Hmmm, ndak amuah lo awak kalah mah yo? Di awak lai lo Nagari Sanjai ko ha, banyak Karupuaknyo. Basubalahan jo Nagari Urang Tigobaleh nan banyak kakinyo, Duopuluah-anam... :)
-- Nyit :) http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sinjai --- In rantau...@yahoogroups.com, rn.amiroeddin@... wrote: > > Di awak ado juo, yaitu Bupati Sawahlunto, > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -----Original Message----- > From: Darwin Chalidi > Sender: rantaunet@googlegroups.com > Date: Thu, 24 Jan 2013 08:37:28 > To: Rantau Net > Reply-To: rantaunet@googlegroups.com > Subject: Re: [R@ntau-Net] Negeri Sentosa, Tak Tersorot Kamera > > Semoga sanak IJP bisa mambao Pariaman sarupo Sinjai iko > On Jan 24, 2013 8:10 AM, "roy noviar amiroeddin" > wrote: > > > ** > > > > caakkkeeep banget dah tempat dan mgt nya....moga2 kepemimpinan bupati yg > > kaya gini...tumbuh berkembang makin banyak..., andaikata Bupati atau > > Walikota di Aceh khususnya dan di Indonesia umumnya berbuat seperti Bupati > > Sinjai di Sulawesi sana, Indonesia akan menjadi Negara yang maju seperti > > China, dan engga ngurusin hal-hal kecil yang tidak bermutu seperti cara > > duduk wanita di motor > > > > Boleh didatengin niih kapan2.., > >> > >> Negeri Sentosa, Tak Tersorot KameraHL > >> | 02 January 2013 | 02:01** > >> > >> *Indonesia ternyata tidak kekurangan pemimpin berkualitas. > >> Saat mata banyak tertuju ke > >> Jokowi di Jakarta dengan gebrakannya, di daerah-daerah kita sebenarnya > >> punya banyak inspirasi lain. > >> > >> Salah satunya dari Sinjai, sebuah kabupaten kecil di > >> Sulawesi Selatan. Kepemimpinan yang kuat mampu > >> membuat daerah ini berkembang. > >> **Jokowi > >> dijamin minder atas apa yang diperbuat bupatinya. > >> Cerita perjalanan ini akan > >> menjelaskan sedikit tentang wilayah tersebut.* > >> [image: 13570610101148230494] > >> > >> salah satu pemandangan di Pulau Sembilan, Sinjai sumber: dok.pribadi > >> > >> Sebelum masuk Sinjai, saya ditantang taruhan oleh Mail, supir rental yang > >> menemani saya dari Makassar. "Abang boleh cari jalan jelek di Sinjai, > >> bahkan di kampung-kampung sekali pun. Atau coba cari pengendara motor yang > >> keluar rumah tanpa helm, walau cuma ke warung terdekat. Kalau Abang ketemu, > >> boleh potong honor saya setengah" tantangnya. > >> > >> Awalnya saya anggap itu angin lalu saja, namun Mail semangat sekali > >> berpromosi. Di sepanjang perjalanan dia bercerita perkembangan Sinjai di > >> bawah kepemimpinan Rudiyanto Asapa, Bupati dua periode yang saat ini juga > >> maju sebagai calon gubernur Sulawesi Selatan. > >> > >> Masuk Sinjai menjelang maghrib, saya menginap di Hotel Sahid Sinjai, > >> sebelah kediaman resmi Bupati. Target pertama saya adalah menikmati > >> satu-satunya kehidupan malam di Sinjai. Kehidupan malam yang sangat sehat. > >> Sebuah perputaran ekonomi yang mensejahterakan nelayan maupun warga secara > >> keseluruhan, yaitu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sinjai. > >> [image: 13570611811150915402] > >> > >> Suasana TPI Sinjai di pagi hari (sumber: dok pribadi) > >> > >> Pusat pelelangan ikan Sinjai mulai ramai sekitar pukul 19.30.Ratusan > >> kapal penangkap ikan parkir dan berbaris rapi di pinggir pelelangan. Parkir > >> dengan retribusi resmi yang menguntungkan daerah. Nelayannya bukan hanya > >> dari Sinjai, nelayan dari Bantaeng, Bulukumba, bahkan dari Makassar lebih > >> suka parkir dan menurunkan ikan di pusat pelelangan ikan ini. Sebab > >> manajemennya transparan dan rapi. Tak ada tengkulak yang memonopoli harga. > >> Ikan diturunkan dan langsung disambut oleh para pedagang. > >> > >> Masyarakat lalu-lalang bertransaksi baik membeli ikan partai besar maupun > >> eceran untuk kebutuhan sehari-hari. Ini pasar yang hampir sempurna, tidak > >> ada cukong atau tengkulak yang bisa mengintervensi harga ikan. Nelayan, > >> penjual, dan pembeli sama-sama diuntungkan. Jika ikan tidak habis, > >> dinaikkan lagi ke peti pendingin yang ada di kapal untuk dijual lagi pada > >> malam berikutnya. Dengan uang lima puluh ribu, anda bukan hanya dapat 3-4 > >> ekor ikan, tapi seperti meraup tauge. Bagi yang ingin segera menikmati ikan > >> segar, di pintu masuk pelelangan terdapat banyak warung yang menyediakan > >> pembakaran ikan. Inilah satu-satunya kehidupan malam di Sinjai. Pulang dari > >> pelelangan saya mampir di sebuah toko serba ada untuk membeli perlengkapan > >> mandi dan sikat gigi. > >> > >> Jangan harap anda akan menemukan waralaba semacam Alfamart atau Indomaret > >> di tempat ini. Bupati Sinjai, hanya mengijinkan waralaba masuk ke daerahnya > >> jika bersedia menampung produk industry rumahan warga dengan kuota > >> tertentu. Satu hal yang sepertinya berat dipenuhi oleh perusahaan waralaba. > >> Namun bagi sang kepala daerah, itu bentuk perlindungan terhadap sektor > >> ekonomi kerakyatan agar tidak digilas pasar-pasar modern. Keesokan pagi > >> saya bersiap-siap berkeliling ke pelosok Sinjai. melihat langsung hasil > >> kepemimpinan Rudiyanto Asapa yang disanjung-sanjung warga Sinjai tersebut. > >> > >> Saya mulai dengan menikmati pemukiman di pusat kota. Jalan-jalan yang > >> mulus, rapi, serta pohon rindang terbentang di sepanjang jalan. Lalu saya > >> lanjutkan perjalanan ke Sinjai Utara. Lagi-lagi Mail mengingatkan saya soal > >> tantangannya. > >> > >> "Nanti coba cari jalan jelek ya bang," tantangnya sembari senyum-senyum. > >> > >> Saya tidak tertarik mencari jalan jelek tetapi sibuk memperhatikan > >> motor-motor yang berseliweran. Penampilan motor-motor dan pengendaranya > >> rata-rata sama, konservatif. > >> > >> Hampir tidak ada modifikasi. Motor harus dengan dua spion pabrikan, tanpa > >> knalpot yang bikin berisik, serta pengedara yang lengkap dengan helm > >> standar SNI. Konon tak ada kawasan khusus tertib lalu lintas di sini. > >> Seluruh jalan adalah kawasan tertib lalu lintas. > >> > >> Sebab, polisi bisa melakukan tilang di jalan-jalan kampung sekalipun. > >> Nama Kasatlantas Sinjai, H. Eddy, adalah nama terpopuler kedua setelah sang > >> Bupati. Saya berhenti di Bukit Gojeng. Ini awalnya adalah tempat makam > >> purbakala. Namun fosil-fosilnya sudah dipindahkan ke dalam museum. Lokasi > >> situs purbakala ini sendiri diubah menjadi taman kota yang sangat asri dan > >> indah. Sekelas dengan resort-resort super mahal di pulau jawa. > >> > >> Ini merupakan ruang publik tempat muda-mudi menghabiskan waktu, terutama > >> di akhir pekan. Dan yang bikin saya kaget, petugas penjaga taman ini > >> memberitahu saya, password free wifi yang bisa dinikmati di Bukit Gojeng. > >> Masukkan saja password *digojengku*, anda bisa berselancar di internet > >> sambil menikmati nuansa resort berkelas yang sangat asri. > >> > >> [image: 1357061283290486734] > >> > >> Kota Sinjai dilihat dari bukit gojeng > >> [image: 13570613531955348319] > >> > >> keasrian bukit gojeng seperti dikelola swasta, bukan pemerintah (sumber: > >> dok pribadi) > >> [image: 13570614341240036214] > >> > >> himbauan menjaga dari pemerintah daerah (sumber: dok pribadi) > >> > >> Dari Bukit gojeng, saya menuju dataran rendah. Ada deretan pulau-pulau > >> yang menarik perhatian saya ketika melayangkan pandangan dari puncak bukit > >> gojeng. Menurut warga setempat, namanya Pulau Sembilan. Ada sembilan pulau > >> yang terpisah dari daratan utama Kabupaten Sinjai. > >> > >> Saya menuju pelabuhan untuk mendapatkan *speed* ke Pulau Sembilan. Tidak > >> ada tujuan khusus, hanya ingin tahu kondisi pulau-pulau yang terpisah dari > >> daratan utama. > >> > >> Saya menuju pulau yang paling ramai, dan juga merupakan Pusat kecamatan > >> Pulau Sembilan, namaya Pulau Kambuno. > >> > >> [image: 13570615041663276668] > >> > >> Perkampungan nelayan di pulau Kambuno (foto: dok. pribadi) > >> > >> Pulau ini dihuni oleh para nelayan. Tapi jangan bayangkan sebuah kampung > >> nelayan yang berantakan dan kumuh. Ini jauh di luar perkiraan. Yang > >> terlihat justru sebuah pemukiman yang sangat rapi dan bersih. Rumah-rumah > >> panggung berjejer rapi dan gang-gang yang bersih. Hampir tidak ada rumah > >> yang jelek, begitu juga perahu-perahu mereka yang bersandar di pinggir > >> pulau. Persis di tengah-tengah pulau terdapat sebuah ruang publik berupa > >> lapangan yang multifungsi. Jika diptret dari udara, akan mirip seperti > >> stadion di tengah pulau, dikelilingi oleh rumah-rumah panggung dan tebing. > >> Ini contoh kearifan lokal yang tidak tunduk pada keserakahan. > >> > >> [image: 1357061564770267785] > >> > >> Suasana kampung yang asri dan bersih tidak mencerminkan perkampungan > >> nelayan yang biasa dianggap amis dan kotor. (foto. dok pribadi) > >> > >> Dulu pulau ini gelap gulita. Tidak ada listrik. Namun setelah dipimpin > >> oleh Rudiyanto Asapa, Kambuno sudah dialiri listrik. Mekipun masih terbatas > >> pada malam hari, namun membuat kemajuan dalam banyak hal, terutama > >> pendidikan. Anak-anak bisa melajar dengan baik. Kehidupan pulau juga lebih > >> semarak, dan sebagian di antara mereka justru bisa berselancar di internet. > >> Ternyata pulau ini juga tersedia fasilitas Free Wifi yang dipancarkan dari > >> kantor kecamatan. Saya telusuri semua sisi pulau. Wajah-wajah cerah > >> penghuni pulau, terutama anak-anak menghiasi setiap langkah saya menyisir > >> pulau. > >> > >> Seorang anak mengajak saya melihat bangunan SMP tempat dia bersekolah. > >> > >> Tempatnya ada di puncak tertinggi pulau kambuno. Katanya pemandangannya > >> sangat indah dan tak akan bisa dilupakan. Ah, saya pikir itu hanya > >> hiperbola saja. Saya susuri jalan setapak menanjak yang sudah dibeton. > >> Di kiri kanan terdapat hamparan hutan kaktus seperti di gurun pasir. > >> Sungguh nuansa yang sangat berbeda ketika sadar bahwa ini masih di pulau > >> tropis. Di tengah-tengah hutan kaktus, terdapat sebuah balai nikah, di > >> puncak tebing dan menghadap ke laut. Sejenak saya layangkan pandangan. > >> > >> Mulut ternganga dan takjub. Hamparan laut bening dengan warna kehijauan > >> membentang di hadapan mata. Bisa dibayangkan betapa romantisnya jika > >> pernikahan digelar di balai nikah ini. Besarnya tidak seberapa, tapi > >> pemandangannya akan membuat moment pernikahan sebagai kenangan yang sangat > >> berkesan. > >> > >> [image: 13570666852126611470] > >> > >> Pemandangan dari balai nikah pulau sembilan (foto. dok pribadi) > >> > >> Tidak jauh dari Balai Nikah itu, berdiri megah sebuah SMP negeri. Klaim > >> anak kecil tadi ternyata bukan hiperbola. Pemandangan dari ruang guru > >> maupun ruang belajar SMP ini setara dengan resort-resort mewah di Bali. > >> Pantai pasir yang sempit, pohon kelapa yang tidak terlalu banyak, dan > >> hamparan laut bening berwarna kehijauan. Saya tidak tahu apakah pemandangan > >> ini akan membuat semangat belajar bertambah atau malah membuat ngantuk. > >> > >> Namun, memang harus diakui bahwa 100 persen anak-anak di sinjai sudah > >> menempuh pendidikan dari SD sampai SMA, dan itu gratis, baik di sekolah > >> negeri mapun swasta. Bupati Sinjai Rudiyanto Asapa sudah menerapkan > >> kebijakan ini sejak tahun 2003. > >> > >> Kalau mau jujur, mungkin dia pelopor pendidikan gratis di Indonesia. > >> Seorang Bupati yang pernah dilaporkan warganya ke polisi sebagai penculik > >> anak, karena membawa anak-anak yang bekerja di sawah ke sekolah meski > >> mereka tak punya seragam. > >> > >> Hanya sayang, tidak ada kamera wartawan Jakarta yang mampir di sini. > >> > >> [image: 13570616451140721249] > >> > >> SMP di pulau sembilan (foto: dokpribadi) > >> > >> Menjelang sore saya kembali ke daratan Sinjai. Bersiap-siap kembali ke > >> Makassar. > >> > >> Rasa tidak puas memenuhi dada. Sebab, selalu ada kejutan di setiap > >> pelosok Sinjai. > >> > >> Dan itu inspirasi untuk membuat Indonesia lebih baik. Tapi sayang, > >> pekerjaan terlalu banyak menumpuk di Makassar dan Jakarta. Suatu saat, saya > >> pasti kembali menyusuri sisi lain daerah ini. Sinjai memang bukan daerah > >> ternama. Bahkan jarang ditulis media. > >> > >> Namun bagi yang hadir dan menikmati langsung akan segera paham bahwa ini > >> seperti sebuah negeri yang diperintah raja bijak.Kebijaksanaan yang > >> melahirkan ketenangan dan kesejahteraan bagi warganya > >> > >> > >> > >> http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/01/02/negeri-sentosa-tak-tersorot-kamera-515702.html -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/