Ternyata email saya disampaikan ke milis Huaren. Bagus itu, jadi bahan
omongan bahwa orang melayu disebut sebagai orang pemalas, tidak
berkemampuan, mudah disogok, tidak punya life, tidak punya motivasi juga
dapat terungkap dengan jelas.

Jelas pandangan seperti ini tidak ada pada semua orang keturunan China,
tetapi penyakit ini diidap oleh sebagian besar keturunan China. Masalahnya
anti diskriminasi harus didasari oleh perasaan setaraf. Kalau yang satu
merasa lebih tinggi, lebih civilized, lalu apa yang disebut diskriminasi
itu?

Sebagai bangsa pengembara, suatu state yang lemah jelas akan lebih
menguntungkan. Untuk itulah orang-orang seperti Mardika Wisesa dan juga
Christianto Wibisono sangat gencar melancarkan apa yang saya sebut divide et
impera. Mari kita lihat pendapat Mardhika lagi:

>Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang
>dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya???
>
>Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh
>
>Mardhika Wisesa

Nah, memang yang diharapkan adalah bercerai berai, yang diharapkan adalah
agar Irian merdeka. Mengapa? Semua mempunyai motif ekonomi. Kalau berhasil
jadi negara baru, siapa yang berpeluang ke sana? Yang terjadi selama ini
adalah usaha eksploitasi pada kelompok yg lebih rendah taraf berpikirnya,
kemampuan bersaing ekonominya, dll. Tak heran ungkapan diskriminasi paling
sering disuarakan karena membahayakan kepentingan kelompok tertentu. Ingat,
kapan mengucapkan, siapa yg mengucapkan mempunyai dampak yg sangat berbeda.


Jeffrey Anjasmara

---------------------------
>From: "leonardi Cyan" <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>CC: [EMAIL PROTECTED]
>Date: Sat, 04 Dec 1999 21:46:29 CST
>
>From: "rendra" <[EMAIL PROTECTED]>
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Date: Thu, 2 Dec 1999 23:15:23 -0800
>
>Dengan Hormat:
>Ini sungguh menggugah hati saya, tadinya memang agak panas juga membaca
>tulisan Sdr. Anjasmara, tapi mungkin ada benarnya. Mungkin ini saatnya bagi
>orang2 keturunan menyadari bahwa mereka tidak welcome di indonesia, karena
>orang2 dangkal dan rendah seperti Sdr. Anjasmara ini menurut saya lebih
>dari
>90% orang keturunan melayu, bukan pribumi juga, karena jelas dari sejarah
>pribumi indoneisa itu masih keturunan China juga!!. Kalau orang2 keturunan
>China di Indonesia masih mau tinggal di Indonesia a itu tadi resikonya
>tidak
>welcome. Mungkin bukan hanya racial saja seperti Sdr. Anjasmara sebutkan,
>maklum dia kan, itu tadi yg saya bilang dangkal otaknya (ingat yg pintar
>seperti Professor Doctor Ing Diplom BJ Habibie saja masih "dangkal",
>menyatakan Chna masih tertinggal 20 Tahun di aviation ketimbang Indonesia
>dengan CN250, dimana China sudah mengorbitkan kendaraan ruang
>angkasanya..lo
>kan?..) Juga saya yakin seorang Anjasmara tidak tahu bahwa Chinese dan
>Agyptian mempunyai kebudayaan tertinggi di dunia, dan melayu adalah
>keturunannya yg paling buncit dan belum civilized
>apalagi seorang ..siapa?? Anjasmara(H), kembali soal rasial tadi.
>Sebagian rakyat indonesia masih belum bertumbuh secara pendidikan moral &
>mental tadi dengan sendirinya mudah di"pakai" oleh orang "dangkal" yang
>malas tetapi mempunyai kelicikan, "greed" & kedengkian besar, sehingga
>tidak bisa berhasil dalam hdup terlebih dalam bidang ekonomi. Maka
>kekurangan "will" tersebut diadaptasikan sebagai kedengkian, iri, dalam
>kadar yg lebih tinggi yg dinamakan rasialis tersebut tadi. Seperti saya
>selalu bilang bahwa orang2 keturunan Chinese yang masih suka di indonesia
>itu ada tiga golongan. Satu golongan Crazy, Stupid, and Poor. Yg kaya
>karena kolusi, tentu masih mengharap bisa "menggarap" para melayu yg mereka
>pikir bodoh dan tidak punya will tadi. Ngapain susah2 di LN kerja, disini
>melayu2
>itu gua sogok aja mau berbuat apa saja. Mau plesir, wah yg katanya
>berpenduduk muslim terbesar, eh ternyata mempunyai perpelacuran terbesar
>juga? So much for "haram". Kedua yg stupid, ya seperti Kwik yg menteri itu
>(sekaligus membuktikan bahwa melayu tidak ngerti ekonomi, maka KKG yg
>keturunan di"jadiin" mentri. Stupid karena mereka2 ini tidak punya "life",
>tidak mempunyai motivasi hidup, mereka ingin menjadi "somebody else" dengan
>numpang negara orang, pengorbanannya dicemooh oleh kedua belah pihak,
>makanya "stupid". Golongan poor, ya ini yg paling kasihan. Orang seperti
>Sdr. Anjasmara ini tentunya ingusnya masih meler, leho'an orang bandung
>bilang. Tidak usah jauh2 lihat di Kalimantan, pontianak, Di Jakarta saja
>banyak sekali golongan Chinese yg sungguh2 miskin, lihat saja di pecinan
>juga di gang2 roxy, banyak sekali, mereka membaur, memakai sumur yg sama,
>dsb. Apa Sdr. Anjasmara tahu? Apa dia juga tahu kalau petani jeruk di
>Pontianak juga
>golongan ini, juga penarik becak, supir angkutan umum, dsb?.
>Berpendek cerita, berkali kali, saya berkata, orang2 seperti Anjasmara ini
>typical orang keturunan melayu malas, dengki, iri, mungkin tidak rasialis
>(kalo terima duit dari China), yg jelas orang jenis ini telah "lahir dari
>lumpur, dan lumpur itu sudah tumbuh di otaknya" alhasil dengan cara apapun,
>mereka ini tidak bisa dibersihkan, bisa sih dibuang sama sekali otaknya,
>tapi kan jadi "vegetables". See, again it proves my point, if you were born
>in a slump, and slump born in you, that is the result. Lagi para keturunan
>Chinese, get a life, get the hell out of the country. Contohlah mereka yg
>berani berusaha di Singapore yg jelas2 kompetisinya tinggi. Tapi kalo mo
>ngerjaiin para melayu ya boleh2 aja sih...keruk aja duitnya trus lariin
>keluar..yg penting kumpulin dollar!!, dibakar, ga apa, asuransikan..?
>Bangun yg lebih megah, biar mereka ngiler sampai kehabisan ludah..dan mati
>kering dalam impian untuk menjadi kaya tanpa kemampuan!!
>
>From: Mardhika Wisesa
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Sent: Thursday, December 02, 1999 10:17 AM
>Subject: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN
>Singapore]
>
>
>Jeff, biarkanlah anggota-anggota milis yang menilai:: Anda bukan Tuhan kan,
>Nabi pun bukan. Tulisan seperti ini yang dapat dikirim ke milis-milis aceh
>dan
>papua, supaya dapat terlihat kalau orang-orang Indonesia masih didominasi
>oleh
>anda-anda ini.
>
>Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang
>dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya???
>
>Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh
>
>Mardhika Wisesa
>
>Jeffrey Anjasmara <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia
>termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi
>Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil
>keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta
>yang
>kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa?
>Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng?
>
>See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu
>sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta
>ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina
>bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran
>ekonomi
>buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada
>usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi.
>Siapa yang diskriminasi sih?
>
>Hahaha......:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang
>selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg
>melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah
>dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern
>dan anasionalis kayak Mardika ini.
>
>Huh, ada-ada saja.....:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau
>saya yang rasis. Dasar rasis!
>Hmmmm racism... hot, favorite topic of all time...:)).
>   Kalau menurut saya, baguslah pengusaha2 WNI-keturunan itu pada pergi,
>bukan
>karena rasis atau gimana, tapi karena orang2 seperti mereka itu engga'
>banyak
>gunanya. Mereka2 itu adalah parasit yang akan merugikan  Indonesia dimasa
>datang. Mereka tidak punya rasa nasionalisme, cinta terhadap bangsa.
>Sebenarnya ini yang saya harapkan... bangsat2 seperti inilah yang merusak
>citra orang cina di Indonesia. Biarlah mereka pergi, biar bangsa Indonesia
>bisa melihat mana warganya yang setia, mana yang tidak, regardless of color
>or
>any other physical difference.
>   Uang bisa dicari, sekarang kita tinggal catat saja nama2 mereka supaya
>mereka tidak bisa lagi mendapatkan WNI-nya kembali, thus usaha2 mereka di
>Indonesia bisa kita "beslah" karena sekarang statusnya bukan PMA.
>Seandainya
>sudah, pajak dan segala peraturan2 PMA, bisa kita impose ke perusahaan2
>mereka
>sehingga mereka tidak "berkutik"...:).
>
>   "Tidak semua cina jahat, tidak semua melayu baik.
>    Tidak semua kristen jahat, tidak semua Islam baik."
>
>Buat saya itu saja yang harus kita pegang, supaya kita bisa hidup
>berdampingan, bahu-membahu membangun negara kita tercinta.
>
>Kalau semua sudah pulang ke tanah air, jangan cuma ilmu akademis saja yang
>dibawa, tapi juga ilmu tentang kehidupan dan bersocial, sehingga kita tidak
>terjerumus ke lembah SARA yang nista dan hina itu.
>   Kalau anda merasa mulai rada2 racist, ingat2 bagaimana cara2 kita hidup
>di
>Luar Negri, dimana SARA itu tidak ada, cina melayu, islam, kristen, budha,
>semua hidup berdampingan secara damai.
>
>
>Tolong sebutin negara mana itu? Racism is everywhere with its degree, but
>Indonesia boleh di katagorykan yang terburuk, dan paling tidak civilized,
>melebehi Bosnia & Serbia, karena disana ada yg diperjuangkan. Di Indonesia
>merely, rasist seperti KKK di US dan di German dengan Uberales. Kelebihan
>indonesia, melayu, adalah kemunafikan bahwa mereka sebetulnya juga bukan
>indigious.
>

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke