Assalamu alaikum ww,
 
Pembangunan ini sebenarnya kelanjutan dari program pembangunan yang lalu. 
Makanya disebut sebagai pembangunan berkelanjutan. Apa yang kurang selama ini 
perlu ditukuk. Untuk mengetahuinya memang tidak mudah.
 
Kalau kita tengok pembangunan negara tetangga yang sudah kita lihat hasilnya 
ada yang memulai dengan meminta kepada pejabat-pejabatnya untuk memikirkan 
bagaimana negaranya 5 - 10 tahun tahun ke depan. Pikiran-pikiran brilyan di 
bidang pariwisata, ekonomi, teknologi dan industri bermunculan. Lalu disatukan.
 
Dibutuhkan penerangan (enlightenment) agar semua orang mengerti baik pejabat, 
pebisnis atau penggalas dan rakyat banyak, mau ke mana daerah kita ini akan di 
bawa? Arahnya tentu makin lama makin jelas 
 
Untuk itu perlu pembangunan SDM. Perlu waktu untuk menyatukan persepsi. Sumbar 
harus dilihat secara integral. Kita lihat berbagai kasus. Contohnya proyek air 
minum/bersih di suatu daerah. Karena Bupati dan Walikota tidak seukur atau 
bertikai, maka pembangunan fasilitas PAM terganggu. Hulu air berada di daerah 
kabupaten  sedang yang akan dialiri air minum adalah kota. Lalu Bupati ogah, 
padahal pertikaian sebenarnya baru akan terjadi tahun depan. Sekarang mereka 
tak mau berjumpa. Kalau Pak Wali hadir maka Pak Bupati tak hadir.
 
Pendidikan SDM tentu meliputi juga calon-calon kepala daerah ini karena ia akan 
menjadi CEO yang menentukan. Wakilnya yang biasa jadi ban serap perlu ditambah 
powernya agar peranannya lebih bermakna.
 
Dulu ada negara yang meminjam guru-guru dari kita. Kelihatannya mereka belajar 
dari kita. Mungkin mereka sudah mempunyai grand design, pinjam dulu sebelum 
punya. Setelah punya dan target tercapai guru-guru kita pulang kampung. 
 
Cina dengan strategi yang jelas sekarang menjadi pabrik dunia. India membangun 
industri dasar sejak awal, sekarang kelihatan kekuatan India di bidang ekonomi 
dan industri.
 
Wassalam,
 
Muchlis Hamid
 


--- On Mon, 12/7/09, Muzirman -- <muzir...@gmail.com> wrote:


From: Muzirman -- <muzir...@gmail.com>
Subject: [...@ntau-net] Re: Dari Mana Memulai Pembangunan Sumbar?
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Monday, December 7, 2009, 12:57 AM



AssWrWb, Wah dr mana mulai pembangunan itu , suatu diskusi yg menarik,
Pembangunan itu seharus nya mempunyai prinsip kita " lamak dek awak katuju dek 
urang,
krn mengunakan dana APBD dan pajak dari rakyat, dan akibat dan implikasi nya 
akan terkenai rakyat. Masalah nya adakah "political will n implementation "nya 
melibat kan rakyat.
Rakyat dlm arti kata mengundang pakar2 pembangunan dalam suatu forum terbuka, 
termasuk  rakyat badarai,. kalau tidak ada yg setuju di adakan voting terhadap 
wacana
pembangunan tsb. Dgn suara terbanyak lah wacana pembanguanan sesuatu tsb terus 
bisa dilaksanakan.
Krn pembangunan tsb sering dikatakan " seperti si buta merasakan gajah", yang 
satu mengatakan gajah itu kulit nya tebal,  yg satu lagi mengatakan keras dan 
runcing (cula).
Sang Gub. mengatakan pembagunan Mesjid Agung itu utk dan termasuk juga 
perlindunagAN TERHADAP tSUNAMI yg memanfaat kan lbh 240 milyar APBD, Saya 
mengatakan llbh baik digunakan utk credit micro pd pedangang dll. Krn suara 
rakyat belum bisa di tampung/didengar, apalagi suara DPRD.... dll. ya 
pembanguanan tergantung pada kebijakan elit saja. Kalau boleh saya mengusulkan 
setiap pembanguan yg melebihi 5 milyar (berapanya??) sebaik nya diadakan debat 
publik dengar pendapat dgn rakyat disamping DPRD. Krn UU/Peraturan belum ada 
disinilah para anggora DPRD utk menginisiasi nya.
Saya maklum UU/Peraturan tsb merupakan jauh pangang dari api"ken 
bersifatmengurangi kekuasaan executive". 
Antalah sanak, awak bercana ria dan berdiskusi sen bisa nyo,..apa kata seorang 
anggo ta DPR, " Di DPR itu banyak setannya" (terlampir)
=======================================
 
05/12/2009 - 21:35
Oneng: DPR Banyak Setannya
 
Rieke Diah Pitaloka
(inilah.com /Dokumen)
INILAH.COM, Surabaya - Anggota komisi IX DPR yang membawahi divisi 
ketenagakerjaan, Rieke Diah Pitaloka menyindir instansinya sendiri. Kekesalan 
Rieke didasari belum dibahasnya RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga 
(PRT).
Mungkin saking kesalnya, wanita yang akrab disapa Oneng itu menyindir 
instansinya sebagai tempat setan dan orang amnesia. Sebab di DPR, UU 
perlindungan PRT tidak pernah dibahas dan tidak menjadi prioritas. Sebab ini 
proses yang sangat rumit.
"Sejak 2008 lalu kita sudah besikan draft, bahkan sudah lima kali, tapi selalu 
gagal. Mungkin karena gedung DPR sudah tua� jadi banyak setan dan banyak orang 
amnesia," sebut Rieke ketika ditemui di salah satu cafe, Sabtu (5/12) siang 
tadi.
Rieke menambahkan, UU Perlindungan PRT sangat berguna, tak hanya untuk PRT itu 
sendiri. Namun, untuk banyak pihak, termasuk majikannya. Menurutnya, UU itu 
nantinya akan bermanfaat sebagai modalitas dalam proses MoU dengan negara lain. 
"Jadi jangan melihat PRT sebagai komoditi inves. Ini manusia bukan barang 
dagangan," serunya.
Tak heran jika ia marah ketika mantan Menakertrans, Erman Suparno menyebut PRT 
hanya bisa 'ngenger' sehingga tidak perlu digaji. "waduh kalau Menteri bicara 
seperti itu kan bahaya," lanjut politisi asal PDIP itu.
Rieke kesulitan menjawab ketika ditanya jumlah seluruh PRT yang ada di 
Indonesia. Hal ini karena tidak ada catatan akurat yang membeberkan berapa 
jumlah pastinya. Selain itu, masalah juga datang dari tim pengawas. Menurut UU 
nomor 13 tahun 2003, seorang pengawas haruslah orang yang kompeten dan 
independen.
Kabar baiknya, perlahan masalah RUU Perlindungan PRT sudah tidak dicueki oleh 
anggota dewan. Rieke menyebut, mulai 2010 nanti RUU ini akan masuk dalam tahap 
pembahasan.
"Saya sendiri berharap UU ini segera selesai tahun 2010 nanti agar kita tak 
semakin larut dengan problem ini," pungkasnya. [beritajatim.com/bar]
--------------------------------------------------------------------
Hanya sekian saja, semoga Bp, mamak dansanak2 semua terus dan jangan mandek utk 
berdisikusi dan maaf saya sdh merasakan " waste of time: to discuss with 
Government officials through this superhighway technology." Fed up and 
boring"...
 
Wass. Muzirman Tanjung.
 
 
 
2009/12/5 Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com>







Pak Riri dan Pak Bakhtiar sarato dunsanak yth.
Sedikit memberikan masukan, untuk memulai pembangunan adalah melalui 
perencanaan. Pada dasarnya terdapat 3 sasaran perencanaan pembangunan : fisik, 
sosial, ekonomi. Bila dikembangkan masing-masing maka akan terdapat 2 
pendekatan : komprehensif (melalui RPJP/M dan RTRW), dan strategis (melalui 
prioritas). Untuk komprehensif membutuhkan waktu : evaluasi, penyusunan, dan 
legalisasi. Contoh RTRW Sumbar yang baru direvisi 2008, sekarang ini harus 
direvisi lagi, sekurangnya butuh 2 tahun. Untuk strategis, bisa dilakukan kapan 
saja, oleh siapa saja, dan dengan dana darimana saja. Contoh : penanganan 
bencana, pengelolaan pariwisata, rehabilitasi madrasah.
Perencanaan ini membutuhkan skala waktu : pendek, menengah, dan panjang. Untuk 
perencanaan strategis bisa menentukan targetnya, lalu membangun tahapannya. 
Kemudian menyusun program-program. Kemudian mencari pendanaannya. Kemudian 
memulai pembangunan.
Namun harus diperhatikan, bila pembangunan meliputi : fisik (infrastruktur dan 
sarana), sosial (adat-budaya), dan ekonomi; secara proporsional. Serta 
dilakukan oleh masing-masing : pemerintah dan masyarakat. Terkadang dengan 
resourcesnya, pemerintah harus membangkitkan masyarakat untuk melakukan hal ini.
Demikian nan ambo liek di buku-buku.
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Sun, 12/6/09, Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:


Uda Bakhtiar Muin dan Dunsanak Sadonyo. 





Dari mana mulainya? Kalau di ambo (dari hasil menyimak diskusi di RN dan 
berbagai media lain), ini harus dimulai dengan mensosialisasikan ke mereka - 
masyarakat dan pemerintah di Sumbar - bahwa yang namanya "maju", "well 
developed"", (atau lain2 terminologi senada dengan itu) adalah seperti ini ini 
ini lho (seperti yang kita bayangkan, I mean)


Menurut saya, itu kata kuncinya, "agreement" bahwa kita sekarang ketinggalan, 
yang namanya maju harusnya begini. 


Kalau tidak (lagi2 berdasarkan hasil menyimak diskusi di RN), di satu sisi 
kita2 berpikir tentang suatu kondisi yang bisa dan harus diperbaiki/ 
ditingkatkan. Di sisi lain, mereka yang disana enjoy - enjoy aja tuh, dengan 
keadaan mereka.


Nah, kalau kita sepakat dengan mereka bahwa yang namanya "maju" itu seperti 
ini, seperti ini, baru kita bicarakan bagaimana cara mencapainya. 


Maaf, mungkin pikiran saya salah, karena "riset" saya terbatas


Riri
Bekasi, L, 47




2009/12/5 Bakhtiar Muin <bmsa...@gmail.com>






 








BakhtiarM:
Dari mana memulainya, itulah yg jadi pikiran ambo saat ini?
Mudah untuk dikatakan, sulit untuk dilaksanakan.
  
 







      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke