Mamak Ajo Duta
Ambo manangkok ado duo isu yang mamak kemukakan
1. Tanah ulayat terlantar
2. Tanah ulayat terlantar itu banyak menimbulkan sengketa
Dari duo isu itu ambo menarik pertanyaan yaitu apakah kedua isu itu
terjadi karena kelembagaan pengelolaan tanah ulayat (Badan Hukum) yang
indak ado ataukah pengelolaan tanah ulayat yang ndak ado ?.
Kelembagaan pengelolaan-badan hukumnya semestinya mengikuti model
pengelolaan yang diinginkan. Kelembagaan seperti apa yang dapat
mendukung model pengelolaan yang direncanakan. Jadi koncinyo adolah Land
Use yang akan di dukung oleh kelembagaan yang tepat.
Dalam konteks land use, apakah masyarakat pemangku ulayat tersebut
menjadi satu-satunya aktor pengelolala ulayat atau bekerja sama dengan
pihak ketiga. Perda tentang pemanfaatan tanah ulayat di sumbar
memberikan dasar-dasar arahan model pengelolaan ini. Dalam kasus-kasus
yang besar selama ini, tanah-tanah ulayat nagari yang dikelola oleh
perusahaan perkebunan kelembagaan yang berhubungan dengan pemerintah dan
investor adalah pemerintah nagari dan KAN, tapi kecendrungannya mereka
ini tidak bagian integral dalam rencana pengelolaan tersebut karena yang
di pakai adalah skema ganti rugi atau Siliah Jariah-pemberian uang adat.
Mereka tidak terlibat dalam pengelolaan perkebunan tersebut.
Dalam skala yang lebih kecil untuk tanah-tanah berstatus "Ganggam Ba
Untuak, Iduik Bapangadok" pengelolaannya berada pada jurai atau
paruik-paruik dalam kesatuan kaum atau suku. Karena banyaknya tenaga
produktif mereka yang merantau, di beberapa nagari saya lihat
tanah-tanah ini terbengkalai. Seperti dulu di Pariaman saya lihat,
banyak kekuarangan tenaga produktif pertanian yang berkurang karena
banyak merantau.
Mungkin sedikit pendapat pagi ini dapat melengkapi diskusi ini
Salam
Andiko Sutan Mancayo
ajo duta wrote:
Assalaamu'alaikum sanak ambo<
Awak sadonyo tahu salah satu nan mambuek nagari awak ketinggalan
kalau dibandingkan jo nagari urang, adolah karano banyaknyo lahan
nan manganggur alias indak produktif. Salah satu akibatnyo adolah
masih banyaknyo terjadi silang sangketo diantaro keluarga pewaris
tanah ulayat atau tanah pusako.
Artinyo diperlukan suatu tata kelola atau aturan main atau manajemen
dalam mengatur dan memproduktifkan tanah pusako tu. Untuk itu diperlukan
badan hukum mungkin yayasan nan lebih tepat.
Apokah ado sanak nan berhasil mengelola tanah pusako warisan
nenek muyangnyo. Tolonglah babagi pangalaman jo kami.
Apokah dengan caro membentuk yayasan itu tepat?
Ateh perhatian sanak tarimo kasih yoooo...
--
Wassalaamu'alaikum
ajoduta/17081947/usa
--
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe