surprisingly, i'm beginning to like you jef...  :-)

tajam, mengigit, dan kelihatannya asal seruduk, tapi saya bisa melihat
bahwa kamu udah merencanakan setiap kata baik2... heheh...

my replies are inline :

At 03:19 PM 12/7/99 -0500, you wrote:
>Bagaimana kalau begini:
>
>1. Tebak-tebak buah mangga
>"jeffrey keturunan cina yg benci dengan keturunan cina yg suka ngomongin
>orang melayu"

bagaimana dengan 'orang melayu' yang suka ngomongin 'keturunan cina' ?

>2. Tebak-tebakan buah kedondong
>"jeffrey keturunan cina yg benci dengan pengusaha keturunan cina yg suka
>menerapkan gaji standar"

bagaimana dengan 'pengusaha melayu' ?

>3. Tebak-tebakan buah apel
>"jeffrey keturunan cina yg benci dengan keturunan cina yg suka melarang
>anaknya nikah dengan melayu"

bagaimana dengan :
"orang melayu yang melarang anaknya nikah dengan keturunan cina" ?
"orang sunda yang melarang anaknya nikah dengan orang padang " ?
"orang jawa yang melarang anaknya nikah dengan orang ambon" ?

gosh... kita bener2 udah terkotak2 kelihatannya...

>4. Tebak-tebakan buah kiwi
>"jeffrey keturunan cina yg benci dengan keturunan cina yg suka tidak mau
>bertoleransi dengan masyarakat sekitar yg sedang susah, dan maksa untuk
>pesta dansa dansi. Yang protes kalau dilarang dengan alasan melanggar hak
>azasi dan membatasi kebudayaan leluhur"

melayu nggak ada yang pesta2 ? dansa dansi ? semua melayu penuh toleransi ?
jef, you have to open your eyes some more.... jangan lihat apa yang
kepingin kamu lihat aja dong...

tapi melihat nomor2 1-4 di atas, komentar saya secara umum adalah :

GOOD !! now you're right ! kok bisa tiba2 jadi bener ? :-)

tapi pancingan saya kena tepat pada sasarannya..  ha-ha.. gotcha there...

kalau ini yang kamu sebut2 dari awal, kan nggak perlu saya sampe 'mancing'
dengan tebak2 buah manggis kan ? -lol-
coba baca lagi email2 kamu sejak awal perihal 'keturunan cina' ini.... saya
tidak lihat bahwa arahnya seperti nomor 1,2,3,4 di atas... lalu kenapa
kalau tujuannya memang seperti itu ngomongnya lain ?

:-D (saya bener2 tersenyum lebar nih...)


>Mbak Juni sara, masih ratusan jenis buah lainnya. Diakui atau tidak, itulah

whoops, sorry dipotong dikit, ini salah satu tanda 'ketajaman' lidah
jeffrey, dia berusaha menyentil bahwa saya sara, padahal dari posting saya
di topik yang lain tentunya justru bisa lihat bahwa itu yang paling benci
(kok posting yang itu malah nggak dikomentari jef ?), eeh... sekalian dia
menyentil juga masalah 'krisis gender' saya yang sejak awal di milis ini
memang entah kenapa diragukan orang.... (mau mancing emosi ?)

well... sorry to disappoint you jef, tapi nggak kena tuh.... selain nggak
suka diskriminasi sara, saya juga nggak suka diskriminasi gender, jadi
nggak penting buat saya orang tahu saya ini pria atau wanita hanya untuk
menginterpretasikan pendapat saya, yang penting pendapat saya keluar dari
kepala saya... ([EMAIL PROTECTED]) , bukan dari
[EMAIL PROTECTED]/mailcity.com ... dll..

heheh.... nggak kena jef pancingannya... :-)

>kenyataan di masyarakat cina di Indonesia. Jadi jangan hanya senang
>menggugat dan menghujat dengan berbagai masalah kemasyarakatan. Silakan
>lihat batok kepala sendiri apakah masih ada unsur rasis dalam kepala anda
>atau tidak. Si Rendra kemarin kan kelihatan kalau masih sangat rasis. Apa
>mau membantah bahwa masih terlalu banyak keturunan cina yg berlaku seperti
>rendra?

ini saya setuju... tapi salah satu pihak harus start kan ? saya sih punya
pendapat bahwa untuk menggalang persatuan itu kita harus lupakan yang lama
dan mulai dengan yang baru.... masalah hukuman sudah-lah.. biar di akhirat
saja nanti, karena kalau belum2 kita harus mikir dengan dendam, kapan mulai
bersatunya ? ini sama saja dengan masalah ayam dan telur.... jadi kalau
memang (the so called) pembauran mau dijalankan, yang ngerasa sebagai yang
lebih mature ngalah duluan-lah.... terserah siapa, tapi buktikan bahwa
memang itu yang kita inginkan...

oh ya, di batok kepala saya memang masih ada rasis (dan segala unsur sara
lainnya), maklum didikan orang tua sejak kecil, tapi pelan2 saya berusaha
hilangkan kok... hey, there is always a start for everything.... dan saya
tidak malu untuk mengakui bahwa di benak saya memang masih ada hal2 sara
yang mengganggu kadang2...

yang lain ada yang berani ngaku ?
(heran, gua udah nanya beberapa kali nggak pernah ada yang jawab... ini
memang nggak perduli apa bener2 takut semua sih ?)

