Kalau berbicara tentang perjuangan maka yang patut diukur adalah nilai yang diperjuangkan itu.
Seandainya ukuran scope perjuangan kemerdekaan itu diukur secara geografis sekarang (dari wilayah Sabang sampai Merauke) maka hampir dipastikan semua perjuangan pahlawan-pahlawan di abad 19 mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Jawa, Bali, Maluku bukanlah perjuangan kemerdekaan, karena mereka masih bergerak dalam satu kewilayahan. Seandainya juga ukuran perjuangan kemerdekaan itu diukur dengan keharusan berdirinya Negara Republik Indonesia sekarang maka hampir dipastikan semua perjuangan di abad 19 bukanlah perjuangan kemerdekaan, karena tidak berniat mendirikan Negara Repbulik Indonesia seperti sekarang ini. Namun kalau diukur dengan nilai yang diperjuangkan maka perjuangan mereka sudah bersifat universal, perjuangan persaaman derajat, pembebasan dari bentuk penjajahan, hak menentukan nasib sendiri, dll. Dalam sebuah pidatonya Soekarno mengatakan bahwa pembentukan dasar-dasar negara kita diambil dari nilai-nilai dasar yang sudah dimiliki. Siapa yang punya andil dalam menanamkan nilai-nilai itu dalam masyarakat ? Tentu pejuang-pejuang terdahulu atau sebelumnya. Para pejuang Islam memiliki prinsip "isy kariman au mut syahidan , hiduplah mulia atau mati syahid dan bukankah ini jugalah yang dipakai dalam perjuangan kemerdekaan dengan pengertian yang sama 'merdeka atau mati'. Setiap pribadi muslim tidak akan memiliki nilai sekterian, bila membentuk suatu kelompok yang diperjuangkan bukanlah untuk kepentingan kelompok itu saja, karena pengelompokkan hanyalah suatu cara dan metode dalam melakukan suatu perjuangan. Jadi seandainya haji Miskin , Haji Sumanik, Haji Piobang , Tuanku nan Renceh, dkk membentuk kelompok dinamakan Paderi, dan mengajak masyarakat untuk bahu membahu melawan Belanda bukanlah berati perjuangan mereka tersebut perjuangan sekterian. Kalau ada orang minang di rantau lalu membentuk kelompok, Ikatan Keluarga Minang, karena memiliki persamaan senasib seperantauan , bergotong royong, saling membantu, dan juga memiliki kepedulian dengan masyarakat disekitarnya, apakah kerjasama tersebut sekterian ? Wassalam Arnoldison Wednesday, May 23, 2007, 6:49:12 PM, you wrote: bi> Sanak sadonyo... bi> Saya pikir tidak ada keraguan di hati kita bahwa Imam Bonjol dan pidari lainnya adalah kelompok yang mempunyai jasa besar dalam melakukan pemurnian ajaran Islam di Minangkabau khususnya. saya bi> tidak bisa membayangkan jika tidak ada mereka dulunya mungkin saja saat ini saya sedang menyabung ayam di tapian Batang Sinamar. bi> Kita membicarakan mengenai betul atau setengah betulnya perjuangan pidari ini sebagai perjuangan terhadap penjajah bukannya karena kelunturan pemahaman kita terutama saya sebagai generasi muda bi> Minangkabau terhadap kepahlawanan beliau namun hanyalah mencoba menggali lagi sejarah dan menempatkan perjuangan Imam Bonjol cs ini secara proporsional. bi> sesungguhnya menurut saya, untuk membuktikan apakah peperangan pidari ini adalah perjuangan menentang penjajah bisa ditinjau sedikitnya dari aspek berikut: bi> 1. Apakah ada pengakuan dari seluruh lapisan masyarakat dan pidari khususnya bahwa Minangkabau sedang dijajah Belanda bi> 2. Untuk itu apakah ada pernyataan bahwa kaum pidari memimpin rakyat minangkabau untuk memperjuangkan kemerdekaan dari belanda. apakah ada yel-yel merdeka ! belanda penjajah dsb. bi> 3. apakah ada batas wilayah tertentu yang diperjuangkan kaum pidari sebagai wilayah yang harus merdeka dari belanda. bi> sejauh yang saya baca dari beberapa literatur tidak ada sama sekali ada yang menceritakan aspek tersebut diatas dalam perjaungan pidari. hanyalah kronolgis sejarah dimana ada pertentangan antara bi> kaum pidari dan kaum adat dan kemudian perang saudara itu di tunggangi oleh belanda. Lain halnya dengan awal abad 20 dimana indonesia merdeka pertama kali di cetuskan oleh Tan Malaka dan bi> dilanjutkan oleh Soekarno dan kawan-kawan. bi> dalam bukunya sumatra barat hingga plakat panjang Rusli Amran menyatakan keheranannya terhadap perjanjian yang dilakukan oleh pidari dan belanda ( lihat yang tersebut adalah pihak pidari dan bi> belanda dan bukanlah rakyat minangkabau dengan belanda) yang kesemuanya menguntungkan belanda. antara lain sbb: bi> 1. Pidari akan hidup damai selalu dengan pemerintah Belanda di sumatra barat. bi> 2. akan menjamin lalu lintas dagang dengan daerah2 yang dikuasai belanda bi> 3.mengajak pimpinan pidari daerah yang masih melawan kepada belanda untuk hidup damai degan belanda. bi> 4.dll bi> sementara yang dijanjikan belanda: bi> 1. akan hidup damai pula dengan pemimpin pidari bi> 2. tidak akan emncampuri urusan agama, adat, pemerintahan dll kaum pidari bi> 3.dll bi> kalau saya pribadi tidaklah merasa heran. kalau menyimak isi perjanjian tersebut pidari mengakui bahwa belanda adalah penguasa minangkabau. dan berdasarkan aliran wahabi setiap penguasa haruslah bi> ditaati. dan mungkin juga terpengaruh oleh pemikiran ibn Taimiyah dimana dalam Minhaj menulis Imam yang ditaati adalah seseorang yang sedang dalam posisi kekuasaan, terlepas apakah dia zalim atau bi> adil. dan saat itu di Minagkabau yang berkuasa adalah Letkol Raaff. bi> sekali lagi ini adalah kajian untuk bahan diskusi kita dipalanta, sebagai sarana saya juga untuk mempelajari sejarah. tentu saja belajar bersama seperti ini lebih efektif dibanding hanya dengan bi> membaca buku2 sejarah. bi> sekali lagi, saya yakin dan percaya meskipun kita mempertanyakan kepahlawanan Imam Bonjol terhadap kemerdekaan Indonesia, kebanggaan kita terhadap beliau sebagai pahlawan Islam di Ranah bi> Mianngkabau tidak akan luntur secuilpun.. bi> salam bi> Ben bi> "asfarinal, asfarinal, asfarinal, asfarinal nanang, nanang, nanang, nanang" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: bi> Saya rasa hendaknya peran pemerintahan daerah tingkat II Pasaman harus bertanggung jawab terhadap lunturnya bi> pemahaman generasi muda terhadap pahlawan besar Tuanku Imam Bonjol. (Maaf agak lagi dari tema perdebatan uda) bi> Hal ini bisa terlihat pada musium Tuanku Imam Bonjol dan monumen Equator dibonjol yang kurang terawat, dan lucunya lagi nama besar Tuanku Imam Bonjol bisa jadi icon bagi Pemda TK II Pasaman bi> Timur, yang kalau dilihat tidak mempunyai sumber daya alam seperti daerah pemekarannya Pasaman Barat. bi> Bonjol bisa dijadikan objek wisata religi , kaji lagi sejarah dan kekayaan yang ditinggalkan oleh tuanku Imam Bonjol. bi> Malaysia saja bisa besar wisatanya karena dia bisa mengemas produk itu menjadi nilai jual yang tinggi, kenapa Sumatera Barat tidak. bi> Jadi kan dakwah menjadi andalan wisata religi nya. bi> Wassalam, bi> Nanang --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---