Ass ww.
Saya membaca ada mamak kito yang mengucakan selamat natal kepada Pak Mochtar, 
baa rasanya "di hati" dan "di "pikiran" pak Mochtar. Apokah ado nan mangganjal, 
tagalenjek atau biaso sajo. Baa pandangan pak Mochtar manganai ko?

Ambo perhatikan memang Minangko paling capek barubah dari sisi software, sakali 
aia gadang sakali tapian barubah. Baa pandapek Pak Mochtar dari sisi 
sosiologisnyo?

Ambo taragak mang-kopas-kan tulisan dari seseorang  mengenai pendirian Hamka 
mengenai pendirian dan keteguhan beliau. Adokah ulama Indoensia yang mode 
baliau ko kini?

Buya Hamka dan Sikap Tegasnya terhadap Kristenisasi
24 December 2011 | Filed under: Dunia 
Islam,Featured,Headline,Indonesia,Tokoh | Posted by:nahimunkar.com
Oleh: Artawijaya*

Pesan Buya Hamka (kiri) dan M Natsir (kanan): “Jangan Takut Menegakkan Syariat 
Islam!”/ erm
        * “Natal adalah kepercayaan orang Kristen yang memperingati hari lahir 
anak Tuhan. Itu adalah akidah mereka. Kalau ada orang Islam yang turut 
menghadirinya, berarti dia melakukan perbuatan yang tergolong musyrik,” terang 
Hamka.
        * “Ingat dan katakan pada kawan yang tak hadir di sini, itulah akidah 
kita!” tegasnya di hadapan massa kaum Muslimin.
***
Di hadapan penguasa, Hamka bicara tegas menolak upaya-upaya Kristenisasi. Ia 
juga tegas melarang umat Islam mengikuti perayaan “Natal Bersama” yang 
menggunakan kedok toleransi.
>Suatu hari menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun 1969, dua orang perwira 
>Angkatan Darat datang menemui Buya Hamka. Keduanya membawa pesan dari Presiden 
>Soeharto, agar Hamka bersedia memberikan khutbah Ied di Masjid Baiturrahim, 
>komplek Istana Negara, Jakarta. Hamka terkejut, karena disamping permintaan 
>tersebut mendadak, ia heran mengapa istana memilihnya menjadi khatib, padahal 
>pada waktu itu ia dikenal sebagai ulama yang dalam setiap ceramahnya selalu 
>tegas mengeritik upaya-upaya Kristenisasi. Maklum, pada masa-masa awal Orde 
>Baru, gurita Kristenisasi mulai membangun jejaringnya. Baik di tingkat elit 
>kekuasaan, maupun aksi-aksi di lapangan.
>Atas saran dan dukungan umat Islam, Buya Hamka akhirnya bersedia memenuhi 
>permintaan istana. Umat ketika itu berharap, ulama asli Minangkabau ini bisa 
>menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada para pejabat, terutama dalam menyikapi 
>maraknya Kristenisasi. Inilah kali pertama Hamka, seorang mantan anggota 
>Partai Masyumi, berkhutbah di Istana. Dari atas mimbar, ulama yang juga 
>sastrawan ini menguraikan tentang bagaimana toleransi dalam pandangan Islam. 
>Islam sangat menghargai agama lain, dan tak akan pernah mengganggu akidah 
>agama lain.
>Di hadapan Presiden Soeharto dan para pejabat Orde Baru, Buya Hamka menegaskan 
>secara lantang, “Tapi kalau ada usaha orang supaya kita berlapang dada, jangan 
>fanatik, lalu tukarlah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu dengan tuhan 
>yang maha tiga, atau berlapang dadalah dengan mengatakan bahwa Nabi kita 
>adalah nabi palsu dan perampok di padang pasir, atau kepercayaan kita kepada 
>empat kitab suci; Taurat, Zabur, dan Injil dan Al-Qur’an, lalu disuruh 
>berlapang dada dengan mendustakan Al-Qur’an, maaf, seribu kali maaf, dalam hal 
>ini kita tidak ada toleransi!” tegasnya.
>Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka juga menyampaikan bahaya 
>Kristenisasi ia sampaikan di mimbar-mimbar dakwah dan media massa. Melalui 
>Majalah Panji Masyarakat, Buya Hamka membahas bahaya Kristenisasi, modernisasi 
>dan sekularisasi. Dalam rubrik “Dari Hati ke Hati” yang dikelolanya, Buya 
>Hamka juga menjelaskan soal prinsip toleransi dalam Islam.
>Dalam setiap kesempatan khutbah, Buya Hamka yang prihatin dengan gurita 
>kristenisasi yang sedang menggeliat ketika itu, bersuara lantang di hadapan 
>umat agar mewaspadai sepak terjang kelompok Kristen yang berusaha memurtadkan 
>kaum Muslimin. “Modernisasi bukan berarti westernisasi, dan bukan pula 
>Kristenisasi,” demikian ketegasan yang sering diulang-ulang oleh Hamka ketika 
>ditanya para wartawan. Dalam setiap khutbah di Masjid Al-Azhar, Jakarta, Hamka 
>juga menegaskan bahwa misi zending Kristen yang sedang bergeliat pada masa itu 
>telah dirasuki dendam Perang Salib untuk menghabisi umat Islam. “Kristen lebih 
>berbahaya dari Komunis,” ujar Hamka.
>Ketegasan Buya Hamka terhadap bahaya Kristenisasi kembali ia sampaikan di 
>hadapan penguasa Orde Baru, ketika Buya menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama 
>Indonesia (MUI). Dalam rapat dengan Presiden Soeharto pada 1975, Buya Hamka 
>menerangkan di hadapan Presiden tentang fakta-fakta Kristenisasi yang 
>bergeliat setiap hari di masyarakat, dengan berbagai bujukan dan iming-iming 
>materi yang menggiurkan. Hamka juga menyampaikan keprihatinannya tentang 
>berdirinya Rumah Sakit Baptis di Bukittinggi, sebagai upaya terang-terangan 
>dalam mengkristenkan masyarakat minang lewat cara pengobatan. Kepada Presiden 
>Soeharto, Hamka mengusulkan agar rumah sakit itu dibeli dan diambil alih 
>pemerintah agar bisa dikelola dengan semestinya. Soeharto setuju dengan usulan 
>tersebut, bahkan dengan terang-terangan menyatakan tidak sukanya pada 
>Kristenisasi tersebut.
>Sikap tegas Buya Hamka yang melegenda adalah ketika ia mengeluarkan fatwa 
>haram perayaan natal bersama. Pada saat itu di lingkungan birokrat yang sudah 
>dikuasai jejaring Kristen memang digagas acara “Natal Bersama”. Buya sebagai 
>Ketua MUI merasa perlu memberikan fatwa agar umat Islam tidak terjebak 
>menggadaikan akidah hanya semata-mata takut dibilang tidak toleran. Saat 
>berkhutbah di Masjid Al-Azhar, Buya Hamka mengingatkan kaum Muslimin, bahwa 
>kafir hukumnya jika mereka mengikuti perayaan natal bersama. “Natal adalah 
>kepercayaan orang Kristen yang memperingati hari lahir anak Tuhan. Itu adalah 
>akidah mereka. Kalau ada orang Islam yang turut menghadirinya, berarti dia 
>melakukan perbuatan yang tergolong musyrik,” terang Hamka. “Ingat dan katakan 
>pada kawan yang tak hadir di sini, itulah akidah kita!” tegasnya di hadapan 
>massa kaum Muslimin.
>Keteguhannya dalam memegang fatwa haramnya natal bersama inilah yang kemudian 
>membuatnya mengundurkan diri dari Ketua Majelis Ulama Indonesia. Tak berapa 
>lama setelah fatwa itu dikeluarkan, pada 24 Juli 1981, Buya Hamka wafat 
>menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allahyarham Mohammad Natsir, teman karib 
>seperjuangan yang menyaksikan detik-detik wafatnya Buya Hamka kemudian 
>memanjatkan doa tulus bagi seorang pejuang dan pengawal akidah umat.
>*(Penulis adalah Editor Pustaka Al-Kautsar dan Dosen STID Mohammad Natsir 
>Jakarta)


Wasslam
WNS

________________________________
 From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
To: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> 
Sent: Monday, December 24, 2012 5:09 PM
Subject: [R@ntau-Net] Re: Buya Hamka & Datuk Raja Jin Komedi Stambul
 

Di ma Buya Hamka indak konsisten? Gala Datuak Indomo itu ditarimonyo sebelum 
Buya mangaji di Parabek bersama Syekh Ibrahim Musa, atau masa-masa awal Buya 
mengaji di Parabek, umur 13-14 tahun.

Wakatu itu setelah perceraian orang tuanya, umur Buya 12 tahun, Malik (namo 
keteknyo)  jadi senang belajar adat, petatah-petitih. Dalam otobiografinya 
"Kenang-kenangan Hidup" jilid 1 (hal. 61), Buya menulis;

------

Ketika ada perayaan melantik penghulu, dia (Buya Hamka -- ANB) datang dan 
didengarnya dengan asyik kata-kata kebesaran adat, tambo, keturunan dan dongeng 
yang dipaparkan ketika penghulu itu akan dilantik.

Tidak puas dengan begitu saja malahan dijalaninya orang-orang tua yang pandai 
pidato adat itu, dengan membawa buku tulis dan tinta. Datuk Sri Bandaro, Datuk 
Rajo Endah Tua, Datuk Tan Majolelo, Datuk Rajo Endah Nan Tinggi, Sutan Nagari 
Si Jaban, semuanya guru berpidato adat. Akhirnya maraknya, Datuk Rajo Endah 
Tua, memberinya gelar Datuk Indomo.

* * *

HANYA beberapa bulan saja dia mengaji di Parabek. Yang lebih tepat kalau 
dikatakan "menganji", mengacau daripada mengaji ... Dst ...

---------

Karena struktur penulisan otobiografi Buya itu secara kronologi/linier, maka 
gelar Datuk Indomo itu harus dibaca dalam konteks "penghargaan" para mamaknya 
setelah melihat Malik remaja mau belajar petatah-petitih, ke mana-mana membawa 
buku tulis dan tinta untuk mencatat. Hal yang tidak lazim dilakukan para remaja 
seumuran Malik saat itu.

Peristiwa pemberian gelar Datuk Indmo itu  jauh sebelum Buya Hamka tinggal di 
Medan, belum belajar kepada HOS Tjokroaminoto di Jogja (saat umur beliau 16 
tahun), bahkan jauh sebelum beliau pergi haji untuk pertama kali (usia 19 
tahun). 

Jadi indak tapek manyabuik "Buya Hamka indak konsisten" kalau kronologi 
peristiwa dicermati baik-baik.

Salam,

Akmal N. Basral
Cibubur

Pada Senin, 24 Desember 2012, Syafrinal Syarien menulis:

Pak ANB;
>
>
>Dek urang sakaliber Buya Hamka nan maolok-olok tantu indak banyak nan protes 
>doh. Tapi ambo pernah maolok-olok maagiah gala ka Bondan "Mak Nyuss" Winarno 
>sbg Datuak Gadang Salero, langsuang kanai semprot ambo dek anggota palanto ko 
>hehehe....
>
>
>Namun demikian, Buya Hamka indak konsisten juo masalah iko doh. Walau mengecam 
>datuk-datuk tu, we-e indak manulak wakatu dinobatkan mamakai gala Datuak 
>Indomo dek kaum we-e.
>
>
>Wassalam;
>Sy Syarien
>
>
>
>________________________________
> From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
>To: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> 
>Sent: Monday, December 24, 2012 3:17 PM
>Subject: [R@ntau-Net] Buya Hamka & Datuk Raja Jin Komedi Stambul
> 
>
>
>
>Dalam buku otobiografi Buya Hamka, "Kenang-kenangan Hidup" jilid 2, hal 47 
>(Gapura NV, 1951), Buya Hamka mengecam keras, bahkan mengolok-olok "ninik 
>mamak" dan "datuk-datuk" Minang yang datang ke Medan, memakai pakaian 
>kebesaran (dengan segala macam gaya bicara dan bahasa tubuh) yang dilihat Buya 
>sebagai membangga-banggakan status dan jabatan mereka di depan Sultan Deli 
>padahal, "kekuasaan mereka tidak ada sama sekali selain membangga-banggakan 
>adat di muka Sultan Deli yang juga hanya tinggal pakaian kebesarannya pula, 
>karena kekuasaan telah diambil Belanda."
>
>
>Buya Hamka (dalam otobiografi itu menyebut dirinya "Bung Haji") menyebut 
>kondisi itu sebagai "Pakaian Raja Jin di Komedi Stambul" -- sebuah sindiran 
>yang sangat keras sebenarnya. Dari peristiwa itu pula lah  Buya menulis buku 
>"Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi" (1946) yang sangat kritis.
>
>
>Pertanyaan saya: apakah saat Buya Hamka menyebutkan soal "Raja Jin Komedi 
>Stambul" itu ada keberatan dari pihak adat, atau bahkan kecaman terhadap Buya 
>Hamka dari masyarakat Minang?
>
>
>Atau, apakah karena Buya Hamka yang menyebutkan (tahun 1951 saat otobiografi 
>keluar Buya sudah berusia 43 tahun dan cukup terkenal) sehingga kata-katanya 
>"bisa diterima" tanpa didebat lagi? 
>
>
>Mohon pencerahan dari para senior di Palanta RN ini yang tahu masalah di atas.
>
>
>Wassalam,
>
>
>Akmal N. Basral
>44+, Cibubur
-- 
>-- 
>.
>* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
>wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/~
>* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>===========================================================
>UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
>- DILARANG:
>1. E-mail besar dari 200KB;
>2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
>3. One Liner.
>- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
>http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
>- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
>subjeknya.
>===========================================================
>Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/
> 
> 
> 
>
>
>
-- 
>-- 
>.
>* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
>wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/~
>* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>===========================================================
>UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
>- DILARANG:
>1. E-mail besar dari 200KB;
>2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
>3. One Liner.
>- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
>http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
>- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
>subjeknya.
>===========================================================
>Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/
> 
> 
> 
>
-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke