil
>>kekuasaan dari tangan Portugal.
>>27 Agustus 1975 Portugal angkat kaki dari Dili.
>
>JA:
>Ingat lho, yg dihubungi pertama oleh RI adalah ASDT karena mereka yg
memulai
>kontak. Operasi Komodo ya jelas untuk mencari info bagaimana sesungguhnya
>kondisi di lapangan. Bila memang benar mereka ingin integrasi, maka mulai
>perlu dibina hubungan dengan pihak lokal. Kalau tidak, nanti disebut
invasi.
>Setelah itu, saya rasa mereka meng-encourage pihak lokal untuk menggalang
>kekuatan.
>
>Saya rasa pengubahan nama dari ASDT menjadi Fretilin adalah perubahan
>situasi pergulatan di dalam partai. Pihak yg ingin merdeka akhirnya dapat
>mendominasi pihak yg ingin integrasi. Tetapi permohonan awal mereka sudah
>kadung diproses, RI sudah berhubungan dengan tidak hanya Fretilin, tetapi
>dengan partai-partai lain. Jelas kepentingan sudah mulai masuk di sini
>ya....;).
>
>Masalah UDT berkoalisi dengan Fretilin, wah, kenapa tidak? Mereka saat itu
>masih punya musuh bersama yaitu pemerintahan Portugal. Biarpun berkoalisi,
>tapi visinya jelas beda. Yang satu lebih bersifat nasionalis yg satu
>bersifat sosialis. Koalisi rapuh ini mungkin mirip antara koalisi PKB dan
>PDIP atau koalisi poros tengah (dalam hal kerapuhannya). Mengapa UDT
>memisahkan diri, saya rasa mereka mulai bertentangan pendapat. Hal ini
>terlalu teknis untuk kita ketahui. Sama dengan kita ingin tahu mengapa PPP
>mengisukan diri pilih Habibie misalnya.
>
>Adalah ironi juga mengapa UDT yg mula-mula ingin jadi bagian dari Portugal
>malahan yg melakukan kup. Ini menunjukkan adanya balapan untuk merebut
>kekuasaan dari tangan Portugal dengan Fretilin.
>
>Irwan:
>>Kalau bisa saya simpulkan, pisahnya UDT dan Fretilin
>>dari koalisi terjadi justru 3 bulan sebelum Portugal ngabur dan
>>2 1/2 bulan sebelum di UDT melakukan kup.
>>Operasi Komodo masih tetap menjadi tanda tanya besar
>>buat saya. Apa misinya, apa alasan yg digunakan pemerintah
>>RI untuk melakukan operasi komodo mengingat Timtim saat
>>itu masih dibawah kekuasaan Portugal.
>
>JA:
>Dasarnya ya adanya permintaan dari Timtim dong.....;) Kan Portugal waktu
itu
>menelantarkan Timtim menjadi wilayah yang stateless. Masih ada pemerintahan
>administratif, tetapi mereka nggak berfungsi. Mengenai pisahnya UDT dengan
>Fretilin, wah.... biasa lah ...apalagi kalau nggak perebutan kekuasaan?
>
>Oya, kemarin anda heran kenapa Apodeti dan KOTA tiba-tiba muncul. Mereka
>tidak tiba-tiba muncul. Sebagai partai yg lebih kecil, share mereka dalam
>perebutan kekuasaan lebih kecil dong. Kayak sekarang ini pemberitaan LN
>cuman ngomongin Golkar dan PDIP sama poros tengah. Tidak ada yg ngomongin
>PAN misalnya. Ini hanya untuk keringkasan kronologi dong.....;) Yang jelas
>ada sinyalemen kalau KOTA hasil buatan dari RI, cuman memang partai ini
>kecil.
>
>Irwan:
>>Kata2 anda "Fretilin menang" pun menjadi pertanyaan buat
>>saya mengingat tanggal 24 September 1975 UDT yg
>>meninggalkan Timtim ke NTT dan membiarkan Fretilin
>>sebagai penguasa Timtim. Tidak disebutkan adanya perebutan
>>kekuasaan antara Fretilin dan UDT.
>>Ini yg jadi tanda tanya buat saya.
>
>JA:
>Nah ini yg saya sebut anda jangan membaca kata-perse. Meninggalkan Timtim
>dan membiarkan Fretilin kan bahasanya wartawan saja. Membiarkan bukan
>berarti membiarkan secara iklas, tetapi karena kalah bersaing, baik dari
>dukungan masyarakat dan kekuatan persenjataan. Jelas ada perebutan
>kekuasaan. Kalau tidak salah memang ada semacam referendum, dan Fretilin
>memperoleh suara terbanyak. Makanya saya sebut Fretilin menang.
>
>> >  Silakan baca beberapa buku, dan untuk menjaga keseimbangan >tentunya
>>beberapa buku. Sebetulnya tidak ingin mengingatkan tapi >kadang ada saja
yg
>>menjadikan satu buku sebagai primbon.
>>
>>Irwan:
>>Saya tadinya mengharapkan rekan2 disini, salah satunya anda,
>>untuk bisa memberikan masukan2 atau pun gambaran2 berdasarkan
>>informasi yg anda ketahui baik dari membaca atau pun mendengar
>>hal2 yg berkaitan dengan Timtim. Hal ini bagi saya jauh lebih efisien
>>ketimbang harus membaca banyak buku mengenai Timtim mengingat
>>Timtim bukan bidang saya.
>>Tentunya akan menjadi kurang pas di milis ini kalau saya menyarankan
>>untuk membaca buku ekonomi yg bukan bidangnya ketika ada yg bertanya
>>soal pemikiran ekonomi yg saya sampaikan. Akan jauh lebih
>>efisien saya menjelaskan secara logika atau pun dengan
>>memberikan referensi bukunya misalkan menurut Adam Blabla
>>dalam bukunya "Abcdfg" mengatakan bahwa....dst.
>>Dengan demikian, tukar informasi dan pengetahuan bisa
>>berlangsung dengan sehat dan lebih banyak nilai tambahnya.
>>Betul ngga, bung Jeffrey?....:)
>
>JA:
>Ya asal jangan menyerang saya seolah-olah saya seorang Kapuspen ABRI. Saya
>akan menyampaikan apa yg saya pahami, dan mengulas dengan pemahaman saya
>tadi. Justru saya ingin kita jujur, bukan asal bilang TNI bunuh orang,
>titik. Wah, nggak jalan omongan kita. Emangnya saya lagi membela TNI? Kan
>gitu Bung Irwan......;)
>
>Irwan:
>>Saya perhatikan anda dan bung Donald sama2 punya cukup
>>referensi tentang Timtim. Mungkin akan lebih baik bila anda
>>berdua sama2 mengeluarkan pemikiran2 yg ada.
>>Saya pribadi cenderung akan menampung semua informasi
>>(dari kedua sisi) untuk menambah wawasan saya saja.
>>Kali2 nanti suatu saat ada gunanya.
>
>Semoga saja. Kejadian kronologis seperti ini terlalu detail untuk diajarkan
>di sekolah menengah. Makanya saya tidak setuju kalau disebut dengan sengaja
>membohongi masyarakat karena sebetulnya kita bisa kalau kita mau menggali
>sumber-sumber yg ada. Misintepretation bisa saja terjadi, tapi itu kan
>jamak. Asal nggak cuman bilang TNI tukang bunuh. Lho kita lagi diskusi
jalan
>cerita Timtim kok tiba-tiba ambil kesimpulan gitu. Yang itu mah lain subjek
>dong, itu out of topic....;)
>
>Jeffrey Anjasmara.
>
>______________________________________________________
>Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>

Kirim email ke