"Lare" ruponyo ado pangaratian Bungo Lere. Cako MakNgah cubo takok-takok Uwok 
ko ado hubuangank atonyo jo "Larek" atau "lari" Caro Awak, dengan kamungkinan 
Kampuang Lare tu tampek lareknyo Datuak-datuah tu karano lari dari Kampuang 
Halaman antah apo lah sabab karanonyo nan mungkin paralu lo dikulibiaki 
sejarahnyo. 

Mangko baitu MakNgah baasosiasi jo Namo "Den Larry" namo Uda Bachtiar asa 
Maninjau nan lah lamo di Chicago, USA, tamatan INS murik Inyiak M. Sjafei 
Kaayutanam. Manruik baliau memang Den atau Dan Larry ko asakatonyo memang "Aden 
Lari" dari Kampuang Halaman...

Salam,
-- MakNgah
Sjamsir Sjarif

--- In rantau...@yahoogroups.com, Ramadhanil pitopang <pitopang_64@...> wrote:
>
> Assalamualaikum ww.
> Sanak Andiko alah Ziarah ke Makam Datuak Karamah di kampuang Lere tu ? 
> Makamnya di atok bagonjong bantuak Rumah Gadang  Minangkabau..
> 
> Kampung Lere, kecek urang Kaili berasal dari nama tumbuhan "Lere" yg banyak 
> tumbuah di pinggir pantai , bungonyo violet, sarupo terompet..bhs 
> Indonesianya "Bungo Tapak Kuda" =  Ipomoea pes-caprae L (fam. Convolvulaceae)
> 
> Ambo sadang ado tugas di Jakarta, Meeting di Kementerian Kesehatan di Hotel 
> IBIS, jl. S. Parman.....Hari kamih pulang ka Palu
> 
> Wassalam,
> 
> Ramadhanil
> Palu-49 thn
> Kini sdg di jkt
> 
> 
> --- Pada Sel, 9/4/13, Andiko <andi.ko.ko@...> menulis:
> 
> Dari: Andiko <andi.ko.ko@...>
> Judul: [R@ntau-Net] Re: Datuk Karama, Urang Minang Penyebar Islam di Palu
> Kepada: rantaunet@googlegroups.com
> Tanggal: Selasa, 9 April, 2013, 7:55 AM
> 
> Serial Minang Diaspora: Duet Datuk di Tanah Sulteng
> http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/serial-minang-diaspora-duet-datuk-di-tanah-sulteng-11468.html
> 
>                   
> 
> 
>                               
>                               
>                 OPINI
>                 Dibaca: 1326    Komentar: 8   Nihil
>                             
>                 
>                               
>                 Bagi masyarakat Sul-Teng, berziarah ke makam 
> orang-orang yang berilmu agama tinggi tentu hal yang lumrah dilakukan 
> seperti yang dilakukan orang-orang dimanapun. Termasuk ke makam Datuak 
> Karamah dan Datuak Mangaji. Kedua perantau Minang yg pedagang  dan juga 
> ulama ini menyebarkan agama islam di tanah Kaili (Datuak Karamah) dan 
> Parigi (Datuak Mangaji).
> 
> Entah bagaimana mulanya spt dituturkan turun temurun oleh tetua-tetua 
> setempat, dikatakan bahwa Datuk Karamah datang ke tanah Kaili hanya 
> dengan menggunakan selembar sajadah. Saya kira cerita ini diluar nalar 
> yang bisa diterima akal sehat dimana jaman itu belum ada pesawat 
> terbang, wallahualam.
> 
> Berikut cerita yang saya dapat saya rangkumkan:
> 
> Satu hal yang sangat penting penyebaran Islam di Tanah Kaili (lembah 
> Palu) disebarkan oleh Datuak Karamah, seorang pedagang Muslim dari 
> Minangkabau, selanjutnya ditambahkan bahwa di Parigi (sebuah kota kecil 
> dekat teluk Tomini) penyebaran Islam dilakukan oleh Datuak Mangaji, yang
>  telah bersama-sama masyarakat lokal melawan Portugis yang mencoba 
> membuat benteng disitu….
> 
> Diceritakan oleh tetua-tetua Kaili bahwa dulu Datuak Karamah tiba di 
> tanah kaili hanya dengan selembar Sajadah, kemudian beliau menyiarkan 
> Islam dengan cara menunjukan kekeramatannya melalui uji ilmu dengan Raja
>  lokal-PUE BONGO, dimana datuk Karamah berhasil menundukan hati mereka. 
> Karena ke-karomahan-nya inilah dia dipanggil Datu Karamah.
> 
> Dikatakan juga Datuak Karamah akhirnya kawin dengan salah seorang putri 
> Raja Kaili tersebut yang sekarang beranak pinak di kampung LERE, dekat 
> Kota Palu. Sementara itu makam Datuak Karamah telah dibenahi pula, di 
> pagar, di atap dengan kontruksi rumah Gadang khas Minang dan dijadikan 
> sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat. Untuk penghormatan kepada
>  jasa beliau Perguruan Tinggi Islam di Palu dinamakan "IAIN DATU 
> KARAMAH".
> 
> Sangat banyak peninggalan yang dibuat oleh Datuak tersebut, misalnya 
> alat musik tradisional Kaili yang disebut KUKULA, itu sama dengan 
> TALEMPONG di Sum-Bar, yang menurut tetua kaili juga merupakan 
> peninggalan sang Datuak.
> 
> Setelah periode Datuak Karamah, Islam selanjutnya dikembangkan oleh SIS 
> AL JUFRI, seorang keturunan Arab, Hadramaud, yang sekarang terdapat 
> perguruan Al-Khairat yang massanya sampai ke Ternate (termasuk Fadel 
> Muhammad, Gubernur Gorontalo pernah sekolah di SMP Alkhairat Palu)..
> 
> Kaitan lainnya antara Minangkabau dengan Tanah kaili adalah : Gubernur 
> Sulawesi Tengah adalah perantau Minang bernama ANWAR DATUAK RANGKAYO 
> BASA NAN KUNIANG, setelah MUNAFRI, yang juga orang Minang. Kemudian 
> pendiri UNIVERSITAS TADULAKO Palu berkat jasa seorang Minang 
> bernama Drh. NAZRI GAYUR dt NAN HITAM tahun 1960-an. Yang lainnya adalah
>  RAJO TIANGSO salah satu fam (marga) terkenal di Palu juga merupakan 
> keturunan Minang, yang berkerja di "DINAS PU"-nya zaman Belanda. Menurut
>  turunan beliau, dimana beliaulah orang yang pertama membuka jalan raya 
> Palu-Parigi di waktu Zaman Belanda.
> 
> sumber: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/browse_thread/thread/3f0bf4af23fbc5c8?pli=1
>                 
> 
> Pada Selasa, 09 April 2013 7:53:58 UTC+7, Andiko  menulis:Urang Minang 
> penyebar Islam di Palu
> 
> 
> Salam
> 
> 
> andiko
> 
> Palu Sulteng
> 
> Datuk Karama
>                       
>                       
>                       
>                                                               
>                               Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia 
> bebas (http://id.wikipedia.org/wiki/ Datuk_Karama)
> 
>                               
>                                                               
>                               
>                               
>                                                                               
>                                                 
>                               
>                                       Langsung ke:                            
>         navigasi,                                       cari
>                               
>                               
>                                                               
>                               
> 
> Datuk Karama
> 
> 
> Lahir
> Abdullah Raqie
> 
> Minangkabau
> 
> 
> Meninggal
> Abad 17
> 
> Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah
> 
> 
> Nama panggilan
> Dato Karama
> 
> 
> Pekerjaan
> Ulama
> 
> 
> Dikenal karena
> Penyebar Islam di Tanah Kaili, Sulawesi Tengah
> 
> 
> Agama
> Islam
> 
> 
> Pasangan
> Intje Dille
> 
> 
> Anak
> Intje Dongko
> 
> Intje Saribanu
> 
> 
> Datuk Karama atau Syekh Abdullah Raqie adalah seorang ulama Minangkabau yang 
> pertama kali menyebarkan agama Islam ke Tanah Kaili atau Bumi Tadulako, 
> Sulawesi Tengah pada abad ke-17.[1]
>  Awal kedatangan Syekh Abdullah Raqie atau Datuk Karama di Tanah Kaili 
> bermula di Kampung Lere, Lembah Palu (Sulawesi Tengah) pada masa Raja 
> Kabonena, Ipue Nyidi memerintah di wilayah Palu. Selanjutnya Datuk Karama 
> melakukan syiar Islam-nya ke wilayah-wilayah lainnya di lembah Palu yang 
> dihuni oleh masyarakat Suku Kaili. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Palu, 
> Donggala, Kulawi, Parigi dan daerah Ampana.
>  Syiar Islam
> Seperti beberapa masyarakat lainnya di nusantara, pada masa itu masyarakat 
> suku Kaili juga masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme
>  yang mereka sebut "tumpuna", dimana mereka mempercayai adanya makhluk 
> yang menunggui benda-benda yang dianggap keramat. Namun dengan metode 
> dan pendekatan yang persuasif serta wibawa dan kharismanya yang tinggi, 
> syiar Islam yang dilakukan Datuk Karama melalui ceramah-ceramah pada 
> upacara-upacara adat suku tersebut akhirnya secara perlahan dapat 
> diterima oleh raja dan masyarakat Kaili. Perjuangan Datuk Karama 
> akhirnya berhasil mengajak Raja Kabonena, Ipue Nyidi beserta rakyatnya 
> masuk Islam, dan dikemudian hari Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang 
> pertama masuk Islam di Lembah Palu.
> Datuk Karama atau Syekh Abdullah Raqie tak kembali lagi ke 
> Minangkabau. Sampai akhir hayatnya, dia dan keluarganya beserta 
> pengikutnya terus menyampaikan syiar Islam di Lembah Palu, Tanah Kaili, 
> Sulawesi Tengah.
>  Makam
> Setelah wafat, jasad Datuk Karama dimakamkan di Kampung Lere, Palu (Kota Palu
>  sekarang). Makam Syekh Abdullah Raqie atau Datuk Karama kemudian hari 
> menjadi Kompleks Makam Dato Karama dan berisi makam istrinya yang 
> bernama Intje Dille dan dua orang anaknya yang bernama Intje Dongko dan 
> Intje Saribanu serta makam para pengikut setianya yang terdiri dari 9 
> makam laki-laki, 11 makam wanita, serta 2 makam yang tidak ada 
> keterangan di batu nisannya.[2]


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke