2008/5/24 muhammad syahreza <[EMAIL PROTECTED]>: > Assalamu'alaikum wr.wb. >
Wa'alaykumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh, > Apokah Mantari Sutan terbiasa melihat > Penjajah sangat berterimakasih dan gembira kepada ulama2,usztad2 yang > menyebarkan dakwah bahwa nabi Muhammad saw adalah miskin, dan orang2 > miskin lebih mudah masuk syurga . "Sering kita membaca buku2 dakwah > islam yang mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang sangat miskin > waktu meninggal dunia, tidak meninggalkan sedikitpun warisan untuk > anak2nya. Berita ini datang dari ulama2 yang berpihak kepada penjajah2 > negara2 islam dulunya,agar umat islam tetap miskin.Agar penjajah tetap > berkuasa sampai ratusan tahun. > Islam memberikan tempat bagi orang miskin dan orang kaya. Masing-masing memiliki keutamaannya selama keadaan mereka itu tidak menjadikan mereka melanggar syari'at. Ada hadits-hadits shahih yang menjelaskan bahwa orang-orang miskin lebih dahulu masuk surga ketimbang orang-orang kaya. Apakah itu berarti menganjurkan agar umat Islam miskin (atau berpihak kepada penjajah)? Saya lihat terjadi kesalahpahaman di sebagian orang, terutama mereka yang ingin berwirausaha. Mereka menolak hadits-hadits shahih berdasarkan pendapatnya sendiri. Kesalahpahaman itu berasal dari kesalahan dalam memahami hadits-hadits itu. Hadits-hadits itu tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang menganjurkan kekuatan/kemampuan bagi seorang muslim. Orang miskin masih memiliki kekuatan/kemampuan sesuai keadaan masing-masingnya. Kekuatan/kemampuan bukanlah materi semata. Orang kaya memiliki banyak cara untuk mencapai kebaikan, namun ia memiliki lebih banyak hal untuk dipertanggungjawabkan. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban akan waktu dan hartanya (semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita) sehingga orang yang memiliki lebih banyak harta harus memberikan pertanggungjawaban yang lebih banyak. Apakah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam miskin atau kaya? Mungkin bisa dikatakan beliau bergaya hidup miskin menurut ukuran sekarang. Beliau tidur di tikar yang membekas di kulit beliau sehingga 'Umar radhiyallahu 'anhu terharu melihatnya. Beliau pun jarang makan daging walaupun beliau menyukainya. Seringkali yang tersedia di rumah beliau hanyalah kurma dan air. Akan tetapi, beliau mampu menyediakan seratus ekor unta (CMIIW) untuk qurban. Jadi kalaupun beliau memiliki harta, harta itu lebih banyak dialihkan untuk orang lain ketimbang untuk diri beliau sendiri. Para shahabat pun ada yang kaya dan ada yang miskin. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam tidak mencela mereka. Yang kaya aktif berinfaq di jalan Allah, sedangkan yang miskin juga berkontribusi sesuai kemampuan mereka. > Rasul memberi nasehat ; > > 1.ALLAH lebih senang muslim yang kuat iman dan ekonominya dari pada > muslim yang lemah.HR Muslim. > Cobalah lihat apa ada teks asli hadits ini yang memiliki pernyataan "ekonominya". Jangan sampai jadi menisbatkan suatu ucapan kepada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam yang tidak beliau ucapkan. Itu perkara besar. Berikut salah satu riwayat hadits itu: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف، وفي كلٍ خيـر، احرص على ما ينفعـك، واستعن بالله ولا تعجز، وإن أصابك شيء، فلا تقل: لو أني فعلت كذا لكان كذا، ولكن قل: ما قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda: "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dikasihi Allah daripada orang mukmin yang lemah, pada masing-masing itu ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap perkara yang memberi manfaat kepada kamu. Mintalah pertolongan daripada Allah dan jangan lemah. Jika sesuatu menimpa kamu maka jangan kamu kata: kalau aku buat begini tentu akan jadi begini. Tetapi ucapkanlah Allah telah menentukan dan Dia telah lakukan apa yang Dia kehendaki, kerana sesungguhnya `kalau' itu membuka peluang syaitan bertindak." (HR. Muslim, Ibn Majah dan Ahmad) Perhatikan bagian "pada masing-masing itu ada kekuatan." Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa artinya bahwa ada kebaikan baik pada yang kuat maupun yang lemah. > 2.Tangan di atas lebih mulia dari pada tangan dibawah.HR Buhaiqi. > > 3.Sebaik baik pertolongan atas taqwa kepada Allah swt adalah > "harta-uang".HR Baihaqi. > Hadits yang pertama shahih dan juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Hadits itu menunjukkan keutamaan orang yang memberi. Jadi orang kaya yang tidak memberi tidaklah termasuk di dalamnya. Orang miskin pun masih bisa memberi sesuai kemampuannya. Hadits berikut menunjukkan adanya peluang kebaikan bagi orang kaya maupun orang miskin. Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, ia berkata: Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam : "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka". Nabi bersabda : "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah ? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah ". Mereka bertanya : " Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab : "Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala". (HR Muslim) Hadits-hadits tentang memberi tidak meniadakan keutamaan yang diberikan kepada orang-orang miskin. Masing-masing ada tempatnya. Tidak pantas untuk saling mencela hasil (kaya atau miskin) karena yang penting adalah proses dan tindak lanjut hasil itu. Miskin karena malas adalah tercela. Kaya karena korupsi pun tercela. Miskin lantas menyerah adalah tercela. Kaya lantas bakhil pun tercela. Orang kaya membutuhkan orang miskin untuk menyalurkan zakatnya. Orang miskin membutuhkan bantuan orang kaya. Analogi serupa bisa kita lihat dalam masalah sehat atau sakit. Muslim yang kuat lebih disukai namun ketika seorang muslim sakit maka sakitnya itu menjadi penghapus dosa-dosanya, walaupun sakitnya itu hanya karena tertusuk duri. Apakah itu berarti seorang muslim harus sakit terus? Bukan begitu, namun tetap ada kebaikan di dalam sakitnya itu. Setiap perkara seorang mukmin adalah baik. Ketika ia memperoleh sesuatu yang mudah baginya, ia bersyukur. Ketika ia memperoleh sesuatu yang sulit baginya, ia bersabar. Billahit tawfiq. -- Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---