2008/5/24 muhammad syahreza <[EMAIL PROTECTED]>:

> Assalamu'alaikum wr.wb.
>

Wa'alaykumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh,

> Kita tahu kebanyakan ustad, da'i dan mubaligh kalau ceramah di mesjid
> hanya membahas tentang surga dan neraka, membahas fatwa dia yang benar
> dan orang lain keliru, tapi jarang yang menyentuh masalah
> membangkitkan kesuksesan umat muslim.
>

Mereka tidak sepenuhnya keliru karena kesuksesan umat Islam diukur
dari keberhasilannya dalam berkontribusi bagi akhiratnya. Upaya di
dunia hanyalah jalan untuk menabung bagi akhirat.

> Bukannya Muslim itu berhak kaya dan harus Kaya??
>

Berhak kaya, iya. Wajib kaya, tidak. Ada banyak shahabat Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wa Sallam yang miskin namun beliau tidaklah
mencela mereka. Yang dicela adalah kalau seseorang menyerah dan
meminta-minta.

> Agar bisa membayar banyak zakat untuk membangun negara dan bangsanya serta 
> beramal pada
> saudaranya yang belum mampu??
>

Zakat adalah kewajiban orang yang kaya. Orang miskin tidak berarti
tidak bisa ikut membangun karena dalam Islam kontribusi bukan hanya
dalam bentuk materi.

> Begitu pula orang2 yang beriman, excelent akhlaqnya, spritualnya,
> tauhidnya,  tapi... miskin ekonominya, maka orang2 tersebut adalah
> orang2 yang gagal.Kalau dia meninggalkan anak2 yg miskin, maka ALLAH
> akan menghukumnya dgn api neraka.Karena tidak bertanggung jawab
> menerima amanah dari ALLAH. QS.4:9
>

Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar." (QS. an-Nisaa' 4:9)

Berhati-hatilah dalam menyimpulkan hukum dalam Islam. Ayat itu adalah
tentang orang yang wasiatnya merugikan para ahli warisnya. Oleh karena
itu, dalam Islam maksimal wasiat adalah sepertiga dari harta yang
ditinggalkan. Tidak boleh lebih dari itu.

Lebih aneh lagi jika ayat itu digunakan untuk mencela orang miskin
karena dalam ayat sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang
artinya):

"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik." (QS. an-Nisaa' 4:8)

Yang justru menunjukkan lembutnya Islam terhadap orang miskin. Sangat
keliru jika dikatakan bahwa orang yang gagal ekonominya maka dianggap
gagal di sisi Allah Ta'ala, apalagi dikatakan akan masuk neraka karena
kemiskinannya itu.

Perhatikanlah ayat-ayat berikut:

"(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari
Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. al-Hasyr 59:8)

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS.
al-Baqarah 2:155)

"... dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin," (QS.
al-Baqarah 2:83)

"Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin," (QS. an-Nisaa' 4:36)

"Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang
kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya
(orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di
antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya)?"" (QS. al-An'aam 6:53)

Kebanyakan pengikut Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam adalah
orang yang miskin dan lemah di masa itu. Begitu pula para pengikut
Nabi Nuh 'alayhis salaam. Lihat juga QS. 11:27 dan QS. 19:73-74.

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. al-Kahfi
18:28)

Ayat ini diturunkan tentang pemuka-pemuka Quraisy yang meminta
Rasulullah bertemu dengan mereka tanpa mengajak para shahabat yang
lemah seperti Bilal, 'Ammar, Suhayb, Khabbab, dan Ibn Mas'ud
radhiyallahu 'anhum.

Yang penting adalah proses dan tindak lanjut hasil dilakukan
sungguh-sungguh untuk memperoleh ke-Ridha-an Allah Tabaraka wa Ta'ala,
sesuai dengan syari'at-Nya.

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. al-'Ankabuut 29.69)

Billahit tawfiq.

-- 
Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke