Sanak Zul Fikri dan Sanak Sadonyo di Palanta. Ambo ingin lo bapandapek saketek, nan ambo tulis dengan warna biru di bawahko. Maaf, tulisan sabalumnyo ambo potong-potong, ambo tinggakan nan ambo komentari sajo. ZUL FIKRI <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kambali ka topik nan kito bahas, ananda melihat bahwa sejarah minangkabau dan pengetahuan kaum muda terhadap minangkabau dan islam sendiri masihlah rendah. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya kebanggaan ....[deleted] Saya rasa "kurangnya kebanggaan menggunakan nama dan bahasa" tidak otomatis menjadi bukti "kurangnya pemahaman terhadap Minangkabau dan Islam". Selama berabad-abad orang Arab menggunakan bahasa yang sama dan nama yang itu-itu juga. Saya belum mendengar anda diantara mereka yang bernama John, Frankie, atau malah Lucifer (sejahat apapun dia). Tapi sejarah menyatakan bahwa budaya dan tingkat keIslaman mereka kan tidak sama. Begitu juga dengan orang "Barat", bahasa dan nama mereka itu-itu juga, tapi kebudayaan mereka kan tidak sama antara jaman dulu dengan sekarang. Cina kelihatannya begitu juga. Rusia dan ex Soviet juga begitu. Jadi saya kira, masalah nama jalan atau nama orang tidak harus menggambarkan tingkat kecintaan seseorang terhadap budaya dan agama ...Tidak berpanjang2 lagi dengan yang kurang di kita itu..(: tapi kita skdar sharing saja.. bagaimana kira kira langkah tuk penanaman kecintaan pada minang, dan kecintaaan pada islam pd masyarakat minang kita ini? Iya, ini yang penting. Cuma, untuk sampai ke situ, hendaknya dimulai dari mencari jawaban atas pertanyaan: apakah memang kaum muda sekarang kurang cinta pada Minang, dan yang minang kurang cinta kepada Islam? Saya kira ini perlu penelitian yang komprehensif, tidak hanya melihat kasus-kasus tertentu. Hasil penelitiannya mungkin mereka memang tidak cinta, atau mereka sebetulnya cinta tapi tidak tahu - karena referensi nya kurang, atau malah mereka lebih cinta dibanding generasi sebelumnya. Yang saya maksud, kalau tahu "penyakit sebenarnya" barulah bisa dicarikan obat yang tepat.
Selanjutnya merespon surat bunda mengenai kedatangan kaum paderi yang mencerahkan masyarakat minangkabau , bisakah bundo atau apak kasadonyo ceritakan pada ananda disini??? ananda yang muda ini memang belum terlalu tahu sejarah itu. Ananda pernah baca tentang kehebatan tuanku imam, tapi referensi ananda sangat terbatas dan simpang siur beritanya... Pengetahuan saya juga sangat terbatas tentang ini. Tadi saya coba search melalui google dan yahoo tentang Perang Paderi, Teuku Imam Bonjol dll. Ketemu sekitar 700 entries tentang ini. Mumpung lagi nganggur, saya coba baca sekitar 400 tulisan. Rata2 isinya relatif sama, yaitu: Kaum Agama "cape" melihat keadaan yang menyimpang dari Islam. Lalu Kaum Agama memerangi "pemerintah". "Pemerintah" ini minta bantuan Belanda (yang tentaranya tidak "full londo"). Belanda OK-OK saja "membantu". Nah, kalau saya kaitkan dengan tulisan Bunda Rahima, bisa saja ada kesamaan situasi sebelum perang paderi dengan situasi sekarang. Katakanlah ini suatu "penyakit", dan kita akan mencari "obatnya". Saya setuju. Tapi saya yakin bahwa kita tidak akan menggunakan "treatment"nya Tuanku Imam Bonjol untuk sebagai cara pengobatan, walaupun "penyakitnya" sama. Mungkin ada referensi lain yang bisa kita gunakan untuk mengatasi ini. Wassalam, Riri --------------------------------- Don't be flakey. Get Yahoo! Mail for Mobile and always stay connected to friends. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---