>Wake up mbak Juni sara....:) Pembauran harus didasari oleh
>kesetaraan. Kalau tidak maka pembauran hanya dilakukan untuk mengeksploitasi
>masyarakat melayu.

ups, tunggu dulu.... kamu seolah2 mengatakan bahwa 'pembauran' itu hanya
terkait dengan 'melayu' dan 'non melayu'. apakah tidak ada 'non melayu'
lain selain 'keturunan cina' ? bagaimana dengan bangsa indonesia lain
seperti 'keturunan arab' ? 'orang irian' ? mereka bukan 'melayu' lho...
sementara kita tau sendiri tanah irian sudah dieksploitasi sekian puluh
tahun oleh orde baru (ini tolong jangan dibawa ke detail karena saya
sendiri juga nggak paham benar, tapi anda2 tau-lah...)... lalu siapa nih
yang mengeksploitasi siapa ??

kita ini udah diperbodoh dan diadu domba selama hampir 54.5 tahun oleh kita
sendiri jef, sadarlah.... (yang lain juga, bukan jeffrey aja) dan sebelum
itu kita diperbodoh 3.5 tahun, sebelumnya lagi 350 tahun... jadi ya
sebenarnya 'aneh' kalau orang indonesia ini ada yang pintar.... bayangkan
408 tahun secara kontinu bangsa indonesia dijajah sampai nggak tau jati
dirinya sendiri....  sedih nggak.... :-(

> Pembauran juga tidak dapat dilakukan dengan memasang
>tembok tinggi di kawasan rumahnya. Pembauran tidak dapat dilakukan dengan
>cara menguasai usaha partai besar, dan tidak adil dalam mendistribusikan ke
>retailer berdasarkan sipit tidaknya mata. Kalau ini bisa dihilangkan, nah,
>barulah keturunan cina dapat dikatakan berbaur dengan yg melayu. Kalau
>tidak, itulah bukti bahwa yg cina yg diskriminasi kepada yg melayu. Gitu
>kan?

siapa sih yang punya otoritas untuk melakukan ini ? apa nggak ada yang
namanya pemerintah yang bisa mengaturnya.. ? ini memperkuat point saya di
paragraf persis sebelum ini.... kalau pemerintah memang mengatur seperti
itu... gimana ? masa pengusahanya 'tok' yang disalahkan ?

>Satu lagi, siapa yg nggak ingin Indonesia bersatu? Bukannya si Mardhika yg
>bilang bercerai berai bukan berarti runtuh? Dimana-mana kalau sudah bercerai
>berai ya runtuh. Kok aneh. Masih ada postingnya tuh....:) Lho kok anda
>potong sih? Wah, curang.

he-he.. now you got me.... kan saya udah bilang bahwa kamu memang pintar
omong... :-)

memang betul dengan sengaja dipotong (for the sake of brevity tadinya),
karena menurut saya orang yang ingin persatuan nggak akan kasih pendapat
dengan membalas menusuk, itu sama aja menggali kapak perang, dan menurut
saya nggak sinkron dengan semangat persatuan dan perdamaian.... so, that's
my point... ok..

>Jeffrey Anjasmara
>
>NB: Masak umur 19 tahun dibilang remaja belum matang? Umur segitu sih remaja
>ketuaan. Kan batas remaja itu 17 tahun. Lagi pula umur 19 tahun sih sudah
>ada yg punya anak 3 tuh.

heheh... mungkin kamus kita beda, karena menurut saya 19 (nineteen) itu
masih remaja, karena masih 'teen'ager yang saya artikan 'remaja', maklumlah
saya merasa pada saat berumur 19 dulu masih sangat hijau dan belum matang
(walaupun sangat sok tahu), yah... kira2 seperti kamu ini-lah....
he-he....tapi jelas kalau ngadu omong ya kalah jauh sama jeffrey ini...

lagipula saya nggak mempermasalahkan 'kematangan dan kedewasaan' dengan
parameter 'usia' kok... bisa saja pada usia 19 sudah menikah, bisa saja
sudah punya anak, bisa saja umurnya sudah 30, tapi kalau masih belum dewasa
ya tetap saja childish.... buktinya banyak kok.... bisa dilihat dari cara
berpikir dan cara mengeluarkan pendapat....  :-)


e r juni

Kirim email ke