Wa'alaikumsalamwarahmatullahiwabarakaatuh. Sanak Zulidamel, InsyaAllah, saya ngak menanggapinya dengan hati panas selama ini. Mungkin ketegasan sikap saya saja, yang dikira panas, atau keras. Saya sendirinya saja merasa dingin-dingin aja, sebab udara di Kairo juga lagi masih musim dingin. Jawaban saya selipkan.
--- Zulidamel <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalammualaikum w.w. > Untuk majawek pertanyaan ibu Rahima, sabalunnyo ambo > minta ma'af dulu, > supayo ibu Rahima ndak paralu mananggapi ambo jo > hati paneh pulo. Ambo indak > berkompeten berdebat dalam bidang agamo dan indak > pulo dibidang adat, namun > ambo salah seorang pewaris yang menolak untuk > menerima gelar pemimpin adat > karano ambo maraso ndak berkompeten. > > Setahu ambo yang turun dari mamak ke kemanakan > adalah Sako yaitu warisan > tidak berwujud berupa gelar adat, karena gelar itu > adalah gelar yang > diberikan kaumnya untuk memimpin kaum tersebut. > Untuk itu kepada pemegang > gelar datuk diberikan sebidang sawah yang > dimaksudkan untuk menjalankan > fungsi jabatan. Setelah jabatan berakhir (meninggal) > maka sebidang tanah > yang diberikan tadi harus tetap menjadi milik kaum > tersebut. Mirip dengan > pemerintah, fasilitas diberikan selama yang > bersangkutan memegang jabatan. > Asset harus dikembalikan ke negara, jabatan kembali > ke rakyat. Maka gelar > adat diminangkabau berikut sawah yang diberikan tadi > kembali ke kaumnya dan > tentunya yang akan melanjutkan adalah keponakannya. > Inilah yang Adat. Sawah > ini tidak pernah dibagi Bukan ini yang saya permasalahkan. Saya mengerti di Minang ada warisan yang berupa benda tak nyata, ada yang nyata. Warisan gelar, atau apa saja, itu biasa saja, diserahkan kesiapapun. Saya ngak mempermasalahkan ini. Dan andaikanpun ada pemangku adat yang diberikan sawah, rumah, menurut saya, tidak masalah, karena itu merupakan haknya sebagai pemangku adat(pemimpin adat). Dan bukan ini yang saya permasalahkan. dan tidak pernah saya mengungkitnya. Saya ngak mau tau dengan gelaran itu. > > Dalam urusan harato pusako lain yaitu harato > berwujud yang dimilik turun > temurun. Ini dia yang saya permasalahkan. Berartikan dibagi jugakan? Katanya ngak ada pembagian. Duh...seolah-olah saya diputar-putar dengan berbagai cara, syukur saya berusaha untuk tetap sabar saja menghadapi kemana angin itu pergi, kalau ngak, mungkin dah malas saya menghadapi cara yang aneh-aneh begitu. Sepengetahuan ambo dibagi namun caro > pembagian dilakukan melalui > surat wasiat. Ingat lo, wasiat hanya buliah sepertiga harta, dan saat mewasiatkan yang mewasiatkan dan yang diwasiatkan masih hidup. Dan wasiat batal kalau meninggal salah satu diantara keduanya.Wasiatpun dilaksanakan setelah utang piutang simayit dijalankan, juga setelah pemberi wasiat meninggal dunia, baru terjalankan wasiat tersebut. Rumah selalu jatuh ke anak padusi, > namun sawah, ladang dibagi > juo ka anak laki-laki. Ndak ado ketentuan yang > mengatur dalam masalah harato > nan jatuah ke anak laki-laki dan ambo ndak pernah > mandanga mamak mabuek > surat wasiat dalam membagi harato nan jadi > bagiannyo. Akhianyo harato tu > kembali manjadi milik dusanaknyo nan padusi. Disiko > ambo ndak tau masalahnyo > ba'a ko ndak ado pembagian dilakukan oleh pihak > laki-laki. Disinilah letak dari akar permasalahannya. Karena kita tahu, padahal Islamkan dah menyuruh kita agar mempelajari ilmu waris ini. Dan benar Rasulullah katakan, kalau ilmu yang pertama sekali hilang dari umatnya adalah ilmu warisan ini. Mudah-mudahan Minangkabau, bukan termasuk didalam orang yang melupakan peringatan Rasulullah ini. Padahal dia dikatakan setengah dari ilmu. Seharusnya, setiap siapapun yang meninggal, bagi ahli waris, hendaklah selalu mejalankan perintah Allah ta'ala agar membagikan harta peninggalan mayat kepada ahli waris, juga melaksanakan wasiatnya(yang sepertiga harta tadi, dan ngak boleh yang mendapatkan harta wasiat tadi dari ahli warisnya. Anak lelaki dan perempuan, ibu ayah, istri, ngak dapatkan harta dari wasiat tersebut, mereka hanya mendapatkan harta warisan yang telah pula ditetapkan kadarnya masing-masing, dan selalu saja pembagian lelaki dua kali pembagian perempuan. Mewasiatkan harta warisan kepada ahli waris jelas nak bolehkan?, Rasulullah bersabda:"Tidak ada wasiat bagi ahli waris". Mungkin karano > maso itu berhubungan jo tingkat kebutuhan sahinggo > tanah dari mamak turun ka > kamanakan sarupo jo sako. karano tanah tu barado > dilingkungan kamanakannyo > (jauh). Namun kalau anak dari dusanak laki-laki > datang (pai karumah bako) > disadiokan bamacam-macam oleh-oleh tamasuak pitih > balanjo. Mungkin iko > sebagai ganti bagian dari hak ayahnyo. Dalam Islam tu masalah harta ini sangat jelas. Kalau sang lelaki mendapatkan oleh-oleh, itu namanya Hibah, bukan hak ganti warisan ayahnya. Ngak ada hak warisan diberikan dengan cara semacam itu. > Urang Minang Tabu manjua tanah, tapi kebetulan mamak > ambo manjua tanah nan > jadi bagiannyo untuak mambuekan rumah anaknyo. Ndak > ado pulo nan malarang > do, hanyo sajo dengan caro musyawarah. Lagi-lagi, ada pembagian harta disanakan? Soal ada yang melarang atau tidak, saya ngak peduli. Karena bukan itu tujuan saya. Tujuan saya cuman satu dalam masalah harta pusaka tinggi ini. Kenapa harta pusaka tinggi jatuh pada garis keturunan padusi saja?(bukan sako, gelar), tetapi jelas yang saya maksudkan adalah harta benda yang nyata. Ini selama ini yang diperdebatkan. Ado pulo > dusanak ambo nan laki-laki, > karano karajonyo sopir dibalian inyo oto dek dusanak > nan padusi. Nan oto ko > ndak pulo disabuik harato pusako tinggi dan > diwariskan ka anaknyo sasuai > Islam. Saya bisa mengerti ini. Ini Namanya Hibah. > Baliak ka ibu Rahimah ba'a pandapek ibu kalau > dipandang sacaro Islam karano > dalam carito abo ko ado unsur wasiat dan ado pulo > unsur kerelaan. Wasiat, boleh sepertiga harta, dan ngak boleh berwasiat bagi yang ahli waris(yang mendapatkan harta warisan tadi)Inilah keadilan Islam, agar semua mendapat, ngak hanya anak-anak saja, tetapi melalui wasiatpun ponakan bisa dapat, mamak bisa dapat(sepanjang saat itu dia bukan termasuk ahli waris). Kenapa saya katakan begitu? Karena dalam ahli waris, bisa saja saat tertentu Paman mendapatkan harta, bisa juga tidak, tergantung siapa saja yang ditinggalkan si mayat. Kalau saja yang meninggal itu ada meninggalkan ahli warisnya anak lelaki, anak lelaki menghalangi saudara sang mayat, baik saudara lelakinya atau saudara perempuannya,maka sang paman ngak dapat harta warisan(dia dalam hal ini, bisa mendapatkan harta wasiat), Nah, kalau sang mayat tadi ngak ada anak, maka sang paman tadi berhak mendapatkan harta warisan, ngak berhak mendapatkan harta wasiat? > Kalau kito ambiak perumpamaan seorang laki-laki yang > menikah dengan orang > dilua wilayah Indonesia. Anak-anaknyo mamiliah jadi > Waga negara ibunyo. Bisa > ndak anaknyo manjua harato bapaknyo nan ado Di > Indonesia nan indak ado > sureknyo. tantunyo indak. Tapaso pulolah anaknyo tu > merelakan. Itulah sebabnya dalam Islam, segala sesuatu harus jelas, agar tidak terjadi silang sengketa. Dalam Islam, ngak boleh ada keterpaksaan. Kalau itu jelas harta Bapaknya, kenapa tidak dibuatkan surat kepemilikannya. Atau kalau sang Bapak tidak ada membuat surat wasiat. Saat sang Bapak masih hidup, jelas sang anak ngak boleh mengambil harta Bapaknya tersebut tanpa izin Bapak. Tetapi kalau sudah meninggal, sudah otomatis anak lelaki mendapatkan harta tersebut sesuai dengan bagiannya yang telah ditentukan dalam Islam. > > Dalam hal kawin sasuku. Molonyo mungkin sederhana. > Bilo beberapa keluarga > kakak beradik hidup dalam satu rumah. Yang terpisah > hanya kamar tampek lalok > sajo tantunyo ndak mungkin orang-orang tersebut > menikah karena mereka adalah > bersaudara. Setelah berkembang menjadi lebih besar > menjadi satu suku mereka > juga tidak melakukan penikahan antar mereka karena > mereka merasa bersaudara. Kakak beradik itu siapa dulu. Kalau seayah/seibu, memang ngak boleh kawinkan? kakak kandung kita yang kita kawini, haram hukumnya dalam Islam. Kalau saja, ada bersaudara, anak dari kakak saya dengan anak saya, mereka dah serumah sejak dari kecil. Lantas mereka dewasa, secara Islam, boleh saja mereka menikah. Kenapa tidak? Yang Haram dalam islam jelas sudah ada ketentuannya, yang selain disebutkan itu, dah pasti halal. > Apakah itu salah. Yang salah kalau kita mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. maka saya katakan, siapa dulu saudaranya? Patokanya kalau bersaudara itu dilarang dalam islam, maka salah. kalau boleh dalam islam, kenapa tidak. kenapa kita harus mengharamkan sesuatu yang sudah Allah halalkan, meski kita menganggapnya adik/kakak kita, namun secara hukum boleh, kenapa tidak? kenapa harus kita larang dan kita berikan sanksi dan ini berkelanjutan cukup lama, dan sampai kini masih adakan? Dalam keluarga Minang yang > menikahkan adalah ayah namun > yang mencarikan jodoh adalah mamak. Ndak mungkinlah > mamak mecarikan jodoh > dari saudaranya sendiri. Bukan ini yang saya permasalahkan. > > Mungkin segitu sajo nan dapek ambo katangahkan. Rasanya jawaban sayapun sudah jelas. Hanya saja kedua pertanyaan saya yang inti, masih juga belum terjawab. Wassalamu'alaikum. Rahima. > > wassalam, > Zulidamel. > > > ----- Original Message ----- > From: "Rahima" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <RantauNet@googlegroups.com> > Sent: Wednesday, February 27, 2008 3:45 PM > Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Perdukunan dan Ramalan di > Masyarakat Minang > > > > 1). Benarkah menurut pendapat sanak harta pusaka > > tinggi jatuh kepada garis perempuan saja. > Dimanakah > > landasan berpijaknya dari syara'? > > 2). Benarkah menurut pendapat sanak larangan kawin > > sesuku, dan memberikan sanksi, yang mana ini > dilakukan > > sebegitu lamanya dari tahun-ketahun sementara > islam > > membolehkannya? Mana landasan berpijaknya menurut > > syara' > > > > Wassalamu'alaikum. Rahima > > > > > ____________________________________________________________________________________ Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---