Pak Jamaludin yang dihormati,

Perkataan "mak" dalam tandatangan imel saya "mak Sati" adalah kependekan dari 
istilah "mamak" dalam bahasa Minangkabau yang berarti "paman, pakcik" atau 
"uncle" dalam bahasa Inggris. Untuk panggilan "ibu" dalam bahasa Minangkabau, 
sebagian menggunakan istilah "amak", yang juga sering disingkat "mak" juga. 
Tentu saja pembedaan maksud untuk kedua istilah homonim ini tergantung 
contextnya dalam bertutur. 
"Sati" adalah panggilan singkat dari gelar adat yang diberikan kepada saya 
sewaktu saya menjadi mempelai 47 tahun yang lalu, yaitu Sutan (dalam penulisan 
biasanya disingkat St.) Nan Sati. Di kampung asal saya, Sungai Puar, sebuah 
nagari di kecamatan yang bernama sama, sekitar 6 km ke arah Timur dari kota 
Bukittinggi, semua anggota keluarga dari fihak isteri saya yang sebaya atau 
lebih tua dari saya memanggil saya "Sati" saja, dan anak-anak muda biasanya 
memanggil saya "mak" dan kalau mereka menyebut saya sewaktu mereka ngobrol 
mereka akan menggunakan istilah "mak Sati".
Penggunaan gelar adat dalam tandatangan imel dan panggilan dalam menulis imel 
di milis ini bermaksud untuk menciptakan aura ke-Minangkabau-an. Jadi Pak 
Jamaludin akan menemukan gelar-gelar adat ini di milis ini seperti St. 
Perpatiah, Sutan Bandaro dsb, kadang-kadang digunakan istilah singkatan 
panggilannya, seperti Patiah, Bandaro, dsb.

Mata pelajaran Kurikulum Muatan Lokal BAM adalah suatu usaha pemerintah di 
bidang pendidikan dan pengajaran formal untuk melestarikan adat istiadat 
Minangkabau, dan baru dimulai secara efektif di penghujung 1990-an. Jadi anak 
Minangkabau yang sudah menamatkan SMPnya sebelum dimulainya KML ini tidak 
pernah mendapatkan mata pelajaran ini. Kalau ditilik dari segi usia, anak 
Minang yang masuk kategori ini saat ini baru berusia kurang dari 30 tahun 
(tentu saja mereka yang bersekolah di Sumatera Barat minus Kepulauan Mentawai).
Apakah matapelajaran ini berhasil atau tidak membuat anak-anak ini "menjadi" 
Minang sejati diperlukan penelitian ilmiah. 

Banyak kendala yang kami alami waktu itu, bahkan sampai waktu ini, dalam 
menjalankan kurikulum di sekolah, antara lain tidak adanya guru yang 
"professionally qualified" karena tidak adanya lembaga pendidikan guru yang 
memiliki jurusan ini. Kami waktu itu hanya mengharapkan munculnya guru-guru 
bidang studi lain yang pernah "belajar" ke-Minangkabau-an di masyarakat untuk 
sementara mengajarkan BAM ini dan sesudah itu munculnya Jurusan BAM di lembaga 
pendidikan yang akan menghasilkan guru KML di Sumatera Barat.
Beberapa waktu sebelum diberlakukan KML ini, 30 orang anggota tim saya 
dikerahkan menulis buku teks, yang tentu saja pada edisi-edisi pertamanya masih 
memiliki banyak kekurangan. Belakangan setelah pemberlakuan KML muncullah 
buku-buku dari penulis-penulis lain di luar anggota Tim Perekayasa Kurikulum 
(TPK) Prop. Sumatera Barat (waktu itu). Mungkin saat ini jumlah buku teks ini 
makin banyak.

Draft KML BAM yang saya kirimkan kepada Pak Jamaludin bukan milik saya tapi 
milik pemerintah dan kebetulan, karena waktu itu tim kami tidak memiliki 
komputer, sebagai ketua, sayalah yang mendokumentasikan semua produk TPK sebab 
jauh sebelumnya saya sudah bekerja dengan komputer. Untuk kenang-kenangan saya 
masih menyimpan filenya di komputer saya.

Kalau Pak Jamaludin ingin menulis disertasi S3 tentang Minangkabau saya kira 
adalah suatu ide yang bagus walaupun semenjak dahulu sudah banyak disertasi dan 
tesis tentang Minangkabau di berbagai belahan dunia. Saya rasa semua warga RN 
akan dengan segala senang hati membantunya.

Kalau boleh saya mengusul, sebaiknya Pak Jamaludin menuliskan tandatangan di 
akhir setiap posting ke RN ini yang mencantumkan usia supaya warga lain dapat 
mengira-ngirakan untuk memilih salah satu dari Kato Nan 4 dalam berkomunikasi 
dengan Pak Jamaludin.

Salam,

mak Sati (70+10+26)

Tabiang

  ----- Original Message ----- 
  From: jamaludin mohyiddin 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Monday, January 28, 2008 7:29 AM
  Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Fwd: Re: [EMAIL PROTECTED] Re: Tigo Tindak 
Lanjut


  Pak Sjamsir Alam yang saya muliakan,

  Selepas membaca artikel Pak Elthaf yang menegor rang anak mudo, baru saya 
faham bahwa sa-nya Mak Sati nama gelaran Pak Sjamsir Alam. Selama ini di RN 
saya ingat Mak Sati itu perempuan. Maklumlah, di Malaysia, pangilan Mak itu 
biasanya untuk pedusi. Saya mohon ma'af keatas kekeliruan saya ini.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Peraturan yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke