Ass.WW
  Baa dek coitu bana mangatai urang kampuang awak "Kok Pamaleh bana wano tu 
urang awak juo dan dunsanak awak juo". Urang awak nan coitu kan indak banyak, 
buktino kasadono member palantako pasti rang gaekno indak pamaleh, sakirono 
rang gaekno pamaleh pasti anak-anakno indak mangarati jo internet.
  Urang awak sabanano indak siap untuak barado di level bawah, menyikapi 
kondisiko ado dengan positif dan ado pulo dengan sikap negatif
  Nan menyikapi secara positif tantu wano rajin mangarajokan pekerja/profesino 
serendah apopun jo tangguang jawab nan tinggi, dan kamudian tingkat kehidupanno 
barubah kearah nan labiah baiak.
  Dan menyikapi kehidupanno jo negatif, tantu wano melakoni pekerjaanno jo 
maleh-maleh sarato indak mapunyoi raso tangguang jawab. Tantu urang nan coiko 
makin lamo makin tapuruak (tambah dalam kecek wong Palembang)
  Di Nagari Urang banyak juo nan pamaleh dan pamaliang pulo.
  Tantu untuak marubah sikap iduik nan buruakko tantu manjadi tangguang jawab 
awak basamo tamasuak urang rantau. Jadi kalau pulang kampuang rancak awak ansua 
mampaelokno. Kan yo coitu Sanak Sa Palanta
   
  Wassalam,
   
   
   
  Yurpino Wahid. St. Sinaro
  (>48 th) 
   
   
   
   
   
  Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh.

Ada lagi suatu keanehan yang saya lihat dan rasakan
sendiri di ranah Minang ini(tapi bisa jadi hal ini
juga terjadi didaerah lain, tetapi belum saya rasakan
didaerah lain tersebut).

Saya minta tukang (urang Minang), untuk angkat tanah
kebelakang rumah saya dari depan rumah saya, karena
saya ingin menimbun tanah dibelakang dengan tanah yang
bisa subur ditanami tanaman kelaknya. Ada lima kali
truk. Saya tanya berapa biayanya. Jawab si tukang
untuk upah angkatnya saja Rp 50.000 pertruk. Jadi
Rp250rb semuanya. Kemudian dia minta uang mukanya 150
rb. Diangkat baru empat truk, dah berhenti. 

Kemudian datang lebaran idul fitri, dia minta libur
dan juga uang sisanya. yah saya berikan saja. Tapi apa
yang terjadi? Habis lebaran juga ngak diangkat2nya itu
tanah. Saya dah sampaikan tolong diangkat sisanya
lagi.

Ketika saya di Jakarta, ibu saya bilang ke tukang
tersebut: " Nak, koq ngak diangkat tanah sisanya itu
lagi kedalam?" Apa jawabnya?" Panek awak buk?". Jawab
ibu saya saja lagi:" Lha koq gitu kan uangnya semua
dah diterima?". Dia terdiam dan mengangkatnya dengan
rada malasan. Hmmm....

Begitupun kejadian ketika saya memasang talang untuk
penyanggah hujan. Atas dan bawah, sekeliling rumah.
Dia minta biayanya semua didahulukan. Biaya atas
perhitungan dia, saya serahkan semua menurut
kehendaknya demi menjaga perasaannya agar kita ngak
terlalu cerewet dan pelit.Akhirnya saya berikan uang,
saya ngak sampai hati, karena katanya dia butuh biaya
itu untuk anaknya kuliyah. Tapi apa yang terjadi?
Belum selesai tingkat atas dia minta tambah biaya,
katanya kurang. Saya berikan saja sesuai yang dia
minta itu lagi. 

Begitupun kerja sungguh lama sekali, alasannya
barangnya ngak ada. Saya ngak bodoh, saya tau barang
banyak dan ada dipasar koq. Tapi saya diam aja, dalam
hati saya cukup sekali ini, lain kali saya ngak akan
pakai dia lagi, ngak ada gunanya juga merepet2 sama
orang kampung.Akhirnya dia berusaha untuk minjam uang
saya, saya sampaikan saja : " Maaf Pak, saya harus
beritahu dulu suami saya masalah pinjam meminjam ini"
Dengan nada memaksa dia bilang, :" Kapan bisanya, sore
bisa ngak?" Saya jawab : " Maaf Pak, saya mo kePadang
dan nginap di Padang sore ini". Setelah itu, saya
ngak banyak ngomong hanya sikap saya tidaklah seramah
dulu lagi kepada tukang-tukang. Kalau dulu, karena
kasihan dengan para tukang, saya suka memberi mereka
makan siang,makan kue2 yang saya bawa/beli dari pasar,
beri buahan bahkan saya beri mereka teh,
kopi,cappuchino, dllnya. Padahal juga tukang yang saya
beri ngak ada sangkut pautnya dengan rumah saya, satu
tukang yang kerja di rumah saya, namun saya beri
tukang hampir seluruhnya yang bekerja disekitar rumah
tersebut. Begitu rasa kasihan saya pada orang lain,
tetapi sayangnya kepercayaan ini hampir punah, hanya
dikarenakan beberapa kali saya melihat keganjilan2
pada hampir semua tukang. Bahkan ada yang tidak
amanah. 

Saya pernah berikan uang untuk buka bersama beli nasi
bungkus dan bukaan bulan puasa. Saya amanahkan untuk
semua yang ada disana. Tapi apa yang terjadi, orang
yang saya amanahkan itu tidak amanah. Uang hanya
diberikan setengahnya saja, Setengahnya lagi masuk
kantongnya. Dia memang malu setelah ketahuan sama yang
lain, untuk ketemu saya saja wajahnya dah malu. Tapi
saya ngak singgung2 dan banyak diam saja. Yang penting
saya dah tau bagaimana bersikap di ranah Minang ini.

Begitupun disekolah saya, saking tidak amanahnya,
tanda tangan saya saja sering dipalsukan, (ini baru
saya ketahui belakangan pengakuan dari salah seorang
pegawai TU, teman saya sendiri yang mengakuinya),
hanya untuk mendapatkan uang(lagi-lagi gara-gara uang
orang mau melakukan apa saja). Kalaulah saya orang
jahat, dah saya adukan hal ini. Tapi saya ngak suka
bermasalah hanya gara-gara uang saya pribadi dirampas
orang.

Untuk meminimalisir rasa iri, dan ribut2 sekeliling
saya hanya gara-gara uang, dari gaji saya, ketika saya
tidak ada saya berusaha mengatasinya dengan hanya
menerima gaji perbulannya boleh dikatakan ngak ada
arti apa-apanya lagi. Untuk sekolah anak saya
dipesantren saja dah ngak bisa.Kalau dulu, memang gaji
saya terkumpul selama bertahun2, sehingga cukup
banyak, bikin orang iri, kerja hanya belajar, gaji
menumpuk. 

Padahal bukan saya ngak butuh uang itu, siapa sih yang
tak butuh uang? Tapi,..uang itu saya butuhkan saat
pulang, buat tiket juga biaya hidup selama di
Indonesia.Kalau dulu, memang sebahagian gaji saya,
saya berikan untuk sekolah dengan niat untuk bantu
beberapa orang anak murid yang ortunya tak mampu.Tapi
lagi-lagi uang itu tak dijalankan sesuai dengan amanah
saya. Pada akhirnya saya merasa ngak enak memberikan
bantuan diranah Minang ini. Kecewa, banyak orang yang
tidak amanah.

Ketika saya datang kesekolah, ada juga sindiran kediri
saya, agar sebahagian gaji saya yang bersisa diberikan
ke sekolah lagi. Saya hanya tersenyum saja
menanggapinya. Masih belum hilang rasa kecewa, sedih
karena surat pengantar tak diberikan sama sekali dari
sekolah, saya dapatkan semua ini atas izin Allah,
pertolongan Allah semata, dengan usaha yang cukup
keras, kesana kemari, saya dapatkan justru dari
Jakarta, kini malah minta uang lagi dari saya. Saya
berfikir, begini sekalikah bangsaku terhadap uang?.
Aku pernah ditawarkan agar dapat surat pengantar
dengan menyogok. Kalau dipikir2, kalau saja aku tak
ingat Iman didada, ingat untung ruginya, apalah
artinya uang dua tiga juta yang diberikan sebagai
sogokan asal urusan selesai, ketimbang aku kehilangan
uang 100 juta lebih, bahkan bisa 125 juta, apalagi
tiap tahun gaji naik, mana gaji 13, belum lagi
lainnya. Kalau aku tak ingat iman didada, apalah
artinya uang 2-3 juta dibandingkan dengan 100 juta
lebih?.

Tapi aku bukan menjual imanku dengan 2-3 juta. Aku
lebih rela kehilangan pekerjaanku, lebih rela
kehilangan uang 100 juta ketimbang aku harus menyogok
dan mengorbankan iman didadaku. Tapi itulah realita
kehidupanku selama di Indonesia. Inilah
bangsaku.Inilah Ranah Minangku.Tanah tumpah darah
ibuku.

Wassalamu'alaikum. Rahima.


--- auliah azza wrote:

> Samo toh pak, rupanya di nagari lain baitu yach.
> Kamarin kaluarga ambo
> ingin memperbaiki rumah keluarga di kampuang,
> tatimpa tanah longsor. Sewa
> ughang minang, duh... bayar mahal bona tapi
> karajonyo ... sabonta-sabonta
> istirahat, setelah karajo minta makan dibungkuas
> untuak dibawa pulang.
> 
> Kalau ughang jawa, karajonya giat, agak lebih murah
> dan rapi, copek lagi ...
> 
> Kita maunya mambari pekerjaan tapi lagaknyo ...
> ampun deh, makan ati ...
> 
> On Dec 8, 2007 7:12 PM, chaidir latief
> wrote:
> 
> > Nof yang baik
> >
> > Ado ciek nan paralu dirunah oleh urang Minang Iko
> manuruik bannya yang
> > memekerkalan uarang Minang URANG MINANG PAMALEH 
> Banyak kawan ambo nan
> > mambao pekerka jari Jawa Ambo alami sendi dalam
> memperbaiki Rumah Gadang
> > kami nan rusak dek Gampo kami terpaksa memakai
> tukang dari Jawa
> > Babaeapa teori sederhana kalau Sum Bar mau maju
> bia sajo mereka marantau
> > Pembangunan akan lebih cepat
> > Sementaro itu kito benahi PELAN PELAN Mental
> pamaleh harus dirobaj pelan
> > prlan
> >
> > Chaidir N Latief
> > **
> >
> 
>
> 
> 



____________________________________________________________________________________
Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs




       
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: 
[EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke