----- Original Message -----
Sent: Monday, April 24, 2000 1:27 PM
Subject: RE: [Rantau-Net] Salah kaprah Emansipasi II

Komentar Ambo singkek saja ...
Ajaran agamo tu indak mungkin diragukan lai ... diturunkan Allah SWT sesuai
dengan fithrah....
Tetapi interpretasi atas ajaran agama yang masih bisa kito perdebatkan.
Tidak ado urang yang berhak monopoli atas INTERPRETASI terhadap ajaran
agama.
Sehingga tidak satu orang pun berhak mengatakan bahwa interpretasi versi
dirinya adalah mutlak satu-satunya diakui kebenaran.
Diskusi seperti ini sangatlah menarik, karena dengan demikianlah "mungkin"
kita bersama menemukan "kebenaran versi interpretasi" yang mendekati
kebenaran yang hakiki (sebenarnya).
---------------------------------------
Betul! Tak satupun orang berhak mengklaim bahwa interprestasi atau penafsirannya tentang ajaran agama kepunyaannya sendirilah yang paling betul! Tapi para penganut paham kaku diatas tak bisa pula disalahkan seratus persen. Ini hanyalah dampak atau warisan dari sekian banyak kekalahan peradaban muslim atas agresor non-muslim maupun perpecahan yang terjadi dalam tubuh muslim sendiri. Sejak jatuhnya pintu gerbang terakhir kota Bagdad di tahun 1258, runtuhnya Spanyol  saat Pangeran Moor dari  Granada berlutut dibawah kaki raja Ferdinan dan menyerahkan kunci kota Granada pada tanggal 2 Januari 1492, sampai pada penutupan pintu jihad oleh ulama ortodox padaabad  ke-14 yang takut bahwa macam-macam penafsiran akan menghancurkan Islam sendiri, boleh dibilang kebudayaan Islam yang berbasis intelektual seperti yang dikembangkan oleh Ibn Khaldun, Al-Kindi, Ibn Rush, Ibn  Sina, Ibn Farabi dll. sudah tamat!! Islam  yang pernah memagang  tampuk hegemoni kejayaan peradaban manusia dengan diketemukannya ilmu-ilmu Kartografi( peta dunia), organisasi dan administrasi perpustakaan, hidrologi, optika, dan masih banyak lainnya, sekarang tinggal kenangan. Ya tinggal kenangan! Karena Barat sekarang ini mengakui bahwa itu semua adalah penemuan mereka!!
 
Sementara kita? Kita pemilik pemikiran brilian masih asyik melakukan perang saudara dan menonjol-nonjolkan hudud yang salah satunya adalah mengerangkeng wanita  dengan fitrahnya. Kita masih asyik memaki bahwa saudara kita yang tak sejalah tafsirnya dengan kita  sebagai kafir, tergoda  rayuan setan! Kita masih nyaman kalau bisa mempersempit bahwa ilmu dari semua ilmu pengetahuan hanya ilmu agama. Entah kapan semua ini akan berakhir? Entahlah! Saya hanya dapat gelisah!
 
Salam,
 
Evi   

Kirim email ke