Sanak mantari, dunsanak, dan handai taulan sekalian...
   
  juga tengah sibuk dalam kebiasaan, ikon pemuda yang dulu sering disematkan 
dan dipermasalahkan kenapa tidak bangkit, kini ikon pemuda ini pula yang 
diusung dalam rangka mendesak regenerasi, lalu saya bingung apakah ikon pemuda 
ini yang justru menjadi korban ekploitasi, dan katakanlah eksploitasi ini 
dilakukan secara politis kini. 
   
  dan kita hanya bisa terhening...
   
  janji-janji politik memang bukan barang haram dalam sejarah bangsa ini, dan 
mengatakan pendidikan adalah prioritas selalu menjadi janji yang wajib 
didengungkan, tetapi selalu, konsepsi yang sama berulang, konsepsi yang serupa 
diulang kembali, janji hanya tinggal janji.
   
  juga kemudian miris kembali, sampai kapan pertarungan politik atas nama 
pembebasan, politik tebar pesona, seolah-olah tutup mata dengan realita yang 
ada.
   
  tak bangga dengan peringatan harkitnas saat demam dan ketakutan rakyat akan 
kenaikan harga bbm, saya juga tak bangga dengan demo mahasiswa yang pada saat 
itu menghabiskan bensin pribadi saat kenaikan harga bbm di depan mata?
   
  bangsa ini seolah teriak sedu dengan kenaikkan ini, dan disatu sisi 
bersukacita. lalu siapa yang harus peduli? ketika yang berteriak peduli pun ada 
di deretan orang-orang yang bersukacita?
   
  ketika yang miskin menjadi gombal, ketika yang kaya dijadikan kambing hitam, 
salah siapa menjadi miskin atau kaya? justru salahkan yang membuat level atau 
jenjang tentang miskin dan kaya. (ter)jadi miskin ataupun kaya adalah lahiriah, 
bukan sesuatu hal yang dapat dijadikan justifikasi bahwa bumi ini adalah milik 
sebagiannya.
   
  sampai kapan, bangsa ini lemah pola pikir? degradasi moral menjadi pertanda, 
dan supremasi kekuatan selalu menjadi tontonan dan konsumsi media. 
   
  menjadi biasa tampaknya pilihan atas kata-kata yang sulit diucapkan, jenuh, 
muak, jijik, lelah, marah, dsb.
   
  sanak mentari, saya bersama anda, menjadi biasa...
   
   
  tanJabok
  siapa wilberforce dan siapa napoleon?
  genderang tak berbunyi bukan berarti tak ditabuh
   
   
  
Mantari Sutan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Merenung diri menemukan cara pandang baru terhadap Indonesia adalah 
hal yang ingin sering saya lakukan saat ini.  Objektif perenungan ini adalah 
sebuah hal yang sederhana.  Yakni menemukan cara memandang Indonesia secara 
netral.  Sudah 


       
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke