Di Padang Ekspres

Kaukus DPD-DPR: Copot Kapolda Sumbar

Diduga Bekingi Illegal Minning


*Jakarta, Padek*—Terus ber­ope­rasinya *illegal minning* (tambang ilegal)
di Sumbar, membuat wakil rak­yat Sumbar di DPR dan DPD ger­ah. Mereka
mendesak Kapolri Jen­deral Timur Pradopo mencopot Ka­polda Sumbar Brigjen
Pol Wahyu In­dra Pramugari. Mereka menduga, Ka­polda Sumbar membekingi
se­jum­lah pengusaha tambang asal luar Sumbar yang merampas tanah ula­yat
masyarakat adat di Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman Barat.



Mereka adalah Ketua DPD RI Irman Gusman bersama anggo­tanya Alirman Sori,
Afrizal, dan Emma Yohana. Lalu dari DPR ada­lah Epyardi Asda, Refrizal,
Azwir Dainy Tara, Zulmiar Yanri, Taslim Chaniago, dan Dalimi Abdullah.
Rekomendasi pencopotan Kapolda Sumbar itu setelah rapat gabungan anggota
DPR dan DPD (Kaukus Parlemen) asal Sumbar yang dipimpin Irman Gus­­man, di
Gedung Nu­santara III, Kompleks Parlemen, Senayan Ja­karta, Senin (4/3).



“Menyikapi masalah *illegal minning* dan per­tambangan yang merugi­kan
masyarakat di Solsel, Dharmasraya dan Pasa­man, Kaukus Parlemen Sumbar dari
DPR dan DPD sepakat meminta Kapolda Sumbar diganti. Selain kepada Kapolri,
saya ju­ga akan sam­pai­kan hasil per­­­temuan kau­­­kus ini ke­pada
Pre­siden SBY,” sam­­bung Irman Gus­man. Se­lain me­rekomend­asikan
penco­potan Kapolda Sumbar, ke-14 anggota parlemen itu mengunjungi Sumbar
dalam waktu dekat.



”Maret ini anggota DPR-DPD akan turun lang­­sung ke Solok Selatan. Se­belum
datang ke Solok Selatan, kaukus mengum­pulkan data dan fakta, serta
ber­koordinasi terle­bih dahulu dengan sejum­lah pihak terkait, seperti
Dirjen Mi­ner­ba, Kemen­terian ESDM,” je­las Irman. Un­tuk lebih
mengkonkretkan semua ini, kaukus membentuk *task­force* atau tim kecil.



Anggota DPR dari Fraksi Golkar Azwir Dainy Tara menyebutkan, masyarakat
Solsel, Dharmasraya dan Pasaman saat ini berada dalam ketakutan untuk
mempertahankan hak ulayatnya yang diambil paksa sejumlah pengusaha dari
luar Sum­bar. “Karena ada indikasi Kapolda Sumbar Brigjen Pol Wahyu Indra
Pramugari di belakang aksi itu,” kata Azwir.



Seperti terjadi di Solok Sela­tan (Solsel). Menurut Azwir, para pengusaha
menggunakan jasa aparat kepolisian dalam membebaskan tanah ulayat. Langkah
ini mereka lakukan agar masyarakat tidak melihat dan mendekati aktivitas
para pengusaha dalam menentukan lahan tambang yang akan me­reka kuras.



“Aparat kepolisian yang mengawal pengusaha itu diper­senjatai dan
masyarakat diinti­midasi agar tidak mendekat. Mustahil, seorang Kapolda
tidak mengetahui pengerahan perso­nel Polri mengawal pengusaha sesuai
informasi yang saya da­patkan berasal dari Kota Su­rabaya, Jawa Timur,”
ungkap anggota Komisi VII DPR itu.



Politisi senior Partai Golkar itu berkeyakinan bahwa Kapolda Sumbar,
Kapolres Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman, saat ini bekerja untuk
kepentingan jaringan pengusaha tambang. “Saya yakin mulai Kapolda hing­ga
Kapolres yang daerahnya memiliki tambang, sudah men­ja­di bagian dari
jaringan pengu­ras kekayaan alam di Sumbar. Karena itu, tidak cukup mereka
itu hanya dicopot. Mereka juga harus diusut secara hukum. Termasuk aparatur
pemda di provinsi dan kabupaten, karena mereka juga terindikasi ikut da­lam
permainan ini,” tegas Azwir.



Hal senada diungkapkan anggota DPR dari daerah pe­milihan (dapil) Sumbar I,
Ep­yardi Asda. Menurut Epyardi, tidak mungkin pengusaha me­miliki
*power *sangat
kuat dalam menguasai lahan ulayat tanpa dibeking aparat dan pemda di
Sumbar. “Jadi, saya sependapat dengan Pak Azwir Dainy Tara, jangan hanya
sebatas Kapolda, Kapolres dan pejabat pemda dicopot, tapi harus diproses
secara hukum melalui penga­dilan,” tegasnya.



Politisi PPP itu juga me­ngung­kapkan adanya laporan masyarakat dari Solsel
menye­but adanya praktik prostitusi di kawasan tambang yang dibe­kingi
aparat kepolisian. “Dalam laporan masyarakat itu dise­butkan ’ayam-ayamnya’
dida­tangkan dari Vietnam,” sebut Ketua DPP PPP ini.



Anggota Komisi Hukum DPR, Taslim Chaniago mene­gaskan, Kaukus Anggota
Parle­men asal Sumbar benar-benar solid menyikapi masalah tam­bang saat ini
mengancam kea­manan dan ketertiban di Sum­bar. Menurut Taslim, ke-8
ang­gota DPR dan 4 anggota DPD ini tidak sekadar berha­dapan de­ngan
Kapolda Sumbar Wahyu Indra Pramugari. “Di belakang itu pasti ada sebuah
jaringan terorganisir. Kalau kita tidak solid, jaringan itu bisa saja
menghasut sebagian kecil ma­sya­rakat yang senang dengan si­tuasi ini dan
dibenturkan dengan kita-kita ini,” ujar Taslim.



Selain itu, Taslim juga mem­be­berkan lolosnya ratusan eks­kavator ke
Solsel melalui jalan darat, menurut undang-undang tidak dibenarkan.
“Lolosnya ratusan alat berat itu juga harus diusut. Siapa yang
mengeluar­kan izin melewati jalan-jalan kelas IV di Solok Selatan hingga
jalan tersebut hancur, dan ma­syarakat sulit beraktivitas,” tegas politisi
Partai Amanat Nasional itu.



Terkait lolosnya ekskavator, anggota DPD asal Sumbar Afri­zal, menuding
peran oknum DPRD Solsel. “Masyarakat tahu pasti bahwa yang mengurus
lolosnya ratusan ekskavator itu ke Solok Selatan oknum pim­pinan DPRD
setempat, yang bekerja sama dengan oknum aparat,” tegasnya.



Emma Yohana juga me­ngung­kap laporan masyarakat atas kesewenangan aparat
kepo­lisian di sejumlah nagari di Pasaman Barat. Aparat, katanya, main
tangkap karena dituduh mengganggu kegiatan tambang di Pasaman Barat.
“Padahal, anak nagari tersebut memper­juangkan hak ulayatnya yang telah
dirampok pengusaha tam­bang,” kata Emma.



Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar dan Kabid Humas Polda Sumbar
Mainar Sugianto ketika di­hu­bungi *Padang Ekspres* via *hand­phone* secara
terpisah tadi ma­lam (4/3), tidak mengangkat. *Short Message Service *(SMS)
yang dikirimkan, juga tidak berbalas. *(fas)*

*
*

*http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=41125
*


Pada 5 Maret 2013 12.05, Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org> menulis:

> Tambahan judul lain dari Singgalang pak Saaf.
>
> Sumbar Menunggu Langkah 
> Kapolri<http://hariansinggalang.co.id/sumbar-menunggu-langkah-kapolri/>
>
> Tanggal 05 March 2013
>
> Ternyata kasus simulator Surat Izin Mengemudi (SIM) juga menyerempet ke
> Kapolda Sumbar, Brigjen. Pol. Wahyu Indra Pramugari. Jenderal bintang satu
> itu sudah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Masyarakat
> daerah ini pun telah tahu pemeriksaan itu.
>
>
> --
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke