Waalaikumsallam wr wb

Pak Saaf dan dunsanak palanta RN yang mulia

Betul sekali Pak potensi pantai dan laut kita di sektor perikanan (bukan 
pariwisata tapi produksi ikan dan hasil laut lainnya) memang masih kurang atau 
maksimal di gali

Nelayan minang (kebanyakan) dari dulu sampai sekarang sepanjang yang saya lihat 
hidupnya tidak berubah masih msikin dan berhutang gali lobang tutup lobang 
serta sarana dan prasarana penangkap ikan yang ketinggalan jaman dan masih 
tradisional sementara perairan dangkal potensi ikannya sudah berkurang dan 
bagian2 tertentu sudah tercemar pula

Kalau berbicara penangkapan ikan tuna, ikan karang kualitas ekspor dan ikan2 di 
perairan laut bebas yang membentang seperti. Yang Bapak bilang "pusako tinggi" 
dilaut itu hanya memang dinikmati segelintir orang saja yang kuat modalnya 
dengan kapal2 modern penangkap ikan serta mempunyai jaringan pemasaran belum 
kiranya menyentuh atau nelayan gurem terlibat lebih dalam dalam lagi dalam 
usaha ini kalaupun ada masih sebatas buruh saja


Pengalaman saya yang pernah membina nelayan di pulau sipora seperti menangkap 
lobster yang bernilai jual tinggi (ekspor) mereka memang kesulitan modal secara 
kelompok dalam menangkap lobster ini 

Jadi saya mencoba berbaur dengan mereka apa saja kendalanya setelah saya 
lakukan pendataan maka mereka perlu

Sebuah perahu atau long boat dengan mesin 15 PK yang bisa bersama2 menangkap 
lobster di peraiaran berkarang yang cukup jauh dari perkampungan mereka 
dipinggir pantai

Senter sedemikian rupa yang tahan air, kaca mata menyelam, sarung tangan dan 
peratan menyelam sederhana lainnya untuak kedalaman karang 2-3 meteran 
(sebenarnya jika ada tabung oksigen kayak menyelam itu lebih bagus tapi ketika 
itu belum sanggup kami beli karena terbatasnya dana)

Hasilnya lumayan meningkatkan pendapatan mereka dan yang paling penting setelah 
kita kasih bantuan tersebut perlu bersama-sama mereka untuk terus menerus 
melakukan pembinaan terutama dalam pengelolaan keuangan hasil tangkapan walau 
sepenuhnya diserahkan kepada mereka secara berkelompk tapi kita memberikan 
arahan keuntungan yang didapat agar disisihkan buat dana penggantian peralatan 
yang rusak

Itu sekedar pengalaman saja, sekiranya juga KKM nantinya merumuskan 
pemberdayaan nelayan kita dalam memanfaatkan dan menggali potensi "pusako 
tinggi" lautan ranah minang, kebanyakan yang dibina itu oleh otoritas kan para 
investor dan pemodal kuat saja itu syah2 saja tapi juga harus melibatkan 
nelayan kita misalnya dengan pola kemitraan sehingga mereka tidak hanya jadi 
penonton "pusako tinggi" itu dikuras habis2an oleh para pemodal kuat 
(segelintir orang) dan tidak hanya jadi buruh saja yang hidupnya masih miskin 
dari dulu sampai sekarang

Cobalah nanti para penggagas  KKM yang nota bene tentunya orang2 penting dan 
punya nama di Republik ini mengadakan field trip ke kampung nelayan 1 atau 2 
hari untuk merasakan bagaimana denyut kehidupan yang tidak sejahtera ini, 
gubuk2 reot di perkampungan nelayan dengan sanitasi ala kadarnya, bau busuk 
ikan2 maco yang dijemur harganya cukup pembeli beras saja, hasil pukat yang 
isinya banyak bubua sajo, pergi menangkap ikan dengan sampan dengan jaring 
jangankan hasilnya untuk dijual untuk dimakan saja sekeluarga pas-pasan dan 
banyak lagi keluhan kemiskinan nelayan kita..

Cobalah turun lansung, maaf saya jika ikut2 apa itu kongres, diskusi, seminar 
apalagi satu dua hari  rata-rata yang saya alami memang semata-mata rancak 
dikonsep saja boleh juga ajang silahturahhim basa basi pagi coffe 
morning..siang lunch..sore coffe break..malam dinner lalu shoping capek shoping 
tidur dikamar hotel besok penutupan salam-salaman foto bareng tidak ada 
tindakan kongrit setelah itu

Semoga KKM bukan seperi itu, kita semua berharap ada tindakan nyata seperti 
yang Bapak sampaikan dalam menggali potensi "pusako tinggi" lautan ranah minang 
dan pemberdayaankan nelayan guremnya

Wass-Jepe
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>
Date: Thu, 4 Mar 2010 18:21:58 
To: rantaunet rantaunet rantaunet<RantauNet@googlegroups.com>
Cc: Ir. Raja Ermansyah YAMIN<hanni.ja...@gmail.com>; Dr Mochtar 
NAIM<mochtarn...@yahoo.com>; Farhan Muin DATUK BAGINDO<farhanm...@ymail.com>; 
azmi datuk bagindo<azmi_libra_kenc...@yahoo.co.id>; Dr. Gusti 
ASNAN<gas...@yahoo.com>; H.Julius Datuk Malako nan 
Putiah<inyiak.l...@yahoo.co.id>; Darul MAKMUR<dar...@gmail.com>
Subject: [...@ntau-net] LAUT SEBAGAI PUSAKO TINGGI MINANGKABAU

Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,Selama ini orientasi kita orang 
Minangkabau terkesan sangat terikat dengan darat belaka, sehingga mengabaikan 
potensi laut, yang bisa dipandang sebagai 'pusako tinggi' Minangkabau. Padahal, 
seperti ditulis oleh Prof Dr Gusti Asnan, pesisir Barat  Minangkabau juga 
pernah jaya di laut, dalam perdagangan internasional sekitar abad ke 18 dan 
19.Rasanya kita bisa mengembalikan kejayaan Minangkabau di laut.
Secara berkebetulan saya mengenal beberapa urang awak, yang justru 'besar di 
laut', antara lain Capt Darul Makmur, dan -- tentu saja -- Inyiak Lako. Pak 
etek saya Thamrin (almarhum) adalah kapten kapal. Ipar saya Ismet Hermet dan 
kemenakan saya Timoer Indra Prasta juga pernah berkiprah di laut. Seorang 
keluarga dari isteri saya sekarang juga jadi kapten kapal. Dahulu di Teluk 
Bayur pernah ada galangan kapal. Sekarang kita
 tahu bahwa Bungus juga dirancang sebagai pelabuhan ikan.  Rupanya Lautan 
Hindia di depan pantai Sumatera Barat sangat kaya dengan ikan tuna, yang 
sekarang sudah diekspor dengan pesawat Cardig Air. Bp Ir Ermansyah Yamin Dt 
Tanmapiluti -- yang memperoleh pendidikan di Jepang -- bahkan sudah melakukan 
uji coba ekspor cumi-cumi dan octopus. Bukan main.Adalah alamiah, bahwa dalam 
berbincang-bincang di SC KKM 2010 berkembang gagasan kuat untuk mendayagunakan 
potensi laut ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah swt, dengan 
menjadikannya sebagai lahan baru untuk lapangan kerja kaum muda. Dalam hubungan 
ini ada hasrat untuk mendirikan sebuah akademi maritim, bekerjasama dengan 
perguruan tinggi yang sudah ada.Ternyata, permintaan untuk anak buah kapal 
(ABK) sangat tinggi, sehingga rasanya tak akan cukup terpenuhi.Bagaimana 
pendapat sanak sekalian ?

Wassalam,
Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 



Pesawat Cardig Air Ekspor Ikan Tuna


Kompas, Jumat, 5 Maret 2010 | 04:04 WIB

Padang, Kompas - Potensi ekspor tuna segar melalui sarana
kargo di Padang, Sumatera Barat, tergolong besar. Sejak April 2009, pesawat
kargo Cardig Air telah mengekspor tuna segar ke Jepang hingga 408.000 kilogram.

CEO PT Cardig Air Boyke Soebroto di Padang, Rabu (3/3),
mengemukakan, potensi ekspor tuna dari Padang terhitung potensial karena waktu
tempuh dari pabrik pengolahan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus ke
Bandar Udara Minangkabau hanya satu jam.

”Sarana infrastruktur transportasi di Padang tergolong
memadai. Ini mendorong ekspor langsung tuna segar ke negara tujuan,” ujarnya.

Sarana infrastruktur transportasi di Padang paling baik
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Pesawat kargo membutuhkan
jaminan barang sampai tepat waktu di negara tujuan.

Oleh karena itu, diperlukan efisiensi waktu untuk proses
pengolahan, distribusi, ataupun volume pasokan barang secara kontinu. Dengan
ketepatan waktu, kualitas ikan terjamin.

Pengiriman produk perikanan membutuhkan ruang bagasi khusus
di pesawat yang hanya bisa disediakan oleh pesawat kargo. Hal itu disebabkan
pesawat penumpang hanya mampu mengangkut barang maksimum 3-4 ton.

Ia menambahkan, kebutuhan tuna segar di pasar internasional
tergolong tinggi. Setiap minggu, pihaknya mengirim ikan tuna segar ke Jepang
dengan pesawat Boeing 737 rata-rata sebanyak 11 ton. Ikan yang dikirim berupa
ikan utuh, dengan isi perut yang sudah dikeluarkan.

Kapasitas kargo tersebut mampu mengangkut ikan sebanyak 17
ton dalam setiap penerbangan. Sementara kemampuan ekspor ikan tuna melalui
kargo baru sebanyak 11 ton.

Minim kapal

Meskipun Padang berpotensi untuk ekspor tuna segar, volume
pasokan ikan tuna di PPS Bungus hingga kini belum berkembang.

Padahal, PPS Bungus melayani kapal-kapal besar berukuran di
atas 30 gross ton (GT) dengan daya jelajah hingga ke zona ekonomi eksklusif
Indonesia.

Ibrahim, petugas di PPS Bungus, mengemukakan, kapal
berkapasitas di atas 30 GT yang sandar di pelabuhan itu hanya 60 unit. Semua
kapal itu dimiliki oleh pengusaha dari luar Padang. Minimnya jumlah kapal di
pelabuhan itu membuat serapan bahan bakar minyak bersubsidi menjadi tidak
optimal, yakni kurang dari 100 ton per bulan.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad
mengemukakan, pihaknya meresmikan stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN)
hari Kamis kemarin.

Pendirian SPBN, ujar Fadel Muhammad, dimaksudkan untuk
merangsang kapal-kapal besar agar bisa sandar di pelabuhan dan mendaratkan ikan
untuk diolah di pabrik yang berlokasi di pelabuhan itu. (LKT)



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